PENDAHULUAN
Pembaharuan
bidang pendidikan sudah lama digalakkan. Pembaharuan itu seperti meliputi
kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan,
strategi pembelajaran, dan sebagainya. Implikasi dari pembaharuan itu adalah
bahwa ukuran keberhasilan proses belajar mengajar guru di kelas mengalami
perubahan; tuntutan· ketertiban kelas juga menjadi berubah.
Guru
mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode,
keadaan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswamengerjakan tugas atau
melakukan kegiatan belajar demi tercapainya tujuan belajar, bukanlah kelas yang
baik, dan itu periu dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi/ketertiban
kelas agar proses belajar lebih berkualitas, maka guru perlu mengetahui
bagaimana memanajemeni kelas dalam proses pembelajaran. Setiap proses
pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kelas
tertentu pula.
Pembelajaran
yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas
yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan,
wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru
harus menguasai kiat memanajemeni kelas.
Setiap
kegiatan belajar mengajar mengisyaratkan tercapainya tujuan, baik tujuan
instruksional maupun tujuan pengiring. Namun tidak dapat dipungkiri keadaan di
kelas sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena
itu, guru bertugas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan
bagi peserta didik, sehingga tumbuh iklim belajar yang berkualitas dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran.
Usaha
preventif dan kuratif perlu dilaksanakan dalam upaya penciptaan kondisi kelas
yang diharapkan. Usaha preventif yaitu tercipta dan dapat dipertahankannya
kondisi kelas yang kondusif harus dirancang dan diusahakan oleh guru secara
sengaja agar hal-hal yang merugikan dapat dihindari. Sedangkan upaya kuratif
yaitu upaya mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang
merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas.
Upaya guru menciptakan dan mempertahankan kondisi yang diharapkan akan
efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat
menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
Kedua, diketahuinya masalah-masalah yang diperkirakan dan yang mungkin tumbuh
yang dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasai berbagai pendekatan
dalam manajemen kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana satu
pendekatan digunakan (M.Entang dan T. Raka loni, 1983 : 7).
Pengajaran adalah serangkaian kegiatan yang bermaksud memfasilitasi
peserta didik mencapai tujuan pendidikan secara langsung. Manajemen adalah
rangkaian kegiatan/tindakan yang dimaksud untuk menciptakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya pembelajaran. Maka, manajemen kelas merupakan
persyaratan penting yang menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. ladi
berdasar logika sederhana bahwa manajemen kelas, yang efektif adalah suatu segi
penting dari proses belajar mengajar.
Dikaitkan dengan misi dan tujuan mata kuliah MANAJEMEN KELAS,
pembelajaran mata kuliah ini diarahkan pada: 1) pembentukan kemampuan memahami
konsep, pendekatan, dan generalisasi yang diperlukan dalam memanajemeni kelas;
kemampuan mengorganisasikan kondisi dan fasilitas kelas; pengembangan kemampuan
menginventarisasi faktor-faktor yang menimbulkan gangguan disiplin kelas di
sekolah dasar, dan penemuan alternatif pemecahannya; 2) memberikan kesempatan
kepada para mahasiswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam mengamati
realisasi konsep manajemen kelas di sekolah dasar, dan mencoba mensimulasikan
berbagai aspek manajemen kelas secara utuh maupun parsial.
Bahan ajar ini akan memaparkan, melatihkan, dan
menerapkan dalam kasuskasus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajemen
kelas. Pemahaman, pemilikan keterampilan, dan mengaplikasikannya dalam berbagai
situasi, kemudian menganalisis dan merefleksinya segala hal yang berkaitan
dengan manajemen kelas, diharapkan para mahasiswa calon guru akan dapat
menciptakan kondisi kelas yang menguntungkan. Kondisi kelas yang menunjang
merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Segala sesuatu yang disajikan dalam bahan ajar ini
akan sangat bermanfaat apabila para mahasiswa, para dosen, dan para penstudi
lainnya menelaah secara eksama dan kritis, mendiskusikannya dalam kelompok,
menjawab pettanyaan, dan berlatih sesuai dengan latihan yang tersedia pada
setiap akhir bab dengan sungguh-sungguh.
BAB I
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS
Latar Belakang
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering
dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang
telah berpengalaman / sekalipun. Alasannya, sederhana karena calon guru, guru
baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik
dapat belajar dengan optimal. Dalam arti guru mampu menyampaikan bahan
pelajaran/perkuliahan diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari
manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru
dalam uapayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan
peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau
memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan
berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang
dan potensinya, kurikulum dengan segala kompo~ennya, metode dengan segala
pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber
belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil
pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itll,
selayaknyalah kelas dimanajemeni secara baik, profesional, terus-menerus dan
berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan
halhal umum/prinsip-prinsip manajemen kelas terlebih dahulu sebelum sampai
kepada pemahaman yang lebih khusus. Bab ini adalah bab yang mengulas
prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi: mengajar dan
manajemen kelas; pengertian manajemen kelas; aspek, fungsi, dan masalah
manajemn kelas; serta pengaturan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Pemahaman
akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal
khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini
akan menjadi filter-filter penyaring menghilangkan kekeliruan umum dari
manajemen kelas. Misalnya, ada dua kegiatan yang dila.kukan guru yaitu:
kegiatan menelaah kebutuhan peserta didik (kegiatan mengajar) dan memberi
ganjaran (kegiatan manajemen kelas); begitu juga dua masalah perilaku peserta
didik yaitu: peserta didik yang selalu mendebat (masalah individual) dan perilaku
kelompok yang mereaksi negatif (masalah kelompok). Terhadap dua kegiatan guru
dan dua perilaku peserta didik kadang-kadang tidak dibedakan, padahal keduanya
jelas berbeda. Ketidak tahuan akan prinsip-prinsip manajemen seperti itu akan
dapat dihindari bila dikuasai prinsip-prinsipnya.
Oleh karena itu, diharapkan para mahasiswa menyimak
bab ini dengan baik dan sungguh-sungguh, mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang
tersedia, dan melaksanakan tugas yang ditugaskan. Kesemuanya itu dimaksudkan
untuk dapat menguasai prinsip-prinsip manajemen kelas, sehingga Anda dengan
mudah dapat mempelajari bab-bab berikutnya dan mampu menerapkan prinsip-prinsip
manajemen kelas tersebut di lapangan kelak.
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
a.
membedakan pengertian mengajar dan
memanajemeni kelas serta hubungan antara keduanya;
b.
membedakan masalah pengajaran dan
masalah manajemen kelas dari contoh-contoh kasus yang disajikan:
c.
menyimpulkan pentingnya manajemen
kelas bagi berhasilnya pembelajaran:
d.
mendefinisikan pengertian
manajemen kelas berdasar konsepsi lama dan modern serta berdasar pandangan
pendekatan operasional;
e.
menyimpulkan tujuan menajemen
kelas,
f.
memahami fungsi manajemen kelas
bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal;
g.
menjelaskan secara khusus fungsi
tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya dalam memanajemeni kelas,
h.
membedakan pengertian masalah
individu clan masalah kelompok clalam manajemen kelas serta anggapan dasar yang
mendasarinya;
i.
menjelaskan empat pola tingkah
laku anak seusia SD apabila kebutuhan individunya tidak terpenuhi;
j.
menyimpulkan masalah kelompok yang
mungkin muncul dalam manajemen kelas;.
k.
memahami pentingnya organisasi
sekolah dalam manajemen kelas;
l.
menunjukkan berbagai upaya guru
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai masalah manajemen
kelas.
m.
menjelaskan syarat-syarat kelas
yang nyaman dan menyenangkan,
n.
mengkaitkan keadaan kelas yang
nyaman dan menyenangkan dengan terciptanya keadaan kelas yang optimal.
1. Mengajar dan Manajemen Kelas
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan
mengajar dan kegiatan manajerial (Depdikbud, 1983:9;
M. Entang dan T. Raka Joni, 1983).
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan peserta_ didik
mencapai tujuan-tujuan pelajaran. Kegiatan mengajar antara lain seperti
menelaah kebutuhan peserta didik, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan,
mengajukan pertanyaan, menilai kemajuan siswa. Kegiatan manajerial kelas
bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajerial antara lain
seperti mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, memberi
ganjaran dengan segera, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok,
penghentian tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau tidak sesuai dengan
tata tertib. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat
dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah
manajemen kelas.
Banyak guru yang kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah
manajemen kelas, sehingga pemecahannya pun menjadi kurang tepat. Masalah
manajemen kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif, sedangkan masalah
pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan pembelajaran. Pak Kusno guru
bidang studi PPKN, misalnya mengajar dengan menggunakan pendekatan strategi
yang menarik, mengembangkan variasi metode, dan multi media agar siswa yang
enggan mengambil bagian dalam diskusi kelompok tertarik, aktif, dan rajin.
Pemecahan masalah yang dilakukan Pak Kusno sudah barang tentu tidak tepat,
sebab membuat pelajaran lebih menarik adalah masalah pengajaran, sedangkan
peserta didik enggan mengambil bagian di dalam kegiatan kelompok merupakan
masalah manajemen kelas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penarikan diri
peserta didik akan menghalangi tercapainya tujuan khusus pengajaran yang hendak
dicapai melalui kegiatan kelompok yang dimaksud. Sebaliknya, hubunganantar
pribadi (in-terpersonal) yang baik antaraguru dan siswa, antara siswa dan siswa
(suatu petunjuk keberhasilan manajemen kelas) tidak dengan sendirinya menjamin
proses belajar mengajar akan menjadi efektif. Berkaitan dengan hal tersebut
maka manajemen kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif (M.Entang dan T. Raka Joni, 1983) .
Walaupun istilah mengajar (teaching) dan pengajaran (instruction) senng
digunakan searti, adalah sangat berguna apabila memandang mengajar sebagai
sesuatu yang memiliki dua dimensi yang saling berhubungan: pengajaran dan
manajemen. Pengaj;.:..ran dan manajemen dapat dibedakan, tetapi dalam
pelaksanaan pembelajaran' keduanya sulit dipisahkan. Manajemen bermaksud
menegakkan danmemelihara perilaku siswa menuju pembelajaran yang efektif dan
efisien - memudahkan pencapaian tujuan manajerial. Pengajaran dan manajemen
keduanya bertujuan menyiapkan atau memproses - yaitu memproses atau menyiapkan
perilaku-perilaku guru yang diharapkan memberi kemudahan kepada pencapaian
tujuan tertentu (Webe, 1993 : 1).
Gambar I : Keterkaitan antara manajemen dan keberhasilan
siswa
Di bawah ini, adalah gambaran proses pengajaran dan proses manajerial
yang masing-masing meliputi empat proses.
Proses Pengajaran
|
Proses Manajerial
|
||
a.
|
Mengidentifikasi tujuan
|
a.
|
Menetapkan tujuan
|
|
penga]aran
|
|
manajerial
|
b.
|
Mendiagnose keberhasilan
|
b.
|
Menganalisis kondisi
|
|
slswa
|
|
yang ada
|
c.
|
Merencanakan dan menerapkan
|
c.
|
Memilih dan menerap
|
|
aktivitas pengajaran
|
|
|
d.
|
Mengevaluasi keberhasilan
|
d.
|
Menilai efekti vitas
|
|
slswa
|
|
manajerial
|
2. Pengertian dan Tujuan
Manajemen Kelas
Manajemen
dari kata "management", diterjemahkan pula menjadi
pengelolaan,berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan, pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan {Depdikbud, 1989). Kelas (dalam arti umum) menunjuk
kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dad guru yang sama pula. Dengan demikian, maksud manajamen
kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang
memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Terdapat
beberapa definisi tentang manajemen kelas berikut:
a. Berdasar konsepsi lama dan
modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya
mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah
proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi
manajemen kelas. Guru menurut konsepsi lama bertugas menciptakan, memperbaiki,
dan memelihara· sistem/organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Lois V.
Johnson dan Mary Bany, 1970).
b. Berdasar
pandangan pendekatan operasional tertentu (disarikan dari Wilford A. Weber,
1986):
a. Seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui
penggunaan disipltn (pendekatan qJ:ori ter).
b. Seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas
melalui intimidasi (pendekatan intimidasi).
c. Seperangkat
kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan Slswa (pendekatan permisif).
d. Seperangkat
kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep
yang telah disajikan (pendekatan buku masak).
e. Seperangkat
kegiatan guru un'tuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan
pembelaj aran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan
instruksional).
f. Seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan
dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan pengubahan
perilaku).
g. Seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim
sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio
emosional).
h. Seperangkat
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif (pendekatan sistem sosial).
Pengertian lain dari manajemenkelas adalah segala usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif clan menyenangkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan
demikian manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses
belajar mengajar secara sistematis. Us.aha sadar itu mengarah pada penyiapan
bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar clan pengaturan waktu
sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai
(Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).
b.
Gambar 2 : Penyiapan siswa pada saat masuk
kelas
Gambar 3 Ketua kelas menyiapkan para siswa
masuk kelas
Gambar 4 : Berdoa sebelum
memulai pelajaran'
Sedangkan tujuan manajemen kelas
adalah
a.
Mewujudkan situasi dan kondisi
kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b.
Menghilangkan berbagai hambatan
yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
c.
Menyediakan dan mengatur fasilitas
setra perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d.
Membina dan membimbing siswa
sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat
individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:2).
3. Aspek, Furigsi, dan Masalah
Manajemen Kelas
Tugas
guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan guru yang sudah tidak tepat
lagi. Dewasa iniaktivitas guru yang terpenting adalah memanajemeni,
mengorganisir, dan rnengkoordinasikan usaha at au aktivitas peserta didik
menuju tujuan pembelajaran. Mernanajemeni kelas merupakan keterampilan yang
harus dimiliki guru dalam rnernutuskan, rnemahami, mendiagnosis, dan kemarnpuan
bertindak rnenuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.
Adapun aspek-aspek yang perlu
diperhatikap dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan
kelas, situasi kelas, tindakan selektif. dan kreatif (Lois V. Johnson dan Mary
A. Bany, 1970).
Kegiatan-kegiatan
yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen
kelas, seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar
adalah berikut ini:
a. Mengecek kehadiran siswa,
b. Mengumpulkan hasil pekerjaan
siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut,
c. Pendistribusian bahan dan alat,
d. Mengurnpulkan inforrnasi did
siswa, mencatat data pemeliharaan arsipl
g. Menyampaikan materi pelajaran,
h. Memberikan tugas/PR.
Sementara itu hal-hal yang perlu
diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan pertama dengan
siswa di kelas adalah:
a. Ketika bertemu dengan siswa, guru harus:
1) bersikap
tenang dan percaya diri,
2) tidak
menunjukkan rasa cemas, muka masam, atau sikap tidak simpatik.
3) memberikan
salam lalu memperkenalkan diri,
4) memberikan
format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis
riwayat hidupnya secara singkat.
b. Guru
memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar:
c . Mengatur temp at duduk siswa secara tertib dan teratur.!
d. Menentukan tata cara berbicara
dan tanya jawab.
e. Membuat denah kelas (temp at duduk siswa).
f. Bertindak disiplin baik terhadap siswa
maupun terhadap diri sendiri (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 13).
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan
individu, ke1ompok, sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Di
samping sifat kelas peranan dan motif individu dalam kelompok, sifat-sifat
kelompok, penyesuaian yang terjadi dalam perilaku kolektif, dan pandangan guru
dalam mengajar. Manajemen kelas, selain memberi makna penting bagi tercipta dan
terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi:
1)
Membeli dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu
kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu
kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, mernbantu individu agar
dapat bekerja sarna dengan kelompok atau kelas, rnembantu prosedur kerja,
rnerubah kondisi kelas,
2) Memelihara agar tugastugas itu dapat berjalan
lancar.
Gambar 5 : Memberi
penjelasan dan membantu pembentukan kelompok
Fungsi
manajernen yang dipandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh kepala sekolah
seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar adalah
berikut ini. a. Perencanaan
Perencanaan dapat dipandang sebagai suatu proses penentuan dan penyusunan
rencana dan program-program kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan
datang secara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan, prinsip-prinsip
dasar dan data at au informasi yang terkait serta menggunakan sumber-sumber
daya lainnya (misal dana, sarana dan prasarana, prosedur, metode dan teknik)
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian
produk perencanaan adalah rencana atau program yang berorientasi ke masa depan.
Program seyogianya disusun secara lebih spesifik dan operasional. Rencana
tersebut hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Rencana harus jelas
Kejelasan ini harus terlihat pada tujuan dan
sasaran at au target yang hendak dicapai, jenis dan bentuk tindakan atau
kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa pelaksananya, prosedur, metode dan
teknik pelaksanaannya, bahan dan peralatan yang diperlukan, waktu dan tempat
pelaksanaan kegiatan.
2) Rencana harus
realistis
Hal ini mengandung arti bahwa
a) Rumusan tujuan, target at au
sasaran harus mengandung harapan-harapan yang memungkinkan dapat dicapai, baik
yang menyangkut aspek kuantitatif maupun aspek kualitatifnya. Untuk itu harapan-harapan
tersebut hams disusun berdasarkan kondisi-kondisi dan kemampuan yang dimiliki
oleh sumber daya yang ada.
b) Jenis dan
bentuk kegiatannya hams relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang hams
dicapai.
c) Prosedur,
metode, dan teknik pelaksanaannya hams relevan dengan tujuan dan target atau
sasaran yang hendak dicapai serta hams memungkinkan kegiatan-kegiatan yang
telah dipilih dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
d) Sumber daya
manusia yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut hams memiliki
kemampuan-kemampuan dan motivasi serta aspek-aspek pribadi lainnya yang
menjamin atau memungkinkan terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
e) Rencana
penggunaan sarana, prasarana, dan dana hams seSUaI dengan tujuan, target atau
sasaran yang hendak dicapai serta memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan
secara efektif dan efisien.
f) Jadwal
kegiatan pe1aksanaannya hams memungkinkan kegiatan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien serta sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakan.
3) Rencana hams terpadu
a) Rencana hams
memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat insani maupun non-insani
sebagai komponen-komponen yang bergantung satu sarna lain, berinteraksi dan
bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan dan target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b) Rencana
harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala prioritas.
b.
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu
proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan dan tugas serta kegiatan
yang berdasarkan struktur organisasi formal kepada orang-orang yang memilki
kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya, sebagai persyaratan bagi terciptanya
kerjasama yang harmonisdan optimal ke arah tercapainya tujuan secara efektif
dan efisien.
Pengorganisasian
ini meliputi langkah-langkah antara lain:
1) Mengidentifikasi tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Mengkaji
kembali pekerjaan yang telah direncanakan dan merincinya menjadi sejumlah tugas
dan menjabarkannya menjadi sejumlah kegiatan.
3) Menentukan
personil yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan
kegiatan-kegiatan.
4) Memberikan
informasi yang jelas kepada guru tentang tugas dan kegiatan yang harus
dilaksanakannya, mengenai waktu dan tempatnya, serta hubungan kerja dengan guru
atau pihak lain yang terkait.
5) Mengupayakan
sarana dan prasarana serta dana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas
dan kegiatan-kegiatan tersebut.
c. Menggerakkan
Fungsi
ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruh-pengaruh yang
dapat menyebabkan guru' tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya
secara bersama-sama dalam rangka tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Fungsi ini perIu dilakukan oleh seorang kepala sekolah, karena:
l) Adanya
kenyataan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu pekerjaan, tugas atau kegiatan
apabila ia terdorong untuk mcmenuhi sesuatu kebutuhan.
2) Sesudah perencanaan "dan
peng0rgaisasian di1akukan harus
ditindaklanjutkan dengan pelaksanaan tugas.
Fungsi
ini perIu dilakukan sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan
ragam dan tingkat kebutuhan seseorang. Dalam rangka melaksanakan fungsi ini ada
beberapa teknik motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah, antara lain:
a) Pemberian
pujian dan penghargaan,
b) Pemberian
kepercayaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, togas atau kegiatan,
c) Pemberian
peluang atau kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kreatif
inovatif,
d) Pemberian
insentif atau imbalan,
e) Menciptkan
iklim kerja yang harmonis dan menyenangkan,
f) Memberikan
teladan yang baik,
g) Memberikan
petunjuk atau nasihat,
h) Memberikan
teguran atau sanksi,
i)
Menyediakan peralatan dan bahan yang sesuai dengan
tugas dan kegiatan serta sesuai dengan kondisi sekolah,
j)
Memberikan layanan yang layak untuk keperluan
kenaikan pangkat atau promosi, dan sebagainya,
k) Memberikan
hasil pekerj aan atau kegiatan kepada guru yang bersangkutan sebagai umpan
balik,
l)
Memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan para guru.
d. Memberikan arahan
Fungsi
ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk, serta
bimbingan kepada guru yang dipimpinnya agar terhindar dari penyimpangan,
kesulitan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas. Fungsi ini berlaku sepanjang
proses pelaksanaan program kegiatan. Pelaksanaan fungsi ini dapat berupa
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1)
Memberikan penjelasan atau petunjuk-petunjuk tentang
tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru.
2)
Memberikan penjelasan atau petunjuk secara garis
besar tentang caracara melaksanakan tugas atau kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh setiap guru.
3)
Memberikan gambaran yang jelas tentang cara-cara
kerja yang dapat menghindarkan guru dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan.
4)
Membangkitkan dan membina rasa tanggung j awab .
moral pada diri setiap guru yang dipimpinnya atas keberhasilan pekerjaan, tugas
dan kegiatan yang harus dilaksanakannya.
5)
Memberikan perhatian, peringatan serta bimbingan
pada saat-saat tertentu terutama ketika guru yang bersangkutan sedang mengalami
kesulitan atau masalah dalam pelaksanaan tugasnya.
e. Pengkoordinasian
Fungsi
ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menyelaraskan gerak langk~h dan
memelihara prinsip taat asas (konsistensi) pada setiap dan seluruh guru dalam
melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya agar dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan kepala sekolah melalui
pembinaan kerja sarna antar guru dan antara guru dengan pihak-pihak luar yang terkait.
Di samping itu penyelarasan dan ketaatan pada asas diupayakan agar antar fungsi
manajemen yang satu dengan yang lain seluruhnya berorientasi pada tercapainya
tujuan dan sasaran' yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, dalam
melaksanakan fungsi ini seorang kepala sekolah dapat menggunakan
sekurang-kurangnya tiga pendekatan, yaitu :
1) Pengendalian
yang bersifat pencegahan
2) Pengendalian
langsung
3) Pengendalian
yang bersifat perbaikan
a. Pengendalian
pencegahan dilaksanakan kepala sekolah dengan menitik beratkan pada
usaha-usaha:
(1)
Melakukan perencanaan yang matang,
(2) Pengorganisasian yang tepat, g.
(3)
Pemberian dorongan yang tepat,
(4) Pemberian pengarahan yang jelas dan
terarah,
(5) Menciptakan iklim kerja yang sejuk,
(6) Pengkoordinasian yang tepat dan
harmonis.
b)
Pengendalian langsung dapat dititik beratkan pada usaha-usaha kepala sekolah
untuk:
(1) Mengadakan pengamatan yang cermat dan
terencana secara sistematis pada setiap tahap dalam proses pelaksanaan program,
(2) Mengsupervisi pelaksanaan program atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru,
(3) Memberikan
bantuan atau bimbingan segera kepada guru/personil yang memerlukannya,
(4) Membina disiplin guru secara
berkesinambungan.
c)
Pengendalian yang bersifat perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi
dan analisis. Dengan demikian perbaikan ini
dilakukan setelah sesuatu tugas atau kegiatan selesai dilaksanakan.
f.
lnovasi
Fungsi
inovasi menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha
yang bersifat kreatif inovatif. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru-guru
perlu mencari at au menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang
lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekurang-kurangnya mereka diharapkan mau dan
mampu memodifikasi hal-hal at au cara-cara baru yang lebih baik at au lebih
efektif dan efisien. Kondisi demikian perlu diciptakan di sekolah agar
pembaharuan pendidikan dapat muncul dad warga sekolah. Sebab, hal ini akan
menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah. Dalam melakukan fungsi ini
kepala sekolah perlu memperhatikan halhal berikut ini:
1) Harus disadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih
baik dari yang lama,
2) Jika mampu menemukan atau menciptakan sesuatu hal at au
cara baru, ia tidak perlu memandang rendah yang lama,
3)
Jika
menyangkut hal-hal yang amat pokok seperti kurikulum nasional, pendekatan
belajar-mengajar yang baru, dan sebagainya, maka upaya itu perlu
dikonsultasikan kepada pihak-pihak yang berwenang dilingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:1@)-18).Pt
Mengacu pada konsep dan fungsi menajemen kelas maka dapat
dikemukakan bahwa manajemen kelas tidak lain menunjuk kepada tiga hal yaitu: pengaturan
siswa, memelihara lancarnya penugasan, dan pengaturan fasilitas fisiko Masalah
manajemen kelas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:12). Tindakan
manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang guru akan efektif apabila ia dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang dihadapi.
Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan dasar
bahwa '~mua tingkah laku individu merupakan upaya meneapai tujuan tertentu
yaitu pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok/masyarakat dan untuk
meneapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan itu tidak lagi dapat dipenuhi
melalui eara-eara yang wajar maka individu yang bersangkutan akan berusaha
untuk meneapainya dengan eara-eara lain seperti bertindak dengan cara tidak
baik atau a-sosial (Rudolf Dreikurs, 1968). Lebih lanjut Rudolf Dreikurs, lihat
juga M. Entang dan T. Raka Joni 1983: 13; Ornstein, 1990:75) menyatakan bahwa
akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan 'i:?'
tersebut akan terjadi beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti:
a..
Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting
behaviors). Geja1a yang tampak dari tingkah 1aku ini adalah siswa membadut di
kelas atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan
ekstra.
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan
(power seeking behaviors). Gejalanya adalah siswa selalu mendebat, kehilangan
kendali emosional, marah-marah, menangis dan juga muneul tindakan pasif yaitu
selalu lupa pada aturan-aturan penting dalam kelas.
c. Tingkat laku
yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Gejala yang
muncul dari tingkah laku ini adalah tindakan menyakiti orang lain seperti
mengatangatai, memukul, menggigit dan sebagainya.
d. Peragaan
ketidak mampuan (passive behaviors). Gejalanya adalah dalam bentuk sama sekali
tidak menerima untuk mencoba melakukan apapun, karena beranggapan bahwa apapun
yang dilakukan kegagalanlah yang dialaminya.
Sebagai
penduga Dreikurs Dan Cassel menyarankan adanya penyikapan terhadap tindakan
para peserta didik adalah sebagai berikut : (1) jika guru merasa terganggu
karena perilaku anak, barangkali tujuan anak adalah untuk mendapatkan
perhatian, (2) jika guru merasa dikalahkan at au terancam, barangkali tujuan
anak adalah mengejar kekuasaan, (3) jika guru merasa disakiti, tujuan anak
mungkin membalas dendam, dan (4) jika guru rnerasa tidak tertolong, tujuan anak
rnungkin untuk rnenyatakan ketidak rnarnpuan.
Dari
empat cara/tindakan yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya
empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak seusia sekolah yaitu:
a.
Pola
aktif-konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, arnbisius untuk menjadi
super star di kelasnya, dan mernpunyai daya usaha untuk membantu guru dengan
penuh vitalitas dan sepenuh hati.
b.
Pola aktif-destrukstif yaitu pola tingkah laku yang
diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak.
c.
Pola pasif-konstruktif yaitu pola yang menunjuk
kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu
dan mengharapkan perhatian.
d.
Pola pasif-destruktif yaitu pola tingkah laku yang
menunjuk kemalasan (sifat pemalas) dan keras kepala .
Masalah
berikutnya adalah masalah kelompok. Masalah ini merupakan masalah yang harus
diperhatikan pula dalam manajemen kelas. Problem kelompok akan muneul yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok.
Masalah-masalah kelompok. Masalahmasalah kelompok yang mungkin muneul dalam
manajemen kelas adalah:
a. Kelas kurang
kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,
dansebagainya.
b. Penyimpangan
dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya, misalnya
sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan,
c. Kelas
mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota
kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang,
d. "Membombong"
anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat
kepada badut kelas,
e. Kelompok
cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yangtengah digarap,
f. Semangat
kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang
diberikan kurang fair,
g. Kelas kurang
mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal, guru kelas
terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya (Lois V. Johnson dan
Mary A. Bany dalam M. Entang dan T. Taka Joni, 1983).
Lebih
lanjut Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas yang sekaligus sebagai
variabelnya, yaitu:
a. Kesatuan
kelompok
Kesatuan
kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-anggotanya
bertingkah laku. Kesatuan berkaitan dengan komunikasi, perubahan sikap dan
pendapat, standar kelompok, dan tekanan terhadap perpecahan kelornpok at au
ketidak satuan. Penggunaan dominasi yang kuat dapat meningkatkan kesatuan.
Tetapi pemberian peraturan oleh guru dapat menirnbulkan kerusuhan. Kesatuan
dapat dikembangkan dengan menolong siswa agar menyadari hubungan mereka satu
sarna lain sebagai alat pernersatu.
b. Interaksi
dan komunikasi
Interkasi
terj adi dalam komunikasi, kalau beberapa orang/anggota mempunyai pendapat
tertentu maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi
membahas pendapat tersebut yang senng disertai d-engan emosi yang memperkuat
interaksi. Akan tetapi tiap kelompok akan berusaha untuk mempertahankan
interaksi kelompoknya. Hal ini perlu dibantu oleh guru supaya tugas-tugas
belajar dapat berlangsung secara waj ar. Guru perlu mengetahui kebutuhan
berkomunikasi siswa-siswanya dan memberi kebebasan kepadanya untuk berbicara. Komunikasiverbal
atau non verbal, bila tidak terselesaikan dapat membuat situasi rusak. Untuk membantu mereka, guru
mengetahui latar belakang mereka.
c. Struktur kelompok
Struktur
informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal. Beberapa individu
yang mungkin merupakan struktur informal, bila selalu .ditempatkan pada posisi
yang tinggi hat ini dapat merusak keakraban kelompok. Tempat anggota dalam
kelompok perlu sekali diusahakan agar menarik baginya. Posisi di
atas bila perlu bisa dibuat berganti-ganti.
d .
Tujuan-tujuan kelompok
Apabila
tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan tujuan
pendidikan, maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif dalam
menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain, siswa akan bekerja dengan~ baik
apabila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
e. Kontrol
Hukuman-hukuman
yang diciptakan bersama bagi Slswa yang melanggar, mungkin dapat memperkecil
pelanggaran, akan tetapi beberapa anak tetap akan tidak dapat belajar dengan
baik. Cara yang baik . adalah guru harus mendiagnosis kebutuhan dan kesukaran
kelompok sebelum membantu mereka. Tindakan-tindakan yang digunakan untuk
mengontrol kelas dari yang paling jelek ke paling baik ialah:
1) Hukuman atau
ancaman
2) Pengubahan
situasi atau siasat
3) Dominasi atau
pengaruh
4) Koperasi atau
partisipasi
f. Iklim kelompok
Iklim kelompok adalah hasi1.dari aspek-aspek yang saling
berhubungan dalam kelompok atau produk semua kekuatan dalam kelompok. Iklim
kelompok ditentukan oleh tingkat keakraban kelompok sebagai hasil dari
aspek-aspek tersebut di atas. Keakraban yang kuat akan mengontrol perilaku
anggota-anggotanya. Iklim kelompok merupakan hal yang penting dalam mengadakan
perubahan dalam kelompok. Di samping masalah individu dan masalah kelompok, hal
lain yang erat kaitannya dengan manajemen kelas adalah organisasi sekolah.
Organisasi sekolah menentukan penempatan siswa,
pemanfaatan kemampuan dan bakat guru-guru, dan pengelolaan fisiko Organisasi,
prosedur, tujuan, dan fisik direncanakan bersama untuk menentukan perilaku
siswa. Pengaruh organisasi sekolah dipandang menentukan di dalam pengarahan
perilaku siswa. Namun siswa kebanyakan kurang menyadari pengaruh organisasi ini
terhadap dirinya. Guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara
keseluruhan, termasuk cara pengelompokkan, kurikulum, rencana fisik,
peraturan-peraturan, nilai sikap dan tindakan. Asumsi ini masuk akal sebab organisasi sosial
sebagai sub sistem dan sistem sosial yang lebih luas termasuk sistem
persekolahan nasional. Norma-norma berkembang sebagai hasil proses interaksi
dan penyesuaian terhadap tekanan-tekanan. Norma dalam
kaitan ini adalah meliputi nilai-nilai, ide-ide, dan perasaan-perasaan. Norma
menunjuk kepada kecendrungan kelompok untuk merespon terhadap situasi, perilaku
atau informasi-. Norma menjadi fungsi umum yang mengikat anggota-anggota, orang
tua atau siswa disatu sekolah sebagai suatu sistem. Struktur kerja dan antar
hubungan personalia, staf sekolah juga berhubungan dengan norma yang berwujud
aturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan. Nortpa-norma ini membantu
mengintegrasikan kepala sekolah dengan bawahannya. Norma ini mencetuskan
bentuk-bentuk perilaku yang cocok bagi personalia, termasuk perilaku para
siswanya. Kebijakan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap, nilai,
organisasi, tujuan, dan perilaku siswa dalam kelas. Peraturan merupakan , penerapan kebij akan. Peraturan -peraturan
secara tertulis tidak mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda, lain halnya
dengan peraturan tidak tertulis. Peraturan yang tidak tertulis akan membuat
interpretasi yang berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lain atau
antara guru dengan guru lain. Keadaan ini merupakan salah satu aspek organisasi
sekolah yang kurang efektif dalam menunjang penciptaan suasana belajar.
4. Kelas yang Nyaman dan
Menyenangkan
Kelas
merupakan taman belajar bagi siswa. K~l~ adalah tempat bagi para siswa untuk
tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat itu
semuanya, kelas hendaknya dimanajemeni sedemikian rupa sehingga benar-benar
merupakan taman belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syar~t-syarat
kelas yang baik adalah: (1) rapi,
bersih, sehat, tidak lembab; (2} cukup cahaya yang meneranginya; (3) sirkulasi udara cukup; (4) perabot dalam keadaan baik, cukup
jumlahnya dan ditata dengan rapi; dan (5) jumlah
siswa tidak lebih dari 40 orang (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 17).
Terdapat beberapa syarat yang
perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan berikut ini.
a) Tata ruang kelas
Pada
dasarnya sistem pembelajaran yang dianut di sekolah dasar sangat tergantung
pada pendekatan atau metode yang digunakan) Menceramah, sistem yang digunakan
adalah sistem klasikal; metode eksperimen, diskusi kelompok, maka sistem yang
digunakan adalah non-klasikal.
Dalam
penataan ruang keIas, lemari kelas dapat ditempat di samping papan tulis atau
di samping mej a guru. Lemari kelas tambahan dapat diletakkan dibelakang kelas.
Lemari tambahan tersebut akan lebih baik bila terbuat dari kaca, dan hal ini
akan dipergunakan untuk menyimpan piagam, vandel, dan kepustakaan sekolah.
b) Menata perabot kelas
Perabot
kelas adalah segaia sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di
kelas. Perabot kelas meliputi atau dapat berupa:
1)
Papan tulis dan penghapusnya
2)
Meja, kursi guru
3)
Meja, kursi Slswa
4)
Almari kelas
5)
Jadwal pelajaran
6)
Papan absensi
7)
Daftar piket kelas
8)
Kalender pendidikan
9)
Gambar Presiden dan Wakil Presiden
serta Iambang Garuda Pancasila
10)
Tempat cuci
tangan dan lap tangan
11) Tempat
sampah
12) Sapu lidi,
sapu ijuk, dan sapu bulu ayam
13) Gambar-gambar
Iain/alat peraga
14) Kapur/spidol.
Papan tulis
Papan tulis harus cukup besarnya dan 'permukaan dasarnya harus rata.
Warna papan tulis yang mulai menipis atau belang hams segera dicat ulang. Warna
dasar yang lazin digunakan adalah warna hitam. Namun akhir-akhir ini warna
hijau banyak juga dipakai. Jika memungkinkan di sekolah dasar dapat juga
menggunakan papan tulis putih (white board). Papan tulis harus ditempatkan di
depan kelas dan cukup cahayanya. Penempatan papan tulis hendaknya diatur, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk dibagian
belakang kelas dapat melihat/membaca tulisan paling bawah dengan jelas. Papan
tulis dapat juga ditempatkan agak tinggi, namun perlu ada tangga di bawahnya.
Penempatan seperti itu terutama di kelas rendah.
Meja, kursi
guru
Ukuran meja, kursi guru disesuaikan dengan standar yang lazim. Meja guru
hendaknya berlaci dan ada kuncinya. Meja, kursi guru ditempatkan di depan
sebelah kanan atau kiri meja para siswa. Penempatan ini dimaksudkan agar
pandangan siswa ke papan tulis tidak terganggu. Meja, kursi guru dapat juga
ditempatkan di pinggir kanan atau kiri tempat duduk para siswa, asal tetap
tidak mengganggu pandangan siswa ke papan tulis.
Meja, kursi
Siswa
Meja, kursi siswa ditata berbaris ke belakang, tiap meja kursi siswa
diisi ditempati dua orang siswa. Kursi siswa harus cukup sesuai dengan jumlah
siswa. Meja kursi siswa harus cukup besarnya untuk dua orang. Meja kursi siswa
tingginya sesuai dengan ukuran badan siswa. Meja, kursi siswasiswa tersebut
dilengkapi dengan tempat tas/buku. Penempatan meja, kursi siswa diatur sehingga
siswa mudah untuk keluar masuk/bergerak di kelas itu.
Almari kelas
Almari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis, atau sebelah kiri/
kanan dinding, samping depan sebelah meja/kursi guru. Penempatan almari diatur
agar guru mudah membuka dan menutup almari.
Jadwal
pelajaran
Jadwal pelajaran ditempakan/ditempel pada temp at yang mudah dilihat. Daftar jadwal tersebut dapat dibuat dari
kayu atau dari kertas' manila.
Papan absensi
Papanabsensi ditempatkan di depan sebelah papan
tulis, atau dinding samping kanan/kiri kelas. Selain itu guru harus memiliki
catatan daftar hadir siswa pada buku khusus, karena daftar absensi di papan
absensi diganti setiap hari sesuai dengan keadaan.
Daftar piket
kelas
Daftar piket siswa ditempatkan di samping papan absensi. Daftar ini
memuat nama-nama para siswa yang bertugas menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan setiap harinya, seperti menyiapkan kapur tulis, membersihkan papan
tulis.
Kalender
pendidikan
Kalender pendidikan ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat. Kalender
ini memuat kegiatan pendidikan untuk satu tahun lamanya atau tergantung pada
kebutuhan.
Gambar Presiden,
Wakil Presiden, dan lambang Garuda Pancasila. Semua gambar ini ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis. Lambang
Garuda Pancasila ditempatkan lepih tinggi dari gambar Presiden dan Wakil
Presiden. Gambar Presiden ditempatkan sebelah kanan lambang Garuda Pancasila
dan Wakil Presiden sebelah kiri lambang Garuda Pancasila.
Tempat cuci tangan dan lap tangan
Tempat cuci tangandan lap tang
an ditempatkan di depan kelas dekat pintu masuk. Tempat cuci tangan dapat
dibuat secara perman en dapat juga secara tidak permanen.
Tempat sampah
Tempat sampah ditempatkan di
sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan. Tempat
sampah dapat terbuat dad seng atau plastik.
Sapu dan alat pembersih yang lain
Sapu dan alat pembersih yang
lain harus tersedia di kelas. Sapu dan alat pembersih itu diletakkan
ditempat yang agak tersembunyi.
Gambar-gambar
alat peraga
Penempatan dan pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan pelajaran yang
sedang diajarkan. Gambar dan alatperaga tersebut dapat ditempelkan didinding
kelas atau disimpan di almari tempat alat peraga. Gambar/alat peraga itu
diantaranya gambar para pahlawan, peta, gambar-gambar untuk pelajaran
matematika, IPA, IPS dan sebagainya.
Perabot dan alat
perlengkapan kelasini harus selalu dijaga keutuhan dan kelengkapannya. Keutuhan
tersebut merupakan tanggung jawab guru dan seluruh siswa.
Kebersihan kelas
harus tetap dipelihara. Pemeliharaan ini dilakukan oleh kelompok petugas piket,
maupun oleh semua siswa pada kegiatan kerja bakti bersama yang dilakukan pada
setiap hari Sabtu, atau setiap bulan, atau pada hari pertama masuk sekolah
setalah libur sekolah.
Gambar
6 Penempatan
papan tutis di ruang kelas dun posisi guru pada saar
memulai
pelajaran
Gambar 7 Penempatan lemari di ruang kelas
Pertanyaan-pertanyaan
1. Jelaskan
perbedaan antara mengajar dan manajemen kelas serta hubungan keduanya dalam
suatu proses pembelajaran!
2. Kemukakan
alasan-alasan mengapa manajemen kelas memiliki arti penting bagi pencapaian
tujuan pembelajaran yang optimal!
3. Buat dalam
sebuah matriks pengertian manajemen kelas berdasar konsep lama dan baru, serta
berdasar pada pandangan operasional!
4.
Kemukakan kemungkinan empat tingkah laku anak dalam
proses pembelajaran apabila kebutuhan individunya tidak terpenuhi !
5. Hal-hal apa
saja yang mungkin muncul akibat kebutuhan kelompok dalam pembelaj aran tidak
terpenuhi!
6. Berikut ini
dikemukakan masalah-masalah yang mungkin terjadi di dalam kelas yang
masing-masing dapat digolongkan ke dalam masalah pengajaran atau masalah
manajerial. Pertimbangkan, apakah masalah tersebut termasuk masalah pengajaran
atau manajerial! Kemudian, jelaskan alasan Anda mengapa Anda menggolongkan
masalah tersebut ke dalam salah satu kategori itu!
a. Alex adalah seorang siswa kelas enam dengan
kemampuan di bawah rata-rata. Kemajuan belajarnya sangat menyedihkan. Dalam
membaca misalnya, ia ketinggalan dua tahun dari siswa di kelasnya, dan hamper
satu tahun dari para siswa kelas dibawahnya. Ibu Mariana, gurunya,
menggambarkan siswa ini sebagai kurang pandai di kelasnya. Disamping itu Alex
rupanya terus-menerus berperilaku menyimpang. Alex tidak mau melaksanakan
tugasnya dan sering sekali mengganggu siswa-siswa lain yang sedang mengerjakan
tugasnya. Ibu Mariana merasa bahwa Alek dapat mengerjakan tugasnya seperti
siswa-siswa lain, asalkan ia mau berbuat seperti teman-temannya.
b. Meskipun telah delapan bulan pindah ke
sekolah baru, Rita masih . merupakan "siswa baru" di kelasnya sebab
ia belum juga menjacli anggota yang diterima oleh ternan-ternan sekelasnya. Ia
tampaknya pemalu dan suka menyendiri. Guru Rita yaitu Pak Dahlan telah banyak
berusaha agar Rita dapat diterima dan menerima teman-temannya. Misalnya, pak
guru telah menempatkan Rita pada satu kelompok yang terdiri dad siswa-siswa
perempuan yang peramah.
Berikut
ini disajikan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajeman kelas. Tugas Anda
adalah menetapkan termasuk jenis masalah apakah tiap-tiap masalah berikut,
apakah masalah perorangan atau masalah kelompok. kemudian tetapkan arah khusus
dari tiap-tiap masalah itu menurut klasifikasi berikut!
Masalah
kelompok:
- kekurang kompakan
-
kekurang kemampuan mengikuti peraturan
- reaksi negatif terhadap sesama
- Penerimaan tingkah laku menyimpang
- gangguan atas kelancaran kegiatan kelompok
Masalah perorangan:
- mencari
perhatian
- mencari
kekuasaan
- menuntut balas
- memperlihatkan
ketidakmampuan
- ketiadaan
semangat, tidak mau bckcrja, reaksi agrcsif
- ketidak mampuan penyesuaian diri dengan
lingkungan
a.
Halim memperlihatkan kcmampuan
mcngacaukan pelajaran matematika yang diberikan oleh 1bu Ayu. 1a tcrus menerus
mengganggu 1bu Ayu dcngan kritik-kritikkannya. 1a membcla cliri atas
tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang sclalu tidak dikerjakan itu. ia
menolak mengerjakan apa yang ditugaskan itu kepadanya, me skip un telah
ditegur. Ibu Ayu khawatir kalau-kalau ia tidak dapat mengendalikan diri, dankhawatir
si Halim akan mengganggu situasi pembelajarannya.
b.
Kelas Pak Taher biasanya merupakan
kelas yang baik dan bersemangat tinggi dalam belajar. Namun ketika Ibu Farida
datang ke kelas itu sebagai guru penggal1ti, siswa-siswa di kelas itu menolak
melakukan kegiatan, dan kelas menjadi amat gaduh, meskipun Ibu Farida mengajar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh Pak Taher.
c.
Ibu Arnold merasakan bahwa Ramli
sebagai Slswa yang amat mengganggu. Ada-ada saja tingkah lakllnya yang
menyebabkan orang lain terganggu. Tingkah lakunya yang menyimpang itu pada
umumnya belum keterlaluan, tetapi sudah agak menjengkelkan.
Tugas
Secara berkelompok (3-4) orang
Anda berkunjung ke sebuah sekolah dasar. Kegiatan yang Anda lakukan ialah:
a. Catat
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bapak/lbu Guru di dalam kelas pada saat
mengajar.
b. Catat semua
perilaku para siswa pada saat mengikuti pe1ajaran tersebut.
c.
Catat semua
peralatan atau perlengkapan yang ada di sekolah itu.
d.
Dengan
dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas, laporkan semua hasil
pengamatan kepada para mahasiswa kelompok lain.
e. Diskusikan
dan analisis laporan tersebut sehingga jelas masalahnya (pengajaran,
manajerial, individuall kelompok) dengan mengemukakan alas an dan
arah khusus dari masing-masing masalah tersebut.
Daftar Pustaka
Depdikbud, 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 2.
Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
---- 1996.
Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 3. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Johnson, Lois V. & Mary A.
Bany. 1970. Classroom Management. London :
The McMillan Company Collier Macmillan Limited.
M. Entangdan T. Raka loni. 1983. Pengelolaan
Kelas. Jakarta :
Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi.
Weber, Wilford A. 1986. Classroom
Management. Massachusetts :
De Heat and Company.
---- 1993. Effective Classroom
Management. Houston : Departement of
Curriculum and Instruction College of Education , University of Houston .
Ornstein, Allan C. 1990. Strategies
for Effective Teaching. New York :
Harper and Row Publisher Inc.
BAB II
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
Latar Belakang
Guru
adalah pekerja sosial, akan tetapi guru tidak dapat disamakan dengan seorang
tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku
petunjuk. Gtlru perIu menyadari bahwa peranannya adalah sebagai manajerial
aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen
kelas.
Memanajemeni
kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam
kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan
fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah
merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber
permasalahan.
Guru
harus memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami
dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang
dianggapnya menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan
masalah yang~dihadapinya. Kemungkinan dari hasil diagnosis memutuskan
menggunakan pendekatan A, tetapi setelah diterapkan ternyata gaga!. Kemudian
situasi tersebut dianalisis kembali, akhirnya sampai pada kesimpulan guru harus
menerapkan alternatif kedua, ketiga, at au kombinasi.
Berikut
ini adalah uraian ten tang macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas yang
disarikan dari Wilford A. Weber (1986; 1996); M. Entang dan T. Raka Joni
(1983), dan Depdikbud (1983). Boleh jadi dad macam-macam pendekatan dalam
manajemen kelas itu ada pendekatan yang sudah tidak tepat lagi. Oleh karena
itu, uraian macam-macam pendekatan ini dimaksudkan untuk lebih memahami
kekuatan dan ke1emahan yang ada pada setiap pendekatan, sehingga guru tidak
terjerumuske dalam penerapan pendekatan yang sudah tidak tepat itu.
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda
diharapkan dapat:
a.
menjelaskan pengertian pendekatan:
otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan perilaku,
sosio-emosional, proses kelompok, eklektik, dan analitik pluralistik dalam
manajemen kelas;
b.
menyimpulkan kekuatan dan kelemahan
masing-masing pendekatan dalam manajemen kelas;
c.
menyimpulkan persamaan dan perbedaan masing-masing pendekatan dalam manajemen
kelas;
d.
mengemukakan bentuk-bentuk pendekatan
intimidasi dalam manajemen kelas;
e. menjelaskan lima strategi pendekatan instruksional dalam
manajemen kelas;
f. menyimpulkan alasan penerapan
pendekatan eklektik atau pendekatan analitik pluralistik dalam manajemen kelas;
g. memahami empat tahap pendekatan
analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam manajemen kelas.
1.
Pendekatan Otoriter
Pendekatan
otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian
perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam
peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan
strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku
peserta didi k. Guru. bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik
karena gurulah pali mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini
sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan
otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimi. Guru
yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan
peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru. otoriter bertindak untuk
kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.
Pendekatan
otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas
yaitu (1) menetapkan dan menegakkan
peraturan, (2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan (3) menggunakan
teguran, (4) menggunakan pengendalian dengan mendekati, dan (5) menggunakan
pemisahan dan pengucilan.
a) Menciptakan
dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariska pembatasan-pembatasan
dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal
tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan
peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru
mengenai perilaku peserta didik di kelas. Peraturan merupakan pedoman yang
diformalkan yang. menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak
dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta
didik. Peraturan yang dirumuskan dengan jelas amatlah perlu agar peserta didik
dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan memahami peraturan yang
menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan sangatlah penting
sehingga peserta didik mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui
akibat pelanggaran atas peraturan itu.
b) Memberikan
perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam mengendalikan
perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan
guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan
jelas dan mudah difahami adalah. sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam
mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk
mematuhinya.
c) Menggunakan teguran ramah adalah strategi
memanajemeni kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku
tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa
teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik
dad perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran
ramah dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk
memberitahukan dan bukan menuduh.
d) Menggunakan
pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta
didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang.
Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan
atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan
untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa
kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik
berperilaku menyimpang.
e) Menggunakan
pemisahan dan pengucilan (dan juga penskoran, penahanan) adalah strategi guru
dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya
cukup berat. Strategi terse but cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang
yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidak dianggap
sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.
2 . Pendekatan Inffmidasi
Pendekatan
intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses
pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang
menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada
perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman
yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah
memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan
intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah
verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk
segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru
memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak
"berhenti" dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta
didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut
karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan
demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang
salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti
maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.
Kendatipun
pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat
·banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya
bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala
masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari
penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya
hubungan antara guru dan peserta didik.
3. Pendekatan Permisif
Pendekatan
permisif adalah pendekatan yang
menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Thema sentral dari
pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan
peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru
adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin,
dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara
penuh.
Pendekatan
permisif sedikit penganj urnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah
dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam
sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik menyandang
hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan
kewajibannya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas
akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang menyatakan
bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan
dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru
memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri
apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik rnemperoleh kesempatan
secara psikologis, memikul resiko yang aman, rnengatur kegiatan. sekilah sesuai
cakupannya, mengembangkan kernampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri;
dan tanggung jawab sendiri. Dengan dernikian, guru harus dapat menemukan cara
untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi,
disisi lain tetap dapat rnengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung
jawab.
4. Pendekatan Buku Masak
Pendekatan
buku adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus
dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi
berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak harus lakukan ini biasanya dapat diketemukan dalam artikel:
Tiga puluh cara untuk rnemperbaiki perilaku peserta didik, misalnya. Karena
daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan rnudah, pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan "buku masak". Berikut ini adalah contoh khas jenis
pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar “buku masak”.
Selalulah menegur siswa secara
empat mata
Jangan sekali-kali meninggikan
suara pacta saat/
waktu memperingatkan siswa
Tegas dan bertindak adil sewaktu
berurusan dengan Slswa Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan
Senantiasalah menyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum
menjatuhkan hukuman
Selalulah meyakinkan did bahwa
siswa mengetahui
semua peraturan yang ada
Tetaplah konsekuen dalam
mengakkan peraturan.
Pendekatan
buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak
ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan seeara umum pada
masalah-masalahlain. Pendekatan ini eenderung menumbuhkan sikap reaktif pada
diri guru dalam memanajemeni kelas. Dengan kat a lain, guru biasal1ya memberikan
reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mcmpcrgunakan dalam jangka pendek.
Kelemahan lain pcndekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal
mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan
ini bersifat mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka aeuan buku masak akan
merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.
5. Pendekatan Instruksional
Pendekatan
instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran
yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya
sebahagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa
manaj erial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu.
Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang
baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap
peserta didik.
timbulnya masalah manajemen
kelas. Oleh karcna itu, para pengembang pendekatan instruksional menyaninkan
guru dalam mengembangkan strategi menajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut
ini: 1) menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai,
2) menerapkan kcgiatan yang cfcktif, 3) mcnycdiakan daftar kegiatan rutin
kelas, 4) memberikan pcngarahan yang jelas, 5) mcnggunakan dorongan yang
bermakna, 6) memberikan bantuan mengatasi rintangan, 7) merencanakan perubahan
lingkungan, 8) mengatur kembali struktur situasi.
Menyampaikan
kurikulum, pelajaran yang manarik, relevan dan sesuai dengan secara empiris
dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam
kelas. Di samping itu penelitian-penelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci
keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiaplbn dan
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Hal itu akan mencegah perhatian
yang kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru yang berhasil ialah guru
yang rnenyajikan pelajaran yang disiapkan dengan baik, yang berlangsung dengan
lancar, dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya, memberikan
kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Menerapkan
kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan
kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya.
Kegiatan guru yang meloncat-loncat (mendesak, tergantung, terputus, berubah
arah), bertele-tele, dan terpisah-pisah adalah kegiatan-kegiatan yang tidak
efektif, dan akan mengundang perilaku peserta didik untuk menyimpang.
Menetapkan
kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu difahami dan
dilakukan peserta didik, Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal
pertemuan dengan para peserta didik di kelas. Penjelasan secukupnya mengenai
harapan guru yang berkaitan dengan kegiatan rutin kelas merupakan langkah yang
menentukan efektivitas manajemen kelas dan pengembangkan kelas yang produktif.
Proses ini membatasi kemungkinan timbulnya masalah manajemen kelas seminimal
mungkin.
Gambar 8 " Guru mengingatkan kembali fugas
rutin sehari-hari para Slswa
Memberikan
pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang
diinginkan guru, lnstruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran,
sistematis akan membantu efektivitas manajemen kelas, sehingga masalah-masalah
menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari,
Memberikan
dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan
minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku pesert didik yang menunjukkan
tanda-tanda kobosanan dan keresahan. Kegiatannya misalnya, guru dapat mendekati
peserta didik, memeriksa pekerjaannya memberikan penghargaan pada usahanya, dan
memberikan saran-saran. perbaikan lebih lanjut. Dengan cara ini guru membantu
peserta didik meneruskan aktivitasnya dan mencegah timbulnya perilaku
menyimpang.
Memberikan
bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru
untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat,
pada saat mereka benar-benar memerlukannya. Proses bantuannya dilaksanakan
sebelum situasi berkembang hingga tidak dapat dikuasai. Bantuan mengatasi
rintangan ini adalah cara yang sangat bermanfaat untuk mencegah perilaku
mengganggu.
Merencanakan
perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan
menghadapi perubahan-perubahan situasi. Misalnya, peserta didik harus disiapkan
atas kemungkinan guru tidak dapat hadir selama beberapa hari dan akan
digantikan oleh guru lain. Perencanaan yang disiapkan sebe1umnya akan membantu
peserta didik memahami hal itu dan akan berperilaku sesuai dengan yang
direncanakan guru. Dengan demikian, timbulnya masalah manajemen kelas dapat
dicegah secara dini.
Merencanakan dan mengubah
lingkungan kelas adalah proses penciptaan lingkungan yang menyenangkan dan
tertib. Kegiatan ini dimaksudkan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan
perilaku menyimpang, dan dirancang dengan baik. Merencanakan dan mengubah
lingkungan kelas diperlukan untuk mencegah atau mengurangi jenis-jenis perilaku
tertentu yang tidak diinginkan. Mengatur kembali struktur situasi adalah
strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan
cara yang lain atau cara yang berbeda. Mengubah sifat kegiatan, mengubah pusat
perhatian, atau menggunakan cara baru untuk mengerjakan hal-hallama akan
efektif mencegah timbulnya masalah manajemen kelas, khususnya yang bersumber
pada perasaan bosan.
6. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan
pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip
utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses
belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesual maupun perilaku
yang menyimpang. Pengajur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta
didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan
yaitu: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2)
peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan
pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses
dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru
adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar be1ajar. Prinsip tersebut
adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah
terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu
semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di
kemudian hari.
Contoh:
Natsir
membuat karya tulis. Karya tulis itu sangat rapi. Kemudian karya tulis itu
diserahkan kepada guru (=perbuatan, tingkah laku). Guru memuji karya tulis itu
dan mengatakan bahwa karya tulis yang rapi lebih mudah dan enak dibaca dari
pada karya tulis yang tidak rapi (=penguatan positif). Dalam karya tulis
berkutnya Natsir lebih bersungguh-sungguh dan tulisannya lebih rapai
(=frekuensi perbuatan yang dikuatkan lebih meningkat).
Hukuman adalah pemberian pengalaman atau
rangsangan yang tidak disukai atau tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu
perbuatan. Dengan hukuman menyebabkan suatu perbuatan yang dikenai hukuman
frekuensinya berkurang dan cenderung tidak dilanjutkan.
Contoh:
Tarji membuat dan menyerahkan
makalah yang tulisannya tidak rapi kepada gurunya (=perbuatan peserta didik).
Guru menegur Tarji karena dia tidak bekerja rapi. Guru mengatakan kepadanya
bahwa tulisan yang tidak rapi sukar dibaca. Guru menyuruh agar Tarji menulis
kembali makalah itu (=hukuman). Dalam makalah berikutnya tulisan Tarji
bertambah baik (=frekuensi perbuatan yang dihukum berkurang).
Penghentian adalah menahan suatu penghargaan yang
diharapkan (=menahan penguatan positif), yang dalam kejadian sebelumnya
perbuatan seperti itu diberi penghargaan. Penghentian menyebabkan menurunnya
frekuensi perbuatan yang sebelumnya dihargai.
Contoh:
Marni
yang pekerjaannya rapi selalu dihargai oleh guru. Ia menyiapkan sebuah karya
tulis dengan tulisan yang rapL Kemudianmenyerahkannya kepada guru (=perbuatan
peserta didik yang sebelumnya dikuatkan oleh guru). Guru menerimanya, kemudian
mengembalikannya kepada Marni tanpa komentar apa pun (=menahan penguatan
positif). Pekerjaan Marni menjadi kurang rapi dalam membuat makalah berikutnya
(=frckuensi perbuatan yang scbelumnya dikuatkan mcnjadi menurun).
Penguatan negatif adalah penarikan rangsangan (hukuman)
yang tidak diinginkan atau tidak disukai sesudah terjadinya suatu pcrbuatan,
yang menyebabkan frekuensi perbuatan itu meningkat. Menarik hukuman bermaksud
memperkuat perilaku dan meningkatkan kecenderungan diulangi.
Contoh:
Iskandar adalah salah seorang
peserta didik yang selalu menyerahkan pekerjaan (makalah) yang kurang rapi
kepada gurunya. Meskipun guru selalu mengomeli Iskandar, pekerjaan Iskandar itu
tidak bertambah rapl. Guru kali ini menerima pekerjaan Iskandar tanpa komentar
dan tanpa omelan seperti biasanya (=menarik hukuman). Ternyata pada kemudian
hari pekerj aan Iskandar menj adi lebih baik (frekuensi perilaku meningkat).
Mendasarkan
pada uraian di atas, guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai
dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan
negatif (menarik h ukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang
menyimpang dengan mempergunakan! hukuman (memberi rangsangan yang tidak
menyenangkan), penghentian (menahan penghargaan yang diharapkan), dan penarikan
(menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensi-konsekuensi
itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsipprinsip
perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyimpang,
perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum perilaku yang sesuai,
perilaku tersebut cenderung tidak diteruskan.
Penentuan
waktu, frekuensi pcnguatan, dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam
pengubahan perilaku. Pcrbuatan pescrta didik yang hcndak dipcrkuat oleh guru
harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta
didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah perbuatan
itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan . segera cenderung akan
melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan
menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah
penting.
Penentuan
waktu sarna pentingnya dengan frekuensi terjadinya perilaku yang dikuatkan.
Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi
perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut.
Jika seorang guru menginginkan penguatan perilaku siswa tertentu, guru harus
menghargai setiap kali perilaku itu terjadi. Penguatan terus menerus akan
sangat efektif pada tahap awal mempelajari suatu perilaku. Sekali perilaku
telah terbentuk akan efektif menguatkannya tanpa tenggang waktu yang lama.
Penghargaan
atau pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan
yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangl frekuensi perbuatan
yang mendahuluinya. Pendorong dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu
pendorong primer (diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti air,
makanan, rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan
sebagainya).
Pendorong
bersyarat terdiri dari beberapa tipe seperti pendorong sosial (pujian atau
tepukan), pendorong perIambang (berupa benda/barang - tanda penghargaan), pendorong
nyata (uang atau cek), pendorong kegiatan (bermain di luar, membaca bebas,
diberi kesempatan memilih nyanyian).
Penghargaan
(dan hukuman) dapat difahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara
individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan
sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru
sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang
dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering terjadi.
Contoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta
didikberperilaku menyimpang dengan maksud menar'ik perhatian. Tindakan hukuman
yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai,
bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu,
peserta didik tersebut meneruskan perilakunya untuk mendapat perhatian yang
didambakannya.
Contoh di
atas mengisyaratkan hendaknya guru berhati-hari dalam memilih suatu pendorong
tertentu. Walaupun hal ini benar, proses pemilihan jangan dibuat sebagai suatu
hal yang menyulitkan. Pendorong adalah idiosinkretik bagi seorang peserta
didik. Pendidik itulah sebenarnya dan seyogianya menemukan pendorong-pendorong
tersebut. Jadi pendorong terbaik ialah pendorong yang dipilih oleh peserta
didik itu sendiri.
Terdapat
tiga metode yang ditawarkan untuk menemukan pendorongpendorong yang
berorientasi individual yaitu: 1) mendapatkan petunjuk mengenai pendorong yang
mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik, 2)
mendapatkan petunjuk tambahan dengan mengamati apa saja yang mengikuti perilaku
peserta didik tertentu, dan 3) mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya
menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu senggang, apa yang ingin
dimiliki, dan untuk apa ia melakukan sesuatu.
Guru
menyadari bahwa pujian dan dorongan adalah pendorong sosial yang sangat kuat.
Pendekatan pengubahan perilaku menawarkan sejumlah strategi menajerial kepada
guru yang semuanya mengandung penggunaan dorongan. Berikut ini adalah
strategi-strategi lain yang dilawarka11 dalam mcmanajcmcni kelas.
Mempergunakan model
Model
adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain
mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai suatu strategi menajemen, model dapat
dipandang sebagai suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya
menari1pilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki dan ditampilkan oleh
peserta didik.
Mempergunakan pembentukan
Pembentukan
adalah suatu prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian
perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang diinginkan. Dan pada
setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang mendekati itu guru
memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga ia mampu secara konsisten
menampilkan perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi
pengubahan perilaku yang dipergunakan untuk mendorong perkembangan perilaku
yang baru.
Mempergunakan sistem hadiah
Sistem
hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Undur-unsur itu dimaksudkan untuk
mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1)
seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan
perilaku peserta didik yang hendak dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu
sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta
didik yang menampilkan perilaku yang sesuai, dan 3) seperangkat prosedur yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka
peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan terlibat dalam
kegiatan-kegiatan sosial.
Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak
perilaku adalah suatu persetujuan an tara guru
dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan
perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan
perilaku tersebut. Kontrak adalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta
didik yang merinci apa yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik dan
ganjaran atau konsekuensi yang akan diperolehnya apabila melakukan hal-hal yang
disepakati itu.
Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan
jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau
hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seorang peserta didik sendiri,
melainkan juga kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota
kelompok tergantung pada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku
seluruh anggota kelompok lainnya .
Penguatan
alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternatif yang tidak serasi yaitu penguatan
yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi
dimana guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan
perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh guru.
Mempergunakan
penyuluhan perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi
pertemuan pribadi an tara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui
bahwa perilakunya tidak sesuai dan merencanakan perubahan. Pertemuan s~perti
itu akan membantu peserta didik memahami hubungan antara tindakannya dengan
konsekuensinya, dan mempertimbangkan tindakan-tindakan alternatif yang mungkin
dapat menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
Mempergunakan
pemantauan sendiri
Pernantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan
diri sendiri dirnana peserta didik rnencatat aspek-aspek perilakunya agaria
dapat rnerubahnya. Pernantauan diri sendiri secara sisternatis akan
meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan
dihilangkan atau dikurangi. Pernantauan diri sendiri meningkatkan kesadaran
diri sendiri rnelalui pengarnatan atas dirinya.
Mempergunakan
isyarat
Isyarat adalah suatu proses untuk rnerangsang berbuat
atau tindakan mengingatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan oleh
guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila ia merasa peserta
didiknya berperilaku rnenyirnpang. Suatu isyarat dapat digunakan untuk
mendorong atau mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan pendorong, isyarat
rnendahului respons.
Kernbali pada dilerna paling pelik yang dihadapi
oleh para penganJUf pendekatan pengubahan perilaku yaitu penggunaan hukuman
untuk menghilangkan perilaku yang tidak sesuai. Setiap penulis rnernpunyai
pandangan yang berbeda. Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol dalarn
hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif untuk
menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, 2) penggunaan hukuman
dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan dapat membcrikan dampak
positif pada perilaku pcscrta didik, tetapi karena adanya resiko timbulnya
pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan
seksama, 3) penggunaan hukuman harus dihindarkan sama sekali, karena perilaku
siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan teknik-teknik lain
yang tidak mempunyai pengaruh sarnpingan yang negatif seperti hukuman.
Menyoal pandangan yang berbeda
tentang hukuman di atas, Sulzer dan Mayer memberikan kajian kcuntungan dan
kerugian pcnggunaan hukuman. Keuntungan pemberian hukuman adalah 1) hukuman tidak menghentikan dengan
segera perilaku siswa yang dihukum, tetapi dapat mengurangi terjadinya perilaku
tersebut untuk jangka waktu lama, 2) hukuman bersifat memberikan informasi
kepada. peserta didik, karena membantunya membedakan dengan cepat perilaku yang
dibenarkan dan perilaku yang tidak benarkan, 3) hukuman bersifat memerintah
terhadap siswa lain untuk mengurangi kemungkinan peserta didik lainnya meniru
perilaku yang dihukum tersebut. Adapun kerugian penggunaan hukuman adalah: 1)
hukuman dapat disalah tafsirkan, 2) hukuman da.pat menyebabkan peserta didik
yang dihukum menyisihkan diri sama sekali, 3)
hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum menjadi agresif, 4)
hukuman dapat menghasilkan reaksi negatif di pihak teman-teman sekelasnya, 5) hukuman dapat menyebabkan peserta didik
yang dihukum bersikap negatif terhadap dirinya sendiri at au terhadap situasi.
7. Pendekatan
Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas
berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang
sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar
asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat
tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru
adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itLl,
tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun huhungan antar pribadi
yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif
pula.
Banyak gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional dapat ditelusuri pada
karya Carl Rogers. Premis utamanya adalah: kelancaran proses belajar yang penting sangat tergantung pada
kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan peserta
didik. Rogers mengindentifikasi beberapa sikapyang diyakini hakiki yaitu:
ketulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian,
mempercayai, dan pengertian empatik.
Sementara itu, Ginott menekankan pentingnya komunikasi
yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, di
samping keserasian, sikap menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh
bagaimana sikap-sikap itu diwujudkan oleh guru. Cara guru berkomunikasi ialah
dengan berbicara sesuai situasi, bukan dengan kepribadian atau watak siswa.
Apabila dihadapkan kepada perilaku siswa yang tidak dikehendaki, guru dinasihatkan
agar menerangkan apa yang dilihatnya, menjelaskan apa yang dirasakannya, dan
rnenerangkan apa yang perlu dilakukan. Guru rnenenrna siswa, tetapi tidak
rnenerirna atau rnenyetujui perilakunya. Ginott rnernberikan rekornendasi
rnengenai eara yang seyogyanya dilakukan oleh guru untuk berkornunikasi seeara
efektif sebagai bedkut.
a.
Alamatkan
pernyataan kepada situasi siswa, jangan rnenilai dirinya karena hal itu dapat
rnerendahkan did siswa.
b.
Gambarkanlah
situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan rnengenai
situasi tersebut.
c.
Nyatakan perasaan yang sebenarnya yang akan
rneningkatkan pengertian siswa.
d.
Hindarkan cara memusuhi dengan eara rnengundang
kerja sarna dan rnernberikan kepada siswa kesernpatan rnengalarni ketidak
tergantungan.
e.
Hindarkan sikap menentang atau rnelawan dcngan eara
rnenghindarkan perintah dan tllntlltan yang memaneing respons dcfensif.
f.
Akui, terima, dan hormati pendapat serta pcrasaan
siswa dengan cant yang meningkatkan perasaan harga dirinya.
g.
Hindarkan diagnosis dan prognosis yang akan menilai
siswa, karena hal itll akan melemahkan semangat
h.
Jelaskan proses, dan tidak menilai prodllk atau
pribadi, berikan bimbingan dan bukan kecaman.
i.
Hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan
memaneing sikap menolak dan mengundang sikap menentang.
j.
Tolak godaan memberikan kepada siswa pemeeahan yang
ditawarkan secara burll-buru, pergllnakanlah waktu lIntllk memberikan bimbingan
yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Doronglah kemampuan
untuk mengatur diri sendiri.
k.
Hilangkan sarkasme, karena hal itu akan mengurangi
harga diri peserta didik.
l.
Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan khotbah
bertele-tele yang tidak akan menyakitkan motivasi.
m. Pantau dan
waspadalah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa.
n.
Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena hal
itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu
destruktif.
o.
Dengarkanlah apa yang diurigkapkan peserta didik dan
dorong mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya.
Pandangan
lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan Sosio-emosional adalah dari Glasser. Glasser menekankan
pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang
disebutnya terapi kenyataan. Dinyatakan oleh Glasser bahwa satu-satuya
kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan identitas yaitu perasaan berhasil
dan dihargai. Untuk mencapai identitas berhasil dalam konteks sekolah,
seseorang harus mengembangkan perasaan tanggung jawab sosial dan harga diri.
Tanggung jawab sosial dan harga diri adalah hasil yang diperoleh siswa yang
telah mengembangkan hubungan yang baik dengan sesamanya. Jadi untuk
mengembangkan i(1cntitas keberhasilan yang penting adalah keterlibatan.
Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalannya mengembangkan identitas
keberhasilan. Dalam kaitan ini, Glasser mengemukakan delapan langkah untuk
membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini.
a.
Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa;
menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan
kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
b.
Memberikan uraian ten tang perilaku siswa; menangani
masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
c.
Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat
tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa
yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang menyebabkan
kegagalannya.
d.
Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih
baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan
sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk
mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
e.
Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana
yang telah dibuatnya.
f.
Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan
memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru
mengetahui kemajuan kemajuan yang dibuatnya.
g.
Tidak mencrima pcrnyataan maaf siswa apabila siswa
gagal meneruskan ketcrikatannya; bantulah ia mcmahami bahwa ia scndirilah yang
bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang
lcbih haik; mcncrima pcrnyataan maar bcrarti tidak memusingkan masalah siswa.
h.
Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat
wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah
siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan
rencana tersebut.
Sementara
itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional mengemukakan
gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang
efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana
siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah
maju, 2) pengakuan akan pengaruh konsekllensi wajar dan logis atas perilaku siswa.
Mengembangkan
kelas yang demokratis berasumsi bahwa perilaku dan pencapaian siswa dipermudah
oleh suasana kelas yang demokratis pula. Dalam suasana kelas yang demokratis
siswa diharapkan diperlakukan sebagai orang yang bertanggung jawab, individu
yang mempunyai harga diri, yang mampu membuat keputusan dan memecahkan
persoalan dengan terampil. Kelas yang demokratis, dapat membantu mengembangkan
sllasana saling mempercayai an tara guru dan siswa dan an tara
sesama siswa. Guru yang berllsaha menciptakan suasana yang demoktratis tidak
boleh melepaskan tanggllng jawabnya scbagai pemimpin. Guru yang efektif
bllkanlah seorang otokratis, tetapi juga bukan anarkis. Guru yang demokratis
membimbing peserta didik; guru yang otokratis mendominasi; guru yang laissezfaire
lepas tanggung jawab. Guru yang demokratis bertanggung jawab dengan membagi
tanggung jawab.
Menggunakan
konsekuensi logis adalah akibat yang diterima dari sebab perilaku peserta didik
itu sendiri. Konsekuensi logis sedikit banyak diatur oleh guru, tetapi
merupakan akibat logis dari perilaku peserta didik. Agar dapat dipandang
sebagai konsekuensi logis, siswa harus menganggap konsekuensi itu sebagai
sesuatu yang wajar. Jika dipandang sebagai hukuman, efek positifnya akan
hilang. Konsekuensi logis sebagai realitas tertib sosial, berkaitan langsung
dengan perilaku yang menyimpang, tidak termasuk unsur pertimbangan moral, dan
hanya menyangkut apa yang akan terjadi di kemudian hari.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Premis
utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut: 1) kehidupan <;ekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni
kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok
kelas yang efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah suatu sistem sosial
yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua sistem sosial, 4
)pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas
yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck
dan Schmuck dalam Weber mengemukakan enam ciri mengenai manajemen kelas yaitu:
harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan.
Harapan
adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu
sarna lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang
cara berperilaku diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, harapan yang
bagaimana anggota kelompok akan berperilaku akan sangat mempengaruhi cara guru
dan siswa dalam hubungan mereka satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan
paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju
pencapaian tujuannya. Jadi perilaku kepemimpinan terdiri dari tindakan-tindakan
anggota-anggo.ta kelompok, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan yang membantu
penetapan norma-norma kelompok yang menggerakkan kelompok kearah tujuan, yang
memperbaiki mutu interaksi antara anggota-anggota kelompok, dan yang
menciptakan keterpaduan kelompok. Berdasar peranannya, guru mempunyai potensi
terbesar dalam peranan kepemimpinan. Akan tetapi dalam kelompok kelas yang
efektif fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para
peserta didik. Suatu kelampak kelas yang efektif adalah kelampok yang fungsi
kepemimpinannya dibagi-bagi dengan baik, dan semua anggota kelampok dapat merasakan
kewenangan dan harga diri dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dan dalam
bekerja bersama-sama.
Daya
tarik, menunjuk pada pala-pala persahabatan dalam kelompak kelas.Daya tarik
dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat di antara para
anggota kelampok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan
antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang efektif ialah
seseorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang positif an tara para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha
meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa yang tidak disukai dan
anggota-anggota baru.
Norma
ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara
berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar
pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota
memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan
dari orang lain. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi efektivitas
kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok
menciptakan, menerima, dan memelihara norma kelompok yang produktif.
Komunikasi, baik verbal maupun
non-verbal adalah dialog antara anggotaanggota kelompok. Komunikasi
mencakup kemampuan khas manusia untuk saling memahami buah pikiran dan perasaan
masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti menerima pesan menafsirkan
dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh karena itu, tugas
rangkap guru adalah membuka saluran komunikasi sehingga semua siswa menyatakan
buah pikiran dan perasaannya dengan bebas, menerima buah pikiran dan perasaan
siswa.
Keterpaduan adalah menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para
anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan
individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Kelompok menjadi padu
karena alasan: 1) para anggota saling menyukai satu sama lainnya, 2) minat yang
besar terhadap pekerjaan, 3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya.
9. Pendekatan
Eklektik
Menyimak
secara seksama kedelapan pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat
melihat benda yang sama dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena
itu, seorang g.uru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing
pendekatan ketika akan menerapkan satu pendekatan. Dalam kenyataan guru jarang
sekali menerapkan satu pendekatan secara utuh, melainkan mengkombinasikan
masing-masing pendekatan dengan mengambil hal-hal yang positif dari satu
pendekatan seraya mengeliminir kelemahan masing-masing pendekatan. Wilford A.
Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik
dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau
keseluruhanyang bermakna, yang secara filosofis, teoretis, dan/atau psikologis
dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan
tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik (Wilford A.
Weber, 1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan
pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas
yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan Perilaku, Penciptaan Iklim
Sosio-emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat memilih pendekatan yang tepat
dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas
(M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:43).
Simpulannya
adalah bahwa kemampuan guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat
tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang
dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan
tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku
peserta didik yanK baik dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang
kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-emosional dipergunakan apabila
sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru
dan peserta didik; semen tara itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila
seorang guru in gin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
10. Pendekatan Analitik
Pluralistik
Sembilan
pendekatan yang diuraikan di muka menggambarkan sembilan macam pendekatan
manajemen kelas yang berlainan. Setiap pendekatan ada penganjurnya dan
pemakaianya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan
diripada satu pendekatan manajemen kelas. Saran dan anjuran yang periu
dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Berbeda
dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan
kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau berapa strategi dari berbagai
pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil
menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Guru
yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang
mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistik
memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik berupa
pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa
strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi
yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pendekatan
analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial
tertentu saja. Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif.
Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati
dalam penggunaannya.
a. Menentukan kondisi kelas yang
diinginkan
Langkah
pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif ialah menentukan kondisi
kelas yang ideal. Guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang
kondisi-kondisi yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara
efektif. Di samping itu guru hendaknya menyadari perlunya terus menerus menilai
manfaat pemahamannya dan mengubahnya apabila keadaan menuntutnya. Keuntungan
utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai adalah: 1) guru tidak
memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul, 2)
guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan upayanya dan yang
menjadi tolok ukur penilaian atas hasil upayanya.
b. Menganalisis kondisi kelas
yang nyata
Setelah
menentukan kondisi kelas yang diinginkan, guru selanjutnya menganalisis keadaan
yang ada, yakni membandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang
diharapkan. Dengan demikian, analisis ini akan memungkinkan guru mengetahui: 1)
kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menentukan
kondisi yang perlu mendapat perhatian segera dan mana yang dapat diselesaikan
kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan pemantauan, 2) masalah yang mungkin
terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal mengambil
tindakan pencegahan, dan 3) kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan
dipertahankan karena dianggap sudah baik. Asumsi tahap kedua dari analitik
pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif adalah guru yang terampil
menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa yang sedang terjadi di kelasnya.
c. Memilih dan menggunakan
strategi pengelolaan
Guru yang
efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi'manajerial yang terkandung
di dalam berbagai pendekatan manajemen kelas, dan mampu memilih serta
menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang telah
dianalisis sebelumnya. Proses pemilihan ini dapat dianggap sebagai suatu kerja
komputer, guru memeriksa strategi strategi yang tersimpan dalam sel-sel
komputer dan memilih strategi yang memberikan harapan untuk meningkatkan kondisi
yang dianggap sesuai.
d. Menilai efektivitas
pengelolaan
Dalam
tahap ini guru menilai efektivitas dalam pengelolaannya. Artinya dari waktu ke
waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan menciptakan dan memelihara
kondisi yang sesuai. Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada dua
perangkat perilaku. Perilaku pertama adalah perilaku guru, dalam arti sejauh
mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan
dilakukan. Perilaku kedua adalah perilaku peserta didik, yaitu sejauh mana
peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan
apa-apa yang diharapkan untuk dilakukan.
Pertanyaan - pertanyaan
Di bawah
ini dikemukakan prinsip-prinsip dasar pendekatan dalam manajemen kelas
(otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan
perilaku, proses kelompok, iklim sosio-emosional, eklektik, analitik
pluralistik). Tentukan dengan tepat pendekatan yang dimaksud oleh pernyataan
yang bersangkutan. Kemukakan kata/pernyataan kunci dari penctekatan yang
dipilih itu.
1.
Guru harus mengetahui bahwa peranan pokoknya adalah
memelihara ketertiban dan disiplin di kelas dengan mengendalikan perilaku
siswa.
2.
Guru harus mengetahui bahwa· iklim kelas sangat
mempengaruhi proses dan hasil belajar, dan bahwa guru sangat mempengaruhi
sifatiklim tersebut.
3.
Guru harus menghargai perilaku siswa· yang sesuai
dan tidak menghargai perilaku· siswa yang menyimpang.
4.
Guru harus mengetahui bahwa suatu kurikulum
individual dapat menghilangkan sebahagian besar masalah manajemen kelas.
5.
Guru harus mengalamatkan tindakan kepada situasi,
bukan pada kepribadian atau watak siswa sewaktu menangani suatu masalah.
6.
Guru tidak boleh memaksakan kepada siswa, karena hal
itu akan menghambat mereka mencapai perkembangan potensinya secara maksimal.
7.
Guru harus mengerti bahwa penggunaan konsekuensi
logis mengurangl timbulnya efek sampingan yang negatif yang dapat mengiringi
bentuk-bentuk hukuman lainnya.
8.
Guru harus mengetahui bahwa pengelolaan yang efektif
dimulai dengan kemampuannya mengendalikan setiap siswa melalui penggunaan
paksaan apabila perlu.
9.
Guru harus selalu tegas dan jujur dalam berurusan
dengan siswa karena tindakan yang konsisten adalah penting sekali.
10. Guru harus
membantu siswa memahami, menerima, dan mematuhi peraturan dan ketetapan
sekolah.
11. Guru
harus memandang sistem tanda penghargaan yang dikelola dengan baik sebagai
suatu alat yang efektif untuk meningkatkan perilaku siswa yang sesuai.
12. Guru harus
toleran terhadap semua bentuk perilaku siswa.
13. Guru harus
membiarkan siswa menanggung konsekuensi wajar dan konsekuensi logis dari
perilakunya, kecuali jika konse~uensi itu berbahaya bagi kehidupan siswa.
14. Guru harus
berperilaku dengan cara yang memungkinkan siswa mengetahui bahwa guru menyadari
apa yang sedang terjadi.
15. Guru harus
mengetahui bahwa peranan pokok guru ialah menciptakan dan memelihara hubungan
positif an tara guru dan siswa.
16. Guru harus
memahami bahwa penggunaan hukuman dan ancaman hukuman dapat merupakan alat
pengelolaan yang sangat efektif apabila dipergunakan dengan tepat.
17. Guru harus
mengetahui bahwa penghargaan adalah khas bagi Slswa secara individual.
18. Guru harus
memahami bahwa kegiatan kelas yang sesuai biasanya menjamin tumbuhnya perilaku
siswa yang sesuai karena mengurangi kemungkinan timbulnya frustasi.
19. Guru harus
mengetahui bahwa penggunaan perilaku menegur dengan lembut secara tepat dapat
efektif dan efisien dalam mengendalikan perilaku kelas.
20. Guru harus
memperlakukan siswa dengan sikap hormat dan merasa wajib membantunya
mengembangkan rasa bertanggung jawab sendiri dan perasaan harga dirinya.
21. Guru sarna
sekali tidak boleh menghukum seorang siswa kecuali cukup bukti yang tidak
diragukan untuk menimbulkan perasaan bersalah.
22. Guru harus
membantu mengembangkan tingkat kepaduan kelas yang tinggi dan norma-norma kelas
yang produktif.
23. Guru harus
bertindak atas dasar asumsi bahwa baik perilaku yang sesual maupun perilaku
yang tidak sesuai, adalah hasil belajar siswa.
24. Guru harus
mcngctahui bahwa siswa yang suka mcngacau scring berpcrilaku menyimpang karena
ia diberi bahan pelajaran yang tidak sesuai.
25. Guru harus
mengetahui bahwa caranya berkomunikasi dengan siswa sangat penting.
26. Guru harus
menggunakan sindiran tajam dengan sangat hati-hati dan hanya setelah hubungan
antar pribadi yang baik terbentuk.
27. Guru harus
selalu bertindak praktis dan seperti orang bermartabat bilamana berinteraksi
dengan siswa.
28. Guru harus
mengamati dan/atau menanyai siswa untuk mendapatkan petunjuk mengenai
penghargaan yang mungkin diberikan.
29. Guru harus
memahami bahwa penggunaan rapat kelas dan pertemuan pemecahan masalah kelompok
dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memecahkan masalah-masalah
manajemen kelas tertentu.
30. Guru harus
memisahkan kesalahan dari orang yang bersalah sewaktu berurusan dengan siswa
yang berprilaku yang tidak sesual.
31. Guru harus
mengetahui bahwa kebanyakan masalah manajemen kelas dapat dihindarkan atau
diselesaikan bila pengajaran dilaksanaKan dengan baik.
32. Guru harus
memahami bahwa membantu siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi,
kepemimpinan, dan memecahkan masalah kelompok, adalah perilaku yang penting.
33. Guru harus
memahami bahwa manajemen kelas yang efektif tidak lebih dari pada penerapan
pikiran sehat.
34. Guru harus
mengetahui bahwa peranan utama guru adalah menggunakan berbagai strategi pengajaran
untuk mencegah timbulnya masalah dan memecahkan masalah kelompok.
31. Guru harus
mengetahui bahwa penggunaan sindiran tajam dan ejekan secara wajar dapat
efektif untuk mengendalikan perilaku siswa.
32. Guru harus
mengerti bahwa menciptakan dan menguatkan pengharapan dan peraturan yang masuk
akal adalah tindakan yang penting.
33. Guru hams
jujur dan tegas sejak awal karcna lebih mudah mengendorkan pengendalian
daripada memaksakannya sekali pengendalian tidak berjalan.
34. Guru harus
membantu perkembangan kepaduan kelompok dengan membantu siswa memandang
kelompoknya sebagai sesuatu yang menarik dan memuaskan.
35. Guru harus
menciptakan disiplin yang baik dengan menyelenggarakan pengajaran yang menarik
perhatian siswa dan membangkitkan motivasinya.
36. Guru harus
memandang kesejatian, sikap menerima, dan empati guru sebagai kunci untuk
manajemen kelas yang efektif.
37. Guru harus
memahami bahwa menciptakan lingkungan fisik dan psikologis
dimana siswa bebas sepenuhnya
mengatakan dan melakukan sesuatu yang dikehendakinya, adalah strategi yang
penting.
42. Guru harus
mengerti bahwa pelajaran yang direncanakan dengan baik adalah cara yang efektif
untuk menciptakan ketertiban di kelas.
43. Guru harus menguatkan
pcrilaku siswa yang sesuai dengan suatu kesadaran bahwa penghargaan adalah
istimewa bagi siswa secara individual.
44. Guru harus
memahami bahwa manajemenyang efektif sangat tergantung pada kemampuan guru
menghukum kesalahan siswa apabila itu terjadi.
45. Guru harus mengetahui
bahwa ia harus sering mernikul kewajiban mengendalikan perilaku siswa.
46. Guru harus
mengetahui bahwa peran pokok guru adalah menerapkan teknik yang teruji dan
benar untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah kelolllpok.
47; Guru
harus mengetahui bahwa perilaku yang dihargai akan mungkin dilanjutkan dan
bahwa perilaku yang tidak dihargai mungkin tak akan diteruskan.
48. Guru harus
merencanakan dan menggunakan kegiatan belajar mengajar yang menjamin timbulnya
perilaku siswa yang sesuai.
49. Guru harus
memahami bahwa manajemen kelas yang efektif adalah hasil upaya guru menciptakan
dan memelihara pengendalian.
50. Guru harus
memahami bahwa manajemen kelas yang efektif dimaksudkan untuk membantu kelompok
kelas bertanggung jawab atas pemecahan masalahmasalahnya sendiri.
51. Guru harus
menyadari bahwa guru yang bijaksana adalah guru yang mcnghargai pendekatan dan
strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik, di samping itu tidak
mengikuti konsep pendekatan manajemen kelas secara membabi buta.
52. Guru hams
mengetahui bahwa penggabungan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan
dalam manajemen kelas merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu
yang sesuai dengan situasi.
53. Guru harus
mengetahui dan menguasai pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, memlli1;
pendekatan yang tepat, dan melaksankan prosedur yang sesuai dalam manajemen
kelas.
TUGAS
Secara
berkelompok (3-4) orang Anda berkunjung ke sebuah Sekolah Dasar. Kegiatan yang
Anda lakukan di sekolah tersebut adalah:
1.
Catat, pendekatan-pendekatan apakah yang dilakukan
guru dalam memanajemeni kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung?
2.
Dengan paduan Dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Kelas, laporkan hasil pengamatan kelompok di kelas.
3.
Analisis scmua laporan kclompok tcrscbut.
4.
Pada akhir diskusi, Doscnpengampu mata kuliah
Manajemen Kelas memberi komentar terhadap laporan kelompok dan substansi isi
pendekatan manajemen kelas yang terjadi di kelas berdasar laporan kelompok.
Daftar Pustaka
Depdikbud,
1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
M. Entang
dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Weber,
Wilford A. 1986. Classroom Manag~ment. Massachussetts: De Heat and
Company.
-- 1993.
Effective Classroom Management Houston : University of Houston .
BAB III
PROSEDUR DAN RANCANGAN MANAJEMEN
KELAS
Latar Belakang
Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran,
semen tara itu manajemen kelas merupakan salah
satu aspek dari pengelolaan proses pembelajaran yang paling rumit tetapi
menarik perhatian. Rumit, karena manajemen kelas itu memerlukan berbagai
kriteria keterampilan, pengalaman, bahkan kepribadian serta sikap dan nilai
seorang guru. Dua guru yang sama-sama pandai dan berpengalaman tetapi berbeda
dalam kepribadian, sikap dan nilai termasuk cara menyikapi subjek didik akan
lain situasi belajarnya yang dihasilkan oleh kedua orang guru tadi. Disinilah
letaknya seni dalam mengelola proses pembelajaran.
Manajemen kelas, dikatakan menarik, karena selain memerlukan kemampuan
pribadi serta ketekunan menghadapinya disatu sisi, disisi lain calon guru,
guru, dan guru yang perpengalaman sekalipun akan bergelut dengan manajemen kelas
agar terselenggara proses pembelajaran yang efektif dcmi tercapainya tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, guru mempunyai peranan yang besar dalam
menentukan keberhasilan manajemen ke1as maupun manajemen pembelajaran.
Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk belajar sangat
diperlukan karena hanya dengan situasi belajar seperti itulah tujuan akan
tercapai.
Berdasar penjelasan tersebut di atas, mengisyaratkan bahwa guru harus
memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan memanajemeni ke1as. Untuk
memiliki kemampuan manajemen kelas guru an tara lain harus memahami prosedur
dan rancangan prosedur manajemen kelas. Berturut-turut bab ini akan membahas
prosedur manajemen kelas dan rancangan prosedur manajemen kelas.
Tujuan
Setelah mempelajari
bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan
bahwa manajemen kelas sebagai hal yang menarik untuk dipelajari
2. Menyimpulkan
perbedaan antara pengertian manajcmen kelas dan prosedur manajemen kelas
3. Menyimpulkan
peran guru dalam penciptaan sistem lingkungan yang mendukung pembelajaran
4. Menjelaskan
jenis-jenis tindakan dalam manajemen kelas
5. Menggambarkan
rancangan prosedur manajemen kelas
6. Mengidentifikasikan
rancangan prosedur manajemen kelas
7. Menyusun
rancangan prosedur manajemen kelas
1. Prosedur
Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada
kegiatan-kegitan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Tindakan yang
dilakukan guru dalam melakukan kegiatan manajemen kelas perlu dilaksanakan
berdasar atas langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila seorang guru
melakukan kegiatan manajemen kelas dengan at au melalui langkah-langkah
tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas
berdasar prosedur manajemen kelas. Jadi prosedur manajemen kelas adalah
serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang
dilakukan lagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal
tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif clan
efisien.
Serangkaian langkah kcgiatan manajemen kelas mengacu kepada: tindakan
pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang
menguntungkan, dan (2) tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi
terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal dari
proses pembelajaran yang sedang berlangsung (M. Entang dan T. Raka loni, 1983:
15; Depdikblld, 1983:99) Dimensi tindakan korektif dapat dibagi menjadi dua jenis
tindakan yaitu:
(l) Tindakan
yang seharusnya segera diambil oleh guru pada saat terjadi gangguan terhadap
kondisi optimal pembelajaran (dimensi tindakan), dan
(2) Tindakan
kuratif yaitu tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang telah
terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Mengacu
kepada dua tindakan dalam kegiatan manajemen kelas yaitu tindakan pencegahan
(preventif), dan tindakan penyembuhan (kuratif) maka tindakan manajemen kelas
juga dapat menjurus kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan dan tindakan
manajemen dimensi kuratif.
a. Dimensi pencegahan (preventif), merupakan
tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format
pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi
berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian,
maka prosedur pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh
guru dalam rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat
yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. Jadi prosedur dalam dimensi
pencegahan adalah berupa langkah-Iangkah yang harus direncanakan guru untuk
menciptakaJ) suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada
pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individual
maupun kelompok yang dapat berupa kegiatan , contoh-contoh berupa informasi.
b. Dimensi kuratif, merupakan tindakan terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu
tidak berlarut-larut. Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadaran
akan penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan mcnimbulkan kcsadaran dan
tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan / yang direncanakan dan dapat dipertanggung
jawabkan .
Memperhatikan
dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, maka prosedur atau langkah-Iangkah
manajemen pun bertumpu pada prosedur
a. Prosedur dimensi pencegahan.
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang
dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang menggangu kondisi
optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan
merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah
guru dalam menentukan langkah-Iangkah dalam rangka manajemen kelas harus
merupakan langkah yang ~fektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Adapun langkah-Iangkah pencegahannya sebagai berikut:
1. Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
Langkah peningkatan kesadaran
diri sebagai guru merupakan Iangkah yang strategis dan mendasar, karena dengan
dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakaan tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang
demokratis, sikap yang stabiI, kepribadian yang harmonis, dan berwibawa. Penampakan
sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari para
peserta didik.
2. Peningkatan
kesadaran peserta didik
lnteraksi positif an tara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
terjadi apabila dua kcsadaran, kesadaran guru dan peserta didik bertemu.
Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan
sikap suka marah, mudah
tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan
tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat menggangu kondisi optimal
dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka
kepada mereka perlu dilaksanakan hal-hal berikut: (1) memberitahukan akan hak
dan kewajiban sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan,
dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana saling penge!tian,
saling menghormati, dan rasa keterbukaan antara guru dan para peserta didik.
3.
Sikap polos
dan tulus dari guru
Peran
sangat besar danberpengaruh dalam menciptakan kondisi optimal r.roses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap
para peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala
tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap
dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam memanajemeni kelas. Guru
dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belaj ar, karena
tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan
direspon atau diberikan reaksi oleh para peserta didik. Kalau stimuli itu
positif maka respon at au reaksinya juga positif. Sebaliknya kalau stimulasi itu
negatif maka respon atau reaksi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat,
terbuka, mau mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan
guru, akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar an tara guru dan peserta didik.
4. Mengenal dan
menemukan alternatif pengelolaan
Untuk mengenal dan mencmukan
alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru: (1) melakukan identifikasi
berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual
maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun
kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik
yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya, (2)
mengenal berbagai pendekatan dalam manajemcn kelas. Guru hendaknya berusaha
menggunakan pendekatan manajemen kelas yang dianggap tepat untuk mengatasi
suatu situasi at au menggantinya dcngan pcndckatan yang dip}lihnya, (3)
mcmpclajari pcngalaman guruguru lainnya yang gagal atau bcrhasil sehingga
dirinya mcmiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai problema
manajemen kclas.
5. Menciptakan
kontrak sosial
Penciptaan kontrak sosial pada
dasarnya berkaitan dengan "standar tingkah laku" yang diharapkan
seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta ketcrbatasannya dalam
memenuhi kebutuhan peserta didik. Pcmenuhan kebutuhan tersebut sifatnya
individual maupun kclompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar
tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan
peserta didik. Norma at au nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah,
jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati.
Oleh sebab itu, dalam rangka memanajcmeni kei<ls norma berupa kontrak sosial
(daftar aturan=tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur kehidupan dalam
kelas, perumusannya harus dibicarakan at au disetujui oleh guru dan peserta
didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar
tingkah luku berasal dari atas (sekolah/guru). Para
peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak
memiliki pilihan lain untuk menol.aknya. Konsekuensi terhadap kondisi demikian
akan memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam manajemen kelas karena
para peserta didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan sekolah
yang sudah ada tersebut.
b. Prosedur
dimensi penyembuhan (kuratif)
Pada
dasarnya langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan adalah sebagai berikut:
l) Mengindentifikasi
masalah
Guru, pada
langkah ini melakukan kegiatan untuk mngenal atau mengetahui masalah-masalah
manajemen kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru
mengindentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar bclakang
yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
2} Menganalisis
masalah
Guru, pada
langkah ini berusaha menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan
latar belakang dan sumber-sumber dari pcnyimpangan itu. Setelah diketcmukan
hal-hal yang berkaitan dcngan penYlmpangan tersebut guru kemudian melanjutkan
usahanya yaitu menentukan alternatif-alternatif penanggulangan atau penyembuhan
penyimpangan itu.
3) Menilai
alternatif-alternatif pemecahan
Guru, pada langkah ini adalah menilai dan
memilih alternatif pemecahan masalah berdasar sejumlah alternatif yang telah
tersusun. Memilih dalam arti menentukan alternatif mana yang paling tepat untuk
menanggulangi penyimpangan peserta didik tersebut. Sesudah terpilih alternatif
pemecahan yang dianggap tepat, ,selanjutnya guru melaksanakan alternatif pemecahan
itu.
4) Mendapatkan
balikan
Guru, pada langkah ini yang didahului
dengan langkah monitoring, melakukan kegiatan kilas balik. Kcgiatan kilas balik
ini dimaksudkan untuk menilai keampuhan pelaksanaan dari altcrnatif pemccahan
yang dipilih untuk mencapai sasman yang sesuai dengan yang direncanakan.
Kegiatan kilas balik dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan para
peserta didik. Dalam pertemuan tersebut pedu dijelaskan: maksud pertemuan dan
manfaat pertemuan. Maksud pertemuan pedu dijeiaskan oleh guru sehingga peserta
didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh
ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun
sekolah. Manfaat pertemuan juga perlu dijelaskan karena dengan mengetahui kemanfaatan
pertemuan tersebut para peserta didik akan mengikuti pertemuan itu dengan baik.
Selain itu, pedu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tcrsebut.
Tunjukkan kepada para pcscrta didik bahwa guru bukanlah orang sempurna atau
tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara guru dan peserta
didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan
saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi
yang diperoleh dari balikan ini merupakan
bahan yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar
melakukan perbaikan program.
2. Rancangan Prosedur Manajemen
Kelas
Pemilikan
pengetahuan dan keakraban seorang guru terhadap masalah manajemen kelas baik
dimensi preventif maupun dimensi kuratif serta menguasai prosedur
masing-masing, merupakan dasar yang kuat untuk menyusun rancangan prosedur
manajemen kelas. Scbab sudah barang tentu, di dalam menyusun rancangan
prosedur manajemen kelas baik manajemen dimensi preventif maupun dimensi
kuratif.
Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan
yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitan dengan tugas guru menyusun rancangan
prosedur manajemen kelas berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang
langkah-langkah manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan
pemikiran yang rasional untuk tujuan menciptakan kondisi lingkungan yang
optimal bagi berlangsungnya kegiatan belajar siswa .
Manajemen
kelas merupakan. pangkal kegiatan yang dapat berdimensi preventif dan kuratif,
sehingga perencanaan prosedur manajemen kelas ke arah dimensi preventif dan
kuratif itu, kesemuanya bermuara atau menuju pada tujuan yang diharapkan.
Tujuan itu adalah terciptanya kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang
mendukung terlaksananya proses belajar mengajar.
Dari
pembahasan bagian depan hingga sekarang kita telah memahami beberapa pengertian
pokok seperti: manajemen kelas, manajemen kelas preventif dan kuratif,
pendekatan manajemen kelas, prosedur manajemen kelas, dan terakhir adalah
rancangan prosedur manajemen kelas. Pemahaman pengertian tersebut akan sangat
bermanfaat pada tahap pembuatan rancangan prosedur manajemen kelas karena di
samping memberikan kejelasan, juga tentang konsep-konsep pendekatan manajemen
kelas akan merupakan landasan dalam rangka menyusun rancangan prosedur
manajemen. kelas. Penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas tanpa dilandasi
pendekatan pengelolaan kelas akan mengalami banyak kelemahan, karena tanpa
memahami pendekatan ini menyebabkan kurang difahami hakikat tingkah laku
peserta didik yang menyimpang yang in gin ditanggulangi. Oleh karena itu,
uraian tentang pendekatan manajemen kelas sangat membantu pada tahap pembuatan
rancangan prosedur manajemen kelas. Penyususnan
rancangan prosedur manajemen kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Pemahaman
terhadap arti, tujuan, dan hakikat manajemen kelas. Pemahaman akan hal-hal
tersebut akan memberi arah kepada pemikiran apa, mengapa, dan bagaimana harus
berbuatlbertindak dalam memanajemen kelas;
b. Pemahaman
terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi. Maksudnya adalah bahwa
setiap peserta didik,pada setiap saat dan dengan lingkungan tertentu akan
memperlihatkan sikap dan tingkah laku tertentu. Dengan pemahaman yang mendalam
tentang peserta didik akan merupakan pedoman dalam manajemen kelas. Sebab,
dengan pedoman tersebut akan diketahui jalan mengarahkan peserta didik yang
melakukan penyimpangan di dalam kelas;
c. Pemahaman
terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang
dilakukan peserta didik. Pemahaman akan hal ini akan lebih jelas bila dilakukan
dengan cara mengidentifikasi penyimpangan tersebut;
d. Pemahaman
terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas.
Pemahaman terhC\dap pendekatan ini akan menambah kemampuan dalam menyesuaikan
pendekatan tertentu dengan masalah penyimpangan yang dilakukan peserta didik.
Tingkah laku penyimpang dengan latar belakang tertentu akan membutuhkan
pendekatan tertentu pula;
e. Pemilikan
pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur manajemen kelas.
Kelima
faktor yang dikemukakan diatas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan
dalam pembuatan rancangan prosedur manajemen kelas.
Setelah rancangan prosedur
manajemen kelas disusun, hal yang penting yang harus mendapat pcrhatian adakah
proses pelaksanaan rancangan tersebut. Dalam kaitan ini betapa penting dan
besarnya peranan dan pengaruh guru. Di samping kemampuan dan keterampilan guru
dalam melaksanakan rancangan tcrsebut, maka sikap, tingkah laku, kepribadian
serta kemampuan berinteraksi guru merupakan aspek yang tidak dapat diremehkan.
Memperhatikan dua diagram di atas
belum nampak langkah-Iangkah apa yang akan dikerjakan yang dimuat dalam
rancangan itu. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam rancangan tersebut perlu ada
penjabaran lebih lanjut terhadap langkah-Iangkah kegiatan yang telah
ditetapkan, yang kesemuanya itu mengarah kepada pcncapaian tujuan.
Langkah-Iangkah yang dimaksud adalah:
a.
identifikasi dari masalah yang timbul dalam
manajemen kelas
b.
analisis masalah
c.
penilaian alternatif-alternatif pemecahan, penilaian
dan pelaksanaan salah satu alternatif pemecahan,
d.
monitoring pelaksanaan,
e.
balikan hasil pelaksanaan alternatif pemecahan
masalah.
Uraian di atas dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut: Akhirnya berdasarkan kedua diagram diatas, dapat
dijelaskan bahwa proses manajemen kelas dimulai dengan langkah-Iangkah berikut.
a.
Memahami hakikat konsep dan tujuan manajemen kelas.
b.
Menentukan
masalahnya: preventif atau kuratif.
c.
Mempertimbangkan
hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan sendiri, lalu
memperhatikan kenyataan penyimpangan tingkah laku yang ada.
d.
Menentukan masalahnya: individual atau kelompok.
e.
Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas:
preventif individual! kelompok, ataukah kuratif individual!kelompok.
f.
Menjabarkan langkah-langkah kegiatan rancangan
prosedur manajemen kelas, yang meliputi:
1) Pengindentifikasian
masalah
2) Penganalisaan
masalah
3) Penilaian
alternatif pemecahan yang akan digunakan
4) Pelaksanaan
monitering
5) Pengumpulan
balikan
g.
Melaksanakan rancangan yang telah disusun, dimana
fungsi dan peranan guru sangat menentukan.
h.
Melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana
hasil pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati atau telah terjadi
perkembangan bam.
1.
Mendapatkan balikan, yaitu tahap pelaksaan yang
telah tiba pada penggunaan hasil monitoring untuk menentukan langkah-Iangkah
selanjutnya.
Pertanyaan -pertanyaan
Je1askan,
a1asan-a1asannya mengapa manajemen kelas merupakan hal yang menarik perhatian,
baik bagi calon guru, guru muda, dan guru yang telah berpengalaman sekalipun ?
1.
Jelaskan, mengapa guru merupakan unsur dominan dalam
penciptaan sistem lingkungan yang menunjang proses pembelajaran ?
2.
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tindakan manajemen
kelas ?
3.
Je1askan, mengapa tindakan manajemen merupakan
terapi yang tepat dalam manajemen kelas ?
4.
Mengapa persetujuan bersama an tara
guru dan peserta didik terhadap pelaksaan suatu pertemuan mempunyai makna
psikologis ?
5.
Kemukakan lasan-alasannya, mengapa seorang guru
tidak boleh langsung menunjukkan kesalahan peserta didik, pada suatu pertemuan
guru-siswa dalam membicarakan penyimpangan para peserta didiknya ?
6.
Je1askan apa yang dimaksud dengan rancangan prosedur
manajemen kelas ?
7.
Dilihat dari sifatnya, manajemen kelas dibedakan
atas dua jenis manajemen kelas. Jelaskan jenis-jenis tersebut ?
8.
Je1askan apa yang menjadi tujuan dari pada
penyususnan sebuah rancangan prosedur manajemen kelas .)
9.
Jelaskan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
dalam pembuatan prosedur manajemen kelas ?
Tugas
Secara berkelompok (4-5) orang
anda berkunjung ke sebuah Sekolah Dasar.Kegiatan yang Anda lakukan adalah:
1.
Catat, tindakan-tindakan apa yang dilakukan guru
terhadap kondisi yang diharapkan optimal terjadi (tindakan preventif).
2.
Catat pula, tindakan-tindakan apa yang dilakukan
guru terhadap tingkah laku menyimpang dari para siswa yang telah terlanjur
terjadi pada saat pembelajaran berlangsung (tindakan kuratif)
3.
Dengan panduan dosen pengampu
mata kuliah Manajemen Kelas, laporkan
hasiI pengamatan kelompok di
kelas.
4.
Analisis didiskusikan semua laporan kelompok
tersebut.
5.
Pada akhir diskusi, Dosen pengampu menyampaikan
komentar terhadap Iaporan kelompok termasuk subtansi isi tindakan preventif dan
kuratif yang terjadi di sekolah berdasar laporan kelompok tersebut.
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1983. Pengelolaan
Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
M. Endang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ornstein,
Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York : Harper & Row Publisher Inc.
Eggen, Paul
D & Don Kauchak. 1994. Education
Psychologi Classroom Connections. New
York : McMillan College Publishing Company, Inc.
BAB IV
PENGATURAN KONDISI
DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG
Latar Belakang
Telah disadari banwa kondisi atau suasana berpengaruh
terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam
pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar. Sistem pendidikan Spartan
misalnya, menyiapkan kehidupan anak-anak dengan mengirimnya ke hutan dengan
tujuan agar anak belajar mempertahankan dirinya Demikian juga yang dilakukan
oleh Mende dan Temme dari Sierra Leone menjalankan sekolahnya di udara terbuka
di hutan. Para pendidik besar seperti Comenius, John Dewey, dan Tyler menggaris
bawahi pentingnya kondisi atau lingkungan terhadap pendidikan anak. Menurut
Tyler proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman yang diperoleh siswa dari
lingkungan tempat siswa berada.
Manajemen kelas tidakhanya berupa pengaturan belajar,
fasilitas fisik, dan rutinitas. Tugas manajemen kelas adalah menyiapkan kondisi
kelas dan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif.
Olch karena itu, sekolah dan kelas perIu dikelola secara baik pula.
Dalam penciptaan iklim belajar
yang menunjang guru dihadapkan kepada beberapa faktor yang dapat menjadi
kendala atau pendukung terciptanya kondisi optimal bagi terjadinya proses
belajar. Sebagai bekal dalam menciptakan iklim belajar yang menunjang, guru
harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, dan
prinsip-prinsip mengajar yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar
optimal tersebut bagi terciptanya proses belajar. Bab ini secara berturut-turut
akan membahas berbagai macam kondisi (kondisi fisik, kondisi sosio-emosional,
kondisi organisasional) dan faktor-faktor (faktor intern, faktor ekstern) yang
mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang menunjang, serta cara mengajar yang
efektif. Kesemuanya itu perlu difahami oleh para guru agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Tujuan
Setelah
mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
a.
Menjelaskan alasan bahwa kondisi
fisik tempat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar;
b.
Membuat denah
kemungkinan-kemungkinan pengaturan tempat duduk Slswa, serta dapat mengemukakan
kekuatan dan kelemahan masing-masing formasi tempat duduk tersebut;
c.
Menjelaskan alasan bahwa kondisi
sosio-emosional berpengaruh pada proses belajar;
d.
Mengemukakan kemungkinan tipe
kepemimpinan guru dalam mewarnai suasana kondisi sosio-emosional;
e.
Menunjukkan sikap dan suasana guru
yang mendukung suasana belajar yang optimal;
f.
Menjelaskan maksud dan alasan
bahwa raport itu penting bagi terciptanya iklim belajar yang optimal;
g.
Menjelaskan alas an bahwa kegiatan
rutin walaupun sudah merupakafl kegiatan yang senng dilaksanakan perlu diatur
dan dikomunikasikan kepada semua pihak;
h.
Menjelaskan makna mengajar menurut
Alwin W. Howard;
i.
Menjelaskan faktor-faktor intern
dan ekstern yang mempengaruhi belajar;
j.
Menjelaskan enam prinsip mengajar
yang efektif.
1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
a. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh
penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan
memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan
mempunyal pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang
membantu perkembangan pendidikan peserta didik. Melalui teknik motivasi yang
akurat, guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat. Kondisi dan lingkungan hendaknya
menjadi perhatian dan kepedulian guru agar siswa dapat belajar secara optimal.
Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam
menunjang terciptanya pembelajaran seperti berikut ini.
1) Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran
Ruangan tempat belajar harus
memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa, tidak
berdesak-desakkan, sehingga tidak saling mengganggu satu sarna lainnya pada
saat terjadi aktivitas pembelajaran. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung
pacta berbagai hal antara lain : (1) jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap
muka klasikal dalam kelas atau bekerja di ruang praktikum), (2) jumlah siswa
yang melakukan kegiatan (kegiatan bersama secara kiasikal at au kegiatan dalam
kelompok kecil). Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, pakailah
hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan yang dapat secara tidak langsung
memberi daya terapi bagi anak-anak pelanggar disiplin. Misalnya
pernyataan-pernyataan yang baik, anjurananjuran, gambar tokoh sejarah,
peraturan yang berlaku, dan perilakuperilaku yang sebaiknya dilaksanakan.
Ruang belajar yang merupakan temp at siswa dan guru melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar meliputi ruang kelas, ruang laboratorium, dan ruang auditorium
(Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:45).
Ruang Kelas
Ruang kelas harus diusahakan
memenuhi syarat berikut:
a) Ukuran
ruang kelas 8m x 7m
b) Dapat
memeberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran
c) Cukup
cahaya dan sirkulasi udara
d) Pengaturan
perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa
e) Daun jendela
tidak mengganggu lalu lintas
Ruang
laboratorium
Sekolah
dasar yang memiliki ruang laboratorium, agar berfungsi sebagai tempat praktik,
maka ruang tersebut harus ditata dengan syaratsyarat sebagai berikut:
a) Tata
letak perabot mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap saat
b) Diatur
sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan, mudah dimanfaatkan
c) Fasilitas
air dan penerangan cukup tersedia
d) Air limbah
dari saluran ruang laboralorium lidak mencemafl lingkungan sekitarnya
e) Tersedia
lemari penyimpanan untuk bahan dan alat yang tidak digunakan schari-hari
f) Lantai
tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih
g) Bahan yang
mcmbahayakan hams disimpan pada tempal yang aman.
Ruang aula/serbaguna
Bagi sckolah yang memiliki ruang
aula, agar bcrfungsi sebagai tempat pcmbelajaran, clan berfungsi juga sebagai
tcmpat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi
dengan peralatan sebagai berikut:
a) Panggung
pertunjukkan
b) Ruang
pakaian pria/wanita secara terpisah
c) Kamar
mandi/WC pria/wanita secara terpisah
d) Lantai
harus datar dan tidak licin
e) Dinding
ruang aula dilapisi oleh lapisan peredam suara supaya suara tidak bergema
f) Bak pasir
g) Matras
2. Pengaturan
tempat duduk
Dalam
mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka.
Dengan posisi seperti itu, guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta
didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses
pembelajaran. Beberapa kemungkinan pehgaturan tempat duduk seperti di
bawah ini.
a.
Pola berderet atau berbaris-berjajar
Pengaturan tempat duduk seperti ini adalah pengaturan
tempat duduk paling populer. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut
tinggi pendeknya siswa. Siswa yang tinggi duduk di belakang, sedangkan siswa
yang pendek dud uk di depan. Pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa
yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya kurang, atau jika
banyak yang berbuat gaduh, siswa tersebut didudukkan di deretan paling depan
tanpa menghiraukan tinggi badannya. Tipe pengaturan tempat duduk seperti
tampaknya sangat cocok untuk pengajaran formal. Sernua siswa duduk dalarn
deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang yang pendek duduk
di depan. Ternpat duduk seperti ini juga rnemudahkan siswa at au guru bergerak
dari deretan satu ke deretan yang lain. Namun dernikian, terdapat
kelernahan-kelernahan dari pengaturan tempat .duduk seperti ini yaitu
rnengurangi keleluasaan belajar siswa. Posisi guru rnernbuat dirinya rnempunyai
otoritas rnutlak dan rnemberikan pengaruh langsung yang besar kepada siswa.
Akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung, tidak ada kegiatan kelornpok kerja
yang dapat dilakukan, dan komunikasi antar siswa rnenjadi terbatas.
b.
Pola susunan berkelornpok
Pola ini rnengatur tempat duduk siswa secara berkelompok.
Cara ini mernungkinkan siswa dapat berkornunikasi dengan rnudah satu sarna lain
dan dapat berpindah dari satu kelornpok ke kelornpok lainnya secara bebas. Pola
ini rnernudahkan siswa untuk bekerja sarna dan saling rnenolong satu sarna lain
sebagai ternan sebaya.
Kepernirnpinan
dan kerja sarna rnerupakan dua unsur yang penting dari hubungan kelas, sebagai
akibat dari pengaturan temp at duduk seperti ini. Bila tujuan pernbelajaran
atau guru rnenghendaki para siswa mengerjakan secara berke1ompok atau
memecahkan masalah secara bersama-sama, maka susunan pengaturan tempat duduk
berkelompok ini akan lebih tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pola
pengaturan tempat duduk berkelompok adalah bahwa setiap kelompok harus ada
seorang pemimpinnya. Namun sebaiknya pemimpin kelompok diatur secara
bergiliran. Sehingga setiap siswa memperoleh kesempatan untuk memimpin. Dalam
situasi ini otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Guru hanya memberi
bimbingan kepada siswa.
c.
Pola formasi tapal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru berada ditengah-tengah
para siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak memerlukan
diskusi antar siswa atau dengan guru. Posisi guru dalam pengaturan tempat
seperti terpisah dari ke1ompok, namun tetap kelompok dalam pengawasan guru. Pengaturan formasi tapal kuda
memberi kemudahan kepada para siswa untuk saling berkomunikasi dan
berkonsultasi. Demikian pula, tanpa banyak membuang waktu pengaturan seperti
ini dapat diubah menjadi pola berkelompok atau formasi kelompok keci!, begitu
juga sebaliknya.
d. Pola lingkaran atau persegi
Pola pengaturan tempat duduk
lingkaran atau persegi baik juga untuk mengajar yang disajikan dengan metode
diskusi. Berbeda dengan pola tapaf kuda, otoritas guru sarna sekali tidak
terpusat dan kepernirnpinan formal tidak berperan sarna sekali. Hakikatnya
dalarn pola lingkaran at au persegi biasanya tidak ada pernirnpin kelornpok.
Bila ada yang harus direkarn atau dicatat rnaka bentuk ini adalah sangat tepat.
Seandainya ada suatu kegiatan atau alat yang harus ditunjukkan atau
diperagakan, kegiatan atau alat itu dapat diletakkan ditenggah-tengah sehingga
mudah dilihat dan dikomentari oleh semua siswa.
Kemungkinan dari pola-pola
pengaturan tempat duduk tersebut di atas ada pola lain yang tidak membatasi
ruang gerak baik secara individual rnaupun secara kelornpok. Hal ini dapat
terjadi rnisalnya, ada siswa yang harus belajar di ruang baca, di perpustakaan,
atau di ruang praktikum. Dengan demikian perlu ada tempat-tempat khusus, dimana
siswa dengan siapa saja, dimana saja dapat belajar denganbaik. Dalam hal ini,
yang penting adalah guru dapat melihat apa yang terjadi, apa yang dilakukan
para siswa diberbagai lokasi tempat mereka berada.
3. Ventilasi dan pengaturan
cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan
(kendati pun guru sulit rnengaturnya kerena sudah tersedia) adalah aset penting
untuk terciptanya suasana belajar yang nyarnan. Oleh karena itu, ventilasi
harus cukup menjarnin kesehatan siswa. lendela harus cukup besar sehingga
mernungkinkan cahaya matahari mas uk , udara sehat dengan ventilasi
yang baik, sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup udara segar yang
cukup mengandung 02. Siswa harus dapat melihat tulisan dengan jelas, baik
tulisan di papan tulis, pada papan bulletin, maupun pada buku bacaan. Kapur
tulis yang dipergunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih.
Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidak
menyilaukan.
4. Pengaturan penyimpanan
barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan
pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan
dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai
praktisnya tinggi dan dapat disimpan diruang kelas seperti buku pelajaran,
pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Cara
pengambilan barang dari temp at khusus, penyimpanan, dan sebagainya, hendaklah
diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tcrsebut segera dapat
dipergunakan. Tentu saja masalah pemeliharaan barang-barang tcrscbut sangat
penting dan secara periodek harus dicek dan reeek. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah pengamanan barang-barang tcrsebut dari pencurian, pengamanan
terhadap barang yang mudah meledak atau terbakar. Alat pengaman harus selalu
terscdia, seperti alat pemadam kebakaran, P3K, dan sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan
juga dalam penciptaan lingkungan adalah kebersihan dan kerapihan. Ruangan
kelas, papan tulis, meja, kursi, rak buku, tempat untuk menyimpan peralatan
hams selalu rapih dan bersih. Kebiasaan meninggalkan mangan kelas yang kotor
adalah hal yang tidak baik. Oleh karena itu, guru seyogianya membuat peraturan
yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan mangan, menyiapkan kapur tulis,
mengganti taplak meja, dan sebagainya. Guru hams membagi dan membuat tanggung
jawab pengaturan kondisi fisik itu menjadi miliki siswa di kelas tersebut, dan
tidak hanya milik guru. Siswa harus turut aktif dalam membuat keputusan
mengenai tata mang, dekorasi, dan sebagainya.
Berkaitan dengan kondisi fisik,
dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang
tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, dan pengaturan
penyimpanan peralatan dapat diperhatikan gambar-gambar berikut ini.
b. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi
sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan
guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe
kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang
submissive atau apatis. Tetapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang
agresif.
Kedua sikap siswa yaitu apatis
dan agresif ini dapat merupakan sumber problema manajemen, baik yang sifatnya
individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan.
Dengan tipe kepemimpinan yang
otoriter siswa hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi
maka semua aktivitas. menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat
tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru. Tipe
kepemimpinan yang cenderung pada laizer-faire biasanya tidak produktif walaupun
ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa 1ebih banyak melakukan kegiatan yang
sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya
aktivitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya
lebih cocok bagi siswa yang "innerdirected" dimana siswa tersebut
aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu m,enunggu pengarahan. Akan
tetapi kelompok siswa semacam ini biasanya tidak cukup banyak. Tipe
kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap dcmokratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling
memahami dan saling mempercayai.
Sikap ini dapat membantu
menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar mengajar
optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun
tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas
bisa diperkecil sesedikit mungkin.
Dalam
upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar ·yang optimal, guru harus
menempatkan diri sebagai: model, pengembang, perencana, pembimbing, dan
fasilitator (Centra, 1990). Guru sebagai model adalah guru yang tidak menuntut
banyak disiplin kaku melainkan sebagai model. ia mengharapkan dengan pemodelan yang ditampilkan dapat memberi
pengalaman dan keantusiasan belajar siswa. ia tidak menekankan kepada daya ingat terhadap apa yang
dikatakan, melainkan menginginkan siswa menemukan ide atau gagasan baru pada
akhir pembelajaran.
Guru
sebagai pengembang adalah guru yang akhli dalam melaksanakan tugas dengan
format yang benar dan tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos
atau mal as tanpa alasan yang sah. Ia suka mengadakan penilaian terhadap segala
bidang yang dikerjakan para siswa. Ia suka mawas diri pada saat mengajar.
Guru
sebagai perencana adalah guru yang akhli dalam bidangnya, yang mengatur kelas
sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ia
menganggap bahwa para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak
mungkin apa yang diketahui guru.
Guru
sebagai pembimbing adalah guru yang salingmembelajarkan an tara
dirinya dengan sesama dan siswanya. Ia mengajar dalam sistem sosial yang
dinamis. Ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya. Ia
mengajar karena mengetahui adanya perkembangan pribadi masing-masing individu,
yang mengembangkan suasana saling percaya dan keterbukaan.
Guru
sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon
tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi. Ia kurang menyenangi apabila
ada siswa yang mendapat
kesulitan
belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada Siswa. Ia menginginkan siswa
dapat belajar dan mencapai tujuan sesual harapannya.
Gambar
20 : Guru sebagai model
Ø
pemberi keseimbangan
Ø pemberi pengalaman
Ø pemberi gagasan baru dari pemodelan
Gambar 21 : Guru sebagai pengembang
* bekerja
sesuai format yang tepat dan benar
* tidak senang
me!ihat siswa bolos atau malas
* pengembang
segaia bidang
Gambar 22 Guru
sebagai percncana
Ø
ahli dalam bidangnya
Ø
mengatur tata ruang sebagai temp at belajar yang
menyenangkan
Ø
mengharap siswa dapat belajar banyak dari padanya
4)
Gamhar 23 Guru scbagai pembimbing
|
Ø
Yang saling mcmbclajarkan
|
Ø
Yang mcngajar dalam sistem sosial yang dinamis
|
Ø
Yang mcngembangkan Sllasana sal ing pcrcaya dan terbuka
|
Ø
Yang mengetahui perkembangan individu
|
5)
6)
7)Gambar 24 Guru sebagai
fasilitator
Gambar 24 : Guru sebagai fasilitator
·
yang merespon Slswa
·
yang suka mendengar dan bcrtanya kepada Slswa
·
yang menginginkan siswa belajar mencapai tujuan
sesuai harapan Slswa
2) Sikap guru
Sikap
guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa
akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah
lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Terimalah siswa dengan
hangar. sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil daJam bertindak.
Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga
ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya .
Gambar 25 Sikap guru yang hangat dan mau mendengar
harapan siswa adalah
sangat bijaksana
3)
Suara guru
Suara
guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempunyal pengaruh dalam belajar.
Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi at au demikian rendah
sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan
mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relatif rendah
tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan
mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran. Mereka akan lebih berani
mcngajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan
suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya.
Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses pembelajaran akan semakin
terarah.
8)
Pemhinaan hubungan baik
Pcmhinaan
hubungan haik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajcmcn kclas aclalah
hal yang sangat penting. Dengan terciptanya huhungan baik guru-siswa,
diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah clan semangat, bersikap
optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta
terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
9)
Gambar 26 : Sikap guru –
siswa yang menjalin persahabatan
Gambar 27 :
Sikap/ hubungan guru yang mengembangkan persahabatan dengan siswa dari guru
kelas lain
c. Kondisi .
Organisasional
Kegiatan
rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun pada
tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah manajemen kelas. Dengan kegiatan
rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua
siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan
tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka
akan terbiasa bertingkah laku secara teratur pcnuh disiplin pada scmua kegiatan
yang bersifat rutin itu.
Kegiatan
rutinitas tcrsebut antara lain:
l)
Pergantian pelajaran
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa tetap
berada dalam satu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi
untuk pelajaran-pelajaran tcrtcntu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga,
kesenian, menggambar, dan sejenisnya, siswa diharuskan pindah ruangan. Hal
rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib. Misalnya, ada tenggang waktu
bagi siswa untuk berpindah ruang. Perpindahan siswa dari satu ruang ke ruang
lain dipimpin oleh ketua siswa. Ruangan-ruangan diberi tanda dengan jelas. Siswa berkewajiban membereskan
ruangan dan alat perlengkapan yang telah dipakai setelah pelajaran usai.
Kegiatan ini dipimpin oleh petugas piket dengan pengawasan guru.
2) Guru
berhalangan hadir
Jika
suatu saat seorang guru berhalangan hadir oleh satu atau lain sebab, I)Jaka
siswa hams sudah tahu cara mengatasinya. Misalnya siswa disuruh tetap berada
dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru pengganti selama waktu tertentu.
Bila setelah waktu yang ditentukan guru pengganti juga belumdatang, ketua siswa
diwajibkan lapor kepada guru piket. Kemudian guru piket mengaIl1bil inisiatif
untuk mengatasi kekosongan guru tersebut. Mungkin juga Kepala Sekolah yang
bertugas mengisi kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.
3) Masalah
antar Slswa
Jika
terjadi masalah antar siswa yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua
siswa dapat melapor kepada wali kelas untuk bersamasama memecahkan dan
mengatasi masalah tersebut. Hila pemecahannya belum tuntas diselesaikan, ketua siswa
bersama wali kelas atau juga mungkin OSIS dapat menghadap pimpinan sekolah
untuk mendapatkan petunjukkebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Demikian
pula kalau ada usul kegiatan dari siswa, misalnya kamping, kunjungan ke sekolah
lain, pentas seni, prosedur tersebut yang sama dapat ditempuh.
4}
Upacara bendera
Jadwal
dan pengaturan upacara bendera harus sudah ditentukan. Pengaturan itu meliputi
giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Sehingga
semua sivitas tahu persis jadwal upacara, pakaian yang harus dikenakan, atur
aeara upacara, pengumuman sekolah, dan siapa yang harus menjadi pembina upacara
yang sekaligus memberi nasi hat atau pengarahan pada upacara tersebut. Di bawah
ini akan dikemukakan contoh atur acara upacara bendera yang sering dilakukan di
sekolah dasar.
5)
Kegiatan lain
Kegiatan
lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah an tara
lain adalah:
a) Menanyakan keschatan dan kehadiran siswa,
b)
Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa,
d)
Pcnyampaian peraturan sekolah yang baru,
e) Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial
seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian anggota
sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.
Kegiatan itu semua harus sudah diatur secara jelas,
tidak kaku dan harus cukup fleksibel tertuang dalam jadwal kegiatan sekolah
d. Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi
administrasi teknik akan turut mempengaruhi manaJemen pembelajaran. Ke dalam
kondisi administrasi teknik ini termasuk:
1. Daftar presensi
Daftar presensi siswa dan guru hendaknya dikelola
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar yang sedang
berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik terhadap daftar
presensi ini.
2. Ruang
bimbingan siswa
Ruang khusus, hendaknya tersedia yang dapat digunakan
untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau guru
pembimbing di sekolah.
3. Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada
waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedia. Begitu juga tempat
bermain dan alat bermain yang mengandung nilai edukatif akan sangat membantu
mengatasi masalah manajemen kelas.
4. Tempat sampah
Tempat
sampah hendaknya tersedia pada temp at khusus sehingga siswa didorong untuk
membiasakan diri hidup teratur.
5.
Catatan pribadi siswa
Catatan
pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan manajemen
kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku
yang sudah terlanjur. Dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal siswa
secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya. Selain itu catatan
pribadi dapat berfungsi:
a)
Secara umum sebagai alat ccking terhadap efektivitas
program sekolah baik bagi siswa secara individual maupun bagi siswa secara
keseluruhan;
b)
Sebagai suatu sarana untuk memahamisiswa dengan
latar belakang kehidupannya secara lebih baik;
c)
Sebagai alat bantu bagi orang tua men genal
putra-putrinya secara lebih baik;
d)
Sebagai alat
bantu bagi siswa itu sendiri dalam memahami dirinya sendiri.
Isi catatan
pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan akademis seperti hasil tes
bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan anekdotal dan
sebagainya. Bentuk
catatan pribadi siswa hendaknya baik, menarik, bersih, dan menggunakan tinta
hitam. Untuk mengisi catatan pribadi siswa guru dapat mempergunakan sumber
dengan observasi langsung dad anak, bertanya kepada orang tua, teman-temannya,
dan sebagainya.Contoh format catatan pribadi siswa dapat disimak pada lampiran.
Selain
itu di sekolah, hendaknya juga tersedia petunjuk-petunjuk tentang penggunaan
perpustakaan, WC sekolah, dan alat-alat pengaman yang tersedia.
INGAT
1. Kelas yang
nyaman adalah jiwa dari kelas/sekolah
2. Manajemen
kelas yang memadai akan memberi kebebasan kepada guru dan peserta didik
melakukan aktivitas belajar ecara efisien
3. Keteraturan
dan pengaturan suasana kelas yang baik akan menumbuhkan kegairahan belajar
peserta didik
4. Manajemen
kelas yang memadai akan memberi kebebasan dan menunjang tumbuhnya aktivitas dan
kreativitas pembelajaran.
Keterbatasan
dan Masa1ah
1.
Banyak guru memandang bahwa manajemen ke1as ada1ah
masa1ah kurang penting dalam perencanaan
2.
Manajemen kelas boleh jadi merupakan kegiatan yang
rutin bersifat kemanusiaan dari suatu kurikulum sehingga identitas dari pribadi
peserta didik akan hilang
3.
Peraturan dan pengaturan manajemen kelas boleh jadi
meluas sehingga guru menghabiskan banyak waktu hanya kepada masalahmenajemen
kelas dari pada mengembangkan substansi belajar
4.
Kondisi dan fasilitas di sekolah dasar (gedung,
ruang, ventilasi, meja, kursi, lemari, perpustakaan) sulit dirubah dan
terbatas.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar, scdangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu.
a.
Faktor intern
Faktor
ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1.
Faktor jasmaniah
Proses
belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan Slswa tersebut terganggu.
Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan
ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi
alat inderanya serta tubuhnya.
Demikian
juga apabila siswa cacat tubuh, hal itu akan mempengaruhi belajar. Siswa yang
cacat, belajarnya akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya siswa tersebut
belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan dengan memberi alat
bantu agar dia dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya.
2.
Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya
ada tuj.uh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kelelahan.
a.
Intelegensi
Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sarna, siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada
siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam
belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi
normal dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan
mendukung terjadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
b) Perhatian
Untuk
menjamin hasil belajar yang baik siswa hams mempunyai perhatian yang penuh
terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat
belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian.
Caranya antara lain ialah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi
at au bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan
pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang
sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak
dimasyarakat.
c.
Minat
Minat
besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan
sebaik-baiknya. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar
perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan
dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain ialah dengan menvariasikan
media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang
manarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan cita-cita siswa.
d.
Bakat
Peserta
didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcmg dan ada bagian yang tumpul
(bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang
runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka
pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih
baik. Dalam hal ini guru tidak bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain
halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten
melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan
tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan
dapat menguasaibahan yang diajarkan.
e. Motif
Dalam
proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau
faktor-faktor yang mendorong belajar slswa. Dengan mengetahui latar belakang at
au motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan
memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
serta menunjang belajar.
f. Kematangan
Kematangan
merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain
ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat me1aksanakan kegiatan
secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat
dikerr.bangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan
tersebut dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya. Kondisi atau cara itu antara lain
ialah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian
tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks.
g.
Kesiapan
Kesiapan
erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kearsipan
apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi rcspon atau bereaksi. Kesiapan
ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang
diikuti oleh para pcscrta didik yang memiliki kcsiapan tinggi akan terjadi
proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
3}
Faktor Kelelahan
Kelelahan
baik jasmani ataupun rokhani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Oleh karena itu, guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk
berusaha menghindari trjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misalnya, para siswa
diberi penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang eukup dan
teratur, mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secara teratur agar kondisi
badan tetap segar.
Faktor Ekstern
Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1. Faktor
keluarga
a. Cara orang
tua mendidik,
b. Relasi/hubungan
antara anggota keluarga,
c. Suasana
rumah,
d. keadaan
ekonomi keluarga,
e. sikap dan
pehatian orang tua
f. Latar
belakang kebudayaan orang tua.
2. Faktor
sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi
belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
a. Metode mengajar
b. Kurikulum
c. hubungan
guru dengan para siswa,
d. hubungan
siswa dengan siswa,
e. disiplin
sekolah
f. peralatan/media
pelajaran,
g. waktu
sekolah,
h. sarana dan
prasarana sekolah,
i.
metode belajar siswa
j.
tugas sekolah,
3. Faktor
masyarakat
Masyarakat
merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribcidi
siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam
belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan:
a) kegiatan
siswa dalam masyarakat
b) mass media
yang beredar/ada dalam masyarakat
c) pengaruh
ternan bergaul
d) poia hidup
masyarakat.
3.
Mengajar yang efektif
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami
proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang
efektif: Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang
efektif pula.
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa
belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu
menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat tejadi apabila
guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mengajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip
mengajar, yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu digunakan/ditempatkan
dengan sebaik-baiknya maka'-iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi
bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Konteks
Belajar,
sebagian besar tergantung pada konteks be1ajar itu sendiri .. Situasi
problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam
kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan
siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya
tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat
ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus
dapat memberikan dorongan seiuas-Iuasnya untuk bereksperimentasi,
bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada
penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta yang memungkinkan transfer
dari dan ke pihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik adalah:
1)dapat
membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat
2)terdiri
dari pengalaman yang aktual dan konkret
3)
pengalaman
konkret yang dinamis merupakan alat untilk menyusun pengertian, bersifat
sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
b.
Fokus
Proses
pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan be1ajar. Di samping itu
pembelajaran yang penuh makna dan dektit harus diorganisasikan di sekitar suatu
fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu
pembelajaran lebih meningkat.
Untuk
mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri
yang baik, seperti uraian berikut ini.
1) Memobilisasi
tujuan
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan
untuk belajar. Konteks bermaksud membangkitkan tujuan, sedangkan fokus
merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus
mampu memobilisasi keinginan belajar.
2. Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
Belajar
yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman
artinya terdapat koordinasi intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit
pelajaran itu, at au terdapat strukturalisasi sehingga dapat menirnbulkan fokus
yang wajar.
4.Mengorganisasi
belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penernuan Fokus yang baik harus
rnenirnbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab,. suatu soal yang perlu
dipecahkan, suatu pengertian yang harus dipaharni dan digunakan. Dengan dernikian,
akan tirnbul organisasi belajar yang tepat, yang rnernungkinkan terjadi proses
penangkapan pengertian, rnelihat eksplorasi dan penernuan. Seorang guru yang
baik akan selalu berusaha rnengajak siswa belajar rnelalui penernuan dan
pernecahan soal atau masalah.
c. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sarna dalarn kerja kelornpok,
diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses
pepemecahan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong siswa
untuk berpikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna
dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat
belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi.
Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses
belajar yang sedang berlangsung di kelas itu.
d.
lndividualisasi
Dalam
mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan
merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan
sebaik-baiknya. BeIajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan
bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosedur
eksperimental yang berlaku. lndividu yang satu bebeda dengan individu yang lain.
Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana
pcrbcclaan cara bclajar itu dari yang dilakukan olch individu lain, hal ini
perlu dikctahui.
e.
Urutan
Belajar
sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan
prinsip konteks, fokalisasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun demikian,
guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang
disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari garis yang
memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah
merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu tepisah
dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran
itu. Bila hendak mencapai belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau
urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f.
Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak
mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar
tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan suses ditambah oleh evaluasi
yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi
merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam
organisasi belajar yang wajar. Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan
cara-cara melaporkan hasilhasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi
laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orang tuanya.
Evaluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan
untuk mendapatkan gambaran komperhensif tentang siswa sebagai perseorangan, dan
dapat juga membawa siswa pad-a taraf belajar lebih baik.
Pembelajaran
yang efektif tergantung pada prinsip-prinsip yang telah disebutkan di depan.
Pembelajaran efektif tergantung pada corak kemaknaan yang penuh dari belajar
itu. Prinsip-prinsip yang praktis tersehut saling berkaitan dan tidak dapat
salah satunya diabaikan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengorganisasikan
proses belajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai kemaknaan penuh, juga
untuk mencapai efektivitas maksimal, serta mendapatkan hasil terbaik dan
otentik.
Pembelajaran
adalah suatu proses. Karena pembelajaran adalah suatu proses maka ia akan
mencakup rangkaian empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan
lanjutan (Gal' ferin dalam Tjipto Utomo, 1989:3637). Orientasi adalah kegiatan
memberi penjelasan tentang materi/ilmu. Latihan adalah kegiatan memberi
kesempatan berlatih menerapkan materi atau bahan. Umpan balik adalah kegiatan
memberi pengertian tentang hasil belajar yang telah dicapai dalam proses
pernbelajaran. Lanjutan adalah kegiatan memberi kesempatan untuk rnelanjutkan kajian
bahan berikutnya atau kajian bahan sebelumnya apabila berdasar umpan balik
materi sebelumnya belurn dikuasai.
Pertanyaan
- pertanyaan
1.
Jelaskan mengapa kondisi fisik temp at belajar
berpengaruh penting terhadap hasil belajar?
2.
Gambarkan kemungkinan-kemungkinan pengaturan tempat
duduk siswa, dan jelaskan kekuatan dan kelemahan masing-masing formasi temp at
duduk tersebut?
3.
Catatlah keadaan
a.
Kondisi fisik
b.
Kondisi sosio-emosional
c.
Kondisi organisasional
d. Kondisi administrasi teknik yang ada dan terjadi di
Sekolah Dasar tersebut.
4.
Laporkan hasil pengamatan Anda di depan kelas dengan
dipandu oleh Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas.
5. Simak komentar Dosen Anda terhadap laporan dan substansi
isi dari hasil pengamatan Anda tersebut.
Daftar
Pustaka
Depdikbud.
1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
M. Entang
dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan
Tenaga Kependidikan Depdikbud.
Dirjen
PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Seri
Peningkatan Mutu 2. Jakarta :
Depdagri dan Depdikbud.
________
1996. Pengelolaan' Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdagri dan Depdikbud.
Hollingsworth, Paul M & Hoover , Kenneth. 1991.
Elementary Teaching Methods. Boston
: Allyn and Bacon.
Ornstein,
Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York : Harper & Row Publisher Inc.
BAB V
PRINSIP-PRINSIP DISIPLIN KELAS
Latar Belakang
Disiplin bagi peseta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait antara
pengetahuan, sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran, tanggung jawab,
kebebasan, rasa kasih sayang, tolong menolong, dan sebagainya adalah beberapa
aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui, disikapi, dan
ditegakkan oleh para siswa.
Peserta didik belajar beberapa hal dengan cara mendengarkan misalnya,
tetapi mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata-kata dan gagasan
mereka sendiri. Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka
terlibat dalam menyusun tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus
mengarahkan dan menentukan tindakan-tindakan apa yang akan diambil bila tata
tertib dilanggar, sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
Terpeliharanya disiplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau
kebutuhan para pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki
banyak kepentingan, demikian juga sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana
kepentingan-kepentingan dari masing-masing pihak dapat terpenuhi dan dapat
diselaraskan agar tidak terjadi bentrokan.
Tidak terpenuhi kepentingan/kebutuhan oleh para pihak akan timbul
gangguan yang mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi at au dalam berproses
misalnya, dalam proses pembelajaran. Di samping itu, para guru/sekolah perlu
mencermati kepentingan/kebutuhan dalam memahami sumber-sumber pelanggaran
disiplin. Dengan diketahuinya sumber gangguan disiplin maka akan diketahui pula
secara teoritis cara penanggulangannya.
Disiplin yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri
kepada terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasar pengalaman-pengalamannya
sendiri. Pemelihlaraan disiplin dew as a ini pada dasarnya adalah bagaimana
membantu anak mengembangkan disiplin dan menerima pusat pengendalian disiplin.
Bab yang membicarakan prinsip-prinsip disiplin kelas ini, akan mengulas
pengertian disiplin; hak, kebutuhan para siswa dan tampilan guru hubungannya
dengan disiplin; disiplin pada level sekolah dan kelas; membina hubungan
sekolah dengan masyarakat; sumber pelanggaran disiplin sekolah; serta peraturan
dan tata tertib kelas.
Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa (I) disiplin dipertimbangkan sebagai
kecenderungan dari para peserta didik menyetujui harapan para guru, (2)
disiplin merupakan alat bantu menumbuhkan gagasan mutakhir dan seleksi
praktik-praktik baru, dan (3) pelayanan yang layak cenderung menumbuhkan
kualitas disiplin.
Tujuan
Setelah
mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
a.
menjelaskan dengan kata-kata sendiri pengertian
disiplin kelas,
b.
mengemukakan alas an mengapa basis kemanusiaan dan
prinsip demokrasi merupakan petunjuk dan pengecek mengambil kebijakan dalam
menegakkan disiplin,
c.
mengemukakan syarat-syarat pendekatan yang harus
diperhatikan guru dalam menegakkan disiplin,
d.
menyimpulkan keuntungan-keuntungan terpeliharanya
disiplin bagi kehidupan para peserta didik,
e.
menarik kesimpulan bahwa menegakkan disiplin bukan
atau tidak berarti mengurangi kebebasan berprestasi atau berkreasi para peserta
didik,
f.
menjelaskan beberapa hak para siswa dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan,
g.
menggambarkan hierarchi kebutuhan manusia menurut
Maslow,
h.
mengkaitkan terpenuhinya kebutuhan manusia dengan
terpeliharanya disiplin,
i.
menjelaskan manajemen kurikuler penting dalam
menegakkan disiplin,
j.
menggambarkan upaya manajerial kepala sekolah dalam
memelihara disiplin sekolah,
k.
menarik kesimpulan pentingnya menjalin hubungan
antara sekolah dan mas y arakat,
l.
menyebutkan lingkup hubungan sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya,
m. menyimpulkan
bahwa memberi/meminta laporan secara teratur kepada aparat keamanan penting
sebagai langkah pemeliharaan disiplin sekolah,
n.
menyebutkan beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
disiplin sekolah terganggu,
o.
menjelaskan
alasan mengapa penguatan verbal dan non verbal berpengaruh kepada terciptanya
disiplin kelas,
p.
menjelaskan
beberapa masalah yang ditimbulkan guru sehingga mempengaruhi tegaknya disiplin,
q.
menjelaskan
beberapa masalah yang ditimbulkan peserta didik yang mengganggu terpeliharanya
disiplin,
r.
menjelaskan
beberapa masalah lingkungan yang, meri1pengaruhi terciptanya disiplin,
s.
menyebutkan
sebab-sebab 'umum yang mengganggu tegaknya disiplin.
t.
menjelaskan
pentingnya tata terrib sekolah dibuat dan disebarluaskan kepada seluruh siswa,
u.
menyebutkan
komponen yang perlu ada dalam tata tertib sekolah.
1. Pengertian Disiplin Kelas
Kata disiplin bcrasal dari bahasa latin
"disciplina" yang menunjuk kepada bclajar dan mengajar. Kata ini
bcrasosiasi- sangat clckat clcngan istilah "disciple" yang bcrarti
mengikuti orang bclajar dibawah pengawasan seorang pimpinan. Di dalam
pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tctapi
tcrbcntuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban,
ada Juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Di antara kedua
istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian
pengertian disiplin (Suharsimi, 1993: 114).
Ketertiban
menunjuk pada kepatuhan sesearang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib
karena didarong at au disebabkan aleh sesuatu yang datang dari luar. Disiplin
atau siasat mcnunjuk pada kcpatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan at au
tata tertib karena didorong o1eh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya .
.Qjsiplin ke1as adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya
tergabung guru dan siswa taat kepada tat a tertib yang telah ditetapkan (Dirjen
PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 10)
Disiplin
merupakan sesuatu yang berkenaan dcngan pcngendalian did seseorang terhadap
bentuk-bentuk atman. Disiplin merupakan sikap mental. Disiplin pada hakikatnya
adalah pernyataan sikap mental dad individu maupun masyarakat yang mencerminkan
rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas
dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Sikap
disiplin yang dilakukan aleh seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi:
a.
Nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai kepercayaan
Nilai ini diyakini kebenarannya
sehingga melahirkan tindak-tanduk disiplin yang penuh ketulusan untuk
berkorban. Contoh: kewajiban sholat lima
waktu dan puasa selama satu bulan pada bulan Romadhon bagi umat Islam; tidak
melakukan aktivitas apapun kecuali berdoa selama satu hari pada hari Raya Nyepi
bagi umat Hindu, dan sebagainya.
b. Nilai-nilai tradisional
Nilai-nilai ini melahirkan
tindak-tanduk pantangan yang kebanyakan tidak masuk akal dan mengandung
misteri. Contoh: pantangan makan kaki ayam kalau tulisannya ingin baik;
pantangan menduduki banta; sialnya angka 13; pantangan menanarn bunga
Baugenvill di depan rumah bagi yang memiliki anak gadis dan sebagainya.
c. Nilai-nilai kekuasaan
Nilai ini bersumber dari penguasa
yang melahirkan tindak-tanduk disiplin demi terlaksananya tata kepemimpinan
menurut kehendak penguasa. Nilai ini biasanya diikuti sanksi bagi yang tidak
melaksanakannya. Contoh: harus membayar upeti; harus jongkok bila penguasa
datang, dan sebagainya.
d. Nilai-nilai subjektif
Pengakuan dari nilai ini berdasarkan penilaian pribadi yang melahirkan
tindak-tanduk yang egosentrik., Contoh: menurut penedapat saya hal ini tidaik
benar karena Kiai tidak mengatakannya; katanya hal tersebut dilarang karena Pak
Lebe menyatakan hal seperti itu, dan sebagainya.
e. Nilai-nilai
rasional
Nilai yang memberi penjelasan dan alasan perlu tidaknya dilakukan
tindak-tanduk disiplin tertcntu untuk mcncapai tujuan tertentu. Contoh: jika
ingin berhasil dengan baik dalam sckolah maka harus rajin belajar; jika ingin
selamat maka semua pengguna jalan harus mentaati peraturan lalu lintas, dan
sehagainya,
Kaitannya dengan disiplin sckolah atau kelas, maka tindak-tanduk yang
diharapkan adalah tindak-tanduk yang mencerminkan kcpatuhan dari bcrbagai nilai
yang disepakati oleh semua baik siswa, guru, dan karyawannya yang tertuang
dalam tata tertib sekolah/kelas.
Disiplin kclas merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak
menyimpang dari ketertiban kclas. Dalam semangat penclekatan pendidikan
disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi.
Prinsip kcmanusiaann dan demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi
parol guru dalam mengambil kebijakan yang berhuhungan dengan disiplin. Oleh
karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan guru harus:
- menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan
hubulngan kemanusiaan;
- mengembangkan dan membentuk profesionalisme
personel dan sosial lulusan;
- merefleksikan tumbuhnya kepcrcayaan dan kontrol
dari pesclta didik;
- menumbuhkan kesungguhan bcrbuat clan berkreasi,
baik dikalangan guru clan peserta didik tanpa acla kecurigaan clan
ke-cemasan;
- menghindari perasaan beban berat dan rasa terpaksa
dikalangan para pescrta didik.
Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu
pcscrta didik. Dcngan clisiplin, mcrcka clapat mcmahami dan mcnyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungan.
Di samping itu, disiplin juga penting sebagai cara dalam menyelesaikan
tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Disiplin muncul dari kebutuhan untuk mengadakan kcscimbangan an tara apa yang ingin diJakukan olch inclividu clcngan
individu yang lain. Kescimbangan tersebut c1ipcnuhi sampai batas-batas
tcrtentu. Pemenuhan kescimbangan itu diusahakan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya tanpa melanggar hak-hal orang lain.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah para peserta didik
belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya
dan lingkungannya. Lebih lanjut dengan adanya pembiasaan tersebut maka akan
tumbuh jiwa tentram dalam diri dan masyarakat sekitar.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan siswa. Menegakkan disiplin justru sebaliknya, ia ingin memberikan
kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan
tetapi, juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan
peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan.Di
sekolah disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang
dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
2. Hak.
Kebutuhan Siswa dan Tampilan Guru Hubungannya dengan Disiplin
Banyak guru baru kurang menyadari
bahwa peserta didik memiliki hak- hak tertentu di dalam lingkung an sekolah.
Hak-hak ters ebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman
atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat.
Masyarakat: orang tua, wali murid, kelompok kemasyarakatan sering membawa
sejumlah kasus pelanggaran terhadap hak-hak para siswa ke sekolah, ke Persatuan
Orang Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa yang penting dan yang
perlu dijamin adalah (1),hak menyelesaikanpendidikan sebaikbaiknya, (2) hak
persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi dalam kelompok, (3) hak
berekspresi secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak
menyelesaikan (studi) secara cepat (Me Neil dan Wiler, 1990).
Hak-hak itu semua adalah hak-hak umum yang dimiliki para siswa.rI)alam
kaitan ini guru harus berusaha menerapkan dalam praktik-praktik "disiplin
baik pada kebijakan sekolah maupun peraturan atau hukum. Untuk hal tersebut,
pedu ada garis sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan
pertimbangan peraturan yang dibuat.
Kebutuhan para
siswa adalah faktor yang relevandalam menentukan banyak sistem disiplin kelas
atau sekolah. Satu eontoh adalah hak dan kebutuhan tertentu'dari siswa, cacat
dan siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya, anak cacat tidak
dapat dikeluarkan dari sekolah k'eeuali kalau Dewan Pertimbangan Kualifikasi
Profesional menentukan lain. Penentuan itu seperti bahwa penanganan terhadap
mereka kalau diteruskan di sekolah tersebut akan merugikan kedua belah pihak.
Berkaitan dengan sejumlah besar kcbutuhan para siswa. guru perlu
Illcmpertimhangkan dalam mcnentukan program disiplin kelas yang relevan dengan mata pelajaran yang
sedang cliajarkan, tingkat kemampuan umum para siswa, clan Jatar bclakang
sosio-ckonomi para siswa. Dalam beberapa kelas tingkat perhatian kepada para
siswa ticlak sepenting scperti kelas lainnya, tetapi di lain kelas, Terutama
pada kclompok kelas yang berkemampuan rendah, guru dapat memperbaiki pola
disiplin lebih baik, cermat, dan seksama. Sebagai contoh siswa yang datang dari
keluarga berkarakter yang poJa disiplinya bcrtcmperamcn kasal', maka kondisi
scpcrti itu akan terbawa ke ruang kelas. Juga banyak guru mengalami prohlem disiplin
ketika para siswa gagal melihat keterkaitan pclaksanaan antara materi yang
disajikan kepacla kehidupan mereka.
Dalam hal khusus guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubungan
program disiplin yang dibuat dengan motivasi individu para siswa. Dalam
menegakkan scperangkat ketcntuan disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan
bagaimana para siswa seyogianya bertingkah Iaku dan apa yang akan terjadi bila
siswa berkelakuan lain. Rf'herapa problema yang akal mengganggu disiplin
seyogyanya dapat diperkirakan sejak dini. Contoh dari problema tersebut adalah siswa melawan: Terhadap hal
tersebut, apakah guru membiarkan pcrilaku siswa yang keluar dari ketentuan yang
diharapkan. Tentu saja tidak, oleh karcna itu: Kalan tcrjadi hal sepcrti itu
tindnkan preventif segera dapat diterapkan.
Keberadaan guru di kelas tidak hanya bertugas
menyampaikan kurikulum/ materi yang direncanakan kepada para siswa, letapi
kondisi personal disiplin para guru itu sendiri di kelas perlu ditampilkan.
Match dari disiplinbarus dikaitkan kepada pemahaman umum dari apa yang
dih(lqokan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman
disiplin misalnya, dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa
untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah. ,faktor
disiplin penting lain dapat berkembang pada sejumlah guru ditingkat sekolah
dasar dan menengah yang mengajar secara tim. Walaupun guru tersebut tidak
secara riil mengajar bersama, mereka membuat perencanaan bersama dan
menyampaikan kepada para siswa dalam bahasan yang sama pada ruang/ waktu saat
para guru mengajar. Karena
para siswa diajar oleh masing-masing guru dalam kelompok tim, maka komponen
penting dari disiplin hams dirumuskan. Karena kalau tidak dirumuskan akan
terjadi ketidak konsistenan an tara siswa
satti dengan siswa lain dalm menangkap makna materi. Misalnya, seorang guru
membiarkan seorang siswa menyontek, sementara yang lain tidak diijinkan.
Perlakuan yang diskriminatif ini akan menimbulkan ketidak konsistenan diantara
mereka. Lebih lanjut harus ada respoll yang saling menguntungkan diantara para
profesional sekolah mengenai pelaksanaan pemeliharaan disiplin di kelas.
Guru baru
harus memandang mereka sendiri sebagai bagian keiompok atau tim yang
bertanggung jawab menyampaikan perencanaan pendidikan tentang disiplin. Mereka
hendaknya tidak sebagai seorang akhli yang berpraktik dalam kelas yang
terisolasi, melainkan perlu keterpaduan antara teori dan praktik.
3.
Disiplin pada level Sekolah dan
Kelas
Sekolah, dalam upaya menciptakan
disiplin secara nyata sudah barang tentu akan berusaha dan melibatkan berbagai
unsur atau pihak misalnya: dengan guru dalam memberdayakan semua kebijakan;
usaha mengidentifikasi secara jelas sebab-sebab siswa berperilaku menyimpang;
bekerja sarna secara erat dengan orang tua, dan para pembina atau pendamping
sekolab. Sekolah juga menggunakan beberapa pendekatan untuk menanggulangi
perilaku menyimpang para siswa melalui manajemen pembelajaran atau kurikuler.
Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan timbulnya problema disiplin adalah kegaduhan, carak suasana
sekolah, pengaruh komunitas yang tidak diinginkan, ketidak teraturan dan
ketidakajegan dalam menerapkan peraturan atau hukuman. Tipe-tipe penanggulangan
problema disiplin ini biasanya didekati oleh pendekatan teknik manajerial.
Misal, Kepala Sekolah dapat meminta staf sekolah, pembina, dan guru untuk
mengetahui para siswa dan latar belakangnya, menyusun jadwal sebaik mungkin
sehingga tidak terjadi satu kegiatan mengganggu kegiatan lain atau kegiatan berfluktuasi
pada saat yang sarna, menciptakan suasana seperti dirumah sendiri dengan
memodifikasi sekolah secara artistik dengan tanaman hidup agar para siswa betah
tinggal di sekolah. Sekolah juga da:pat mengurangi problema timbulnya gangguan
disiplin dengan menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan komunitas
lingkungan sekitar dan aparat keamanan lingkungan. Hubungan dan kerjasama
tersebut seperti memberi kesempatan kepada masyarakat sekitar memanfaatkan
sebagaian fasilitas sekolah dan melibatkan mereka untuk ikut serta membangun
wilayah sekitar.
Di
samping itu sekolah secara teratur menyampaikan laporan dan meminta laporang
kepada aparat keamanan. Memberi laporang ten tang kegiatan sekolah, misal
laporan kegiatan penerimaan dan pengumuman penerimaan siswa baru, pengumuman
kelulusan evaluasi belajar nasional (EBTANAS), acara pekan olah raga dan seni
dan sebagainya. Meminta laporan tentang situasi keamanan pada setiap saat, dan
memberi kesempatan kepada yang berwajib memberi penyuluhan tentang gerakan
disiplin nasional, bahaya narkotik, tertib lalu lintas dan sebagainya. Banyak
sekolah menghadapi bermacam-macam gangguan disiplin karena adanya watak suka
merusak, perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok, dan penggunaan obat-obat
terlarang dari para slswanya.
Uraian di
atas menunjukkan bahwa manajemen kelas dalam menanggulangi gangguan disiplin
adalah hal yang kompleks. Puncaknya menumbuhkan kesadaran diri bahwa guru harus
merencakan model pende.katan sendiri yang cocok dengan tampilan diri dan
pembelajarannya. Di kelas guru harus banyak bertukar pikiran dan mcnanyakan
kepada para siswa ten tang hidup dan belajar sukses. Oleh karena du, hal-hal berikut seperti yang dikemukakan
olch McNeil dan Wiles (1990) perIu
dihayati dan disimak:
a.
menunjukkan perilaku siswa yang diharapkan dimasa
depan,
b.
mendengarkan, ketika para siswa menceritakan ten
tang kepedulian mereka.
c.
Mengetahui
sedapat mungkin dan seawal mungkin nama-nama para siswa,
d.
menghindari kata-kata sindiran: hcrlakulah posilif,
e.
tersenyum, bcrsahabat, dan mcnjalin huhungan harmon
is pcnuh rcspek,
f.
mengetahui karaktcr (sifat, watak) dan lalar
belakang para siswa,
g.
bila
mungkin. ahaikan pclanggaran-pclanggaran kccil.
h. mencoha menghindari bentuk-bentuk hukuman
secara kelompok,
l. menciptakan
disiplin kelas sehagai tujuan utama.
Gambar 30 Sikap guru ,vallg mellgemballgkan
keberadaanlkedaulutun suhjek didik
Di
samping itu tcrdapat bcbcrapa tcknik yang dapat membantu pemeliharaan disiplin
kelas dalam mengajar seperti berikut ini:
a.
Tepat waktu clan mulailah pclajaran
sesegera mungkin;
siapkan scsuatu yang hanls dikerjakan para
siswa,
b.
Siapkan rcncana pclajaran clan
inrormasikan kcpada para siswa apa, kapan, dan dimana aktivitas itu dikcrjakan,
c.
Lakukan sesuatu dengan aturan dan pelaksanaan
yang sama dan konsisten,
d.
Bcrvariasi clalam aktivitas kelas,
e.
Tidak mengancam dan menantang para
Slswa,
f. Buatlah tugas para siswa yang
tepat clan cocok,
g. Jagalah dan
kontrol suara guru,
h. Tegas dalam
permulaan dan secara perlahan mulai dikendorkan bila hubungan sudah terjalin
baik,
1. Hindari
adanya siswa favorit diantara mereka,
J. Jalin hubungan kerjasama dengan
orang tua.
Petunjuk
tersebut kiranya dapat berguna dan sebagai penopang dalam upaya menanggulangi
gangguan disiplin di kelas,. N asehat yang simpatik bagi guru-guru baru
berkaitan dengan disiplin adalah "mengetahui apa yang akan diterjadikan
sebelum hal itu terjadi". Guru-guru yang berpengalaman dalam memelihara
disiplin kelas ialah dengan cara mengontrol suasana kelas dan memanipulasi
kelas tersebut berdasar variasi renpos para siswa. Guru lain memanipulasi untuk
terciptanya suasana kelas yang diharapkan adalah dengan mengembangkan penguatan
verbal dan non verbal. Penguatan verbal seperti: baik, bagus, pekerjaanmu cukup
rapi, dan sebagainya. Sedangkan penguatan non verbalseperti: gerakan badan,
sentuhan, perubahan mimik, gerakan mendekati, memberi hadiah, dan sebagainya.
4. Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah
secara formal adalah wadah atau tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat dimana
sekolah itu berada. Sebaliknya masyarakat diharapkan membantu dan bekerja sarna
dengan sekolah agar program sekolah berjalan lancar dan lulusan yang dihasilkan
m,emenuhi kebutuhan masyarakat dan negara. Oleh sebab itu, hubungan yang saling
menguntungkan antara sekolah dan masyarakat perlu dibina dan dikembangkan
secara haromonis. Hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi hubungan sekolah
dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan instansi terkait, hubungan
sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan hubungan sekolah dengan
lembaga pendidikan lainnya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 39-43).
a. Hubungan
sekolah dengan orang tua siswa Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara
formal dan potensial memiliki peranan paling penting dan strategis bagi
pembinaan dan pengembangan generasi muda, khususnya para siswa sekolah dasar.
Sedangkan orang tua siswa adalah pendidik pertama dan utama yang sangat besar
pengaruhnya dalam pembinaan dan pengembangan para siswa tersebut. Oleh karena
itu, sangat diperlukan hubungan yang harmonis dan terus menerus dan
berkelanjutan an tara sekolah dan orang tua siswa.
Hubungan
sekolah dengan orang tua dapat dijalin melalui sarana wadah perkumpulan orang
tua siswa, guru atau tenaga kependidikan lainnya dinamakan Bagan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan. Dengan
adanya hubungan an tara sekolah dan orang tua
tersebut maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah:
1) orang tua siswa mengetahui
tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksankan sekolah,
2) sekolah mengetahui semua kegiatan orang tua dan para
siswa dirumah,
3) orang tua siswa mau memberi perhatian yang sangat
besar dalam menunjang kegiatan-kegiatan sekolah.
Agar
orang tua siswa mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah, sekolah
perlu melaksanakan antara lain hal-hal berikut ini.
1) Memberikan informasi seluas-luasnya tentang
program sekolah. Pemberian informasi itu dapat dilakukan misalnya dalam
rapat-rapat, bazar, pameran, malam kesenian, pekan olahraga, dan melalui
penjelasan tertulis.
2) Melakubm kunjungan rumah oleh guru atau kepala
sekolah secara teratur atau rutin.
3) Menetapkan satu bulan dalam satu tahun
pelajaran sebagai BULAN INFORMASI yang kegiatannya dapat berupa:
a} Mengadakan dialog dengan
orang tua/wali siswa tentang perkembangan sekolah dan pembangunan yang sedang
dilaksanakan dan yang akan dihadapi sekolah,
b}
Menginformasikan bahwa sekoJah sebagai lingkungan pendidikan berkewajiban untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
c) Menjelaskan
bahwa manusia yang berkualitas itu hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan yang
bermutu,
d) Menyadarkan
pihak orang tua/wali siswa bahwa keterlibatan mereka dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan mutlak diperlukan,
e) Meningkatkan
kesadaran orang tua/wali siswa ten tang betapa pentingnya pendidikan bagi anak
manusia agar mereka dapat menjadi warga negara yang berkualitas dan berguna,
f) Meningkatkan
kesadaran orang tua/wali Slswa agar mau menyekolahkan putra-putrinya sampai
tamat.
Dengan diketahuinya
kegiatan-kegiatan sekolah dan dengan tumbuhnya kesadaran orang tua/wali siswa
diharapkan mereka merasa !llemil iki, mau berpartisipasi, dan mau mem beri ban
tuan dalam melaksanakan semua rencana sekolah, sehingga kualitas lulusan yang
diharapkan sekolah dan orang tua/wali siswa tercapai. Partisipasi tersebut
dapat berupa :
1)
memotivasi plltra-plltirnya llntllk belajar dengan
baik,
2)
melengkapi semua kcperluan belajar putra-putrinya,
3)
mcngarahkan putra-putrinya untuk belajar secanl
teratur pacla jamjam tertentu clan mengatur waktu untuk kegiatan lain di
rumah, misalnya non ton TV, bermain, berkunjung kepacla keluarga tetangga, atau
teman clan scbagainya,
4)
menciptakan suasana yang mendukung dalam keluarga
yang dapat mendorong putra-putrinya rajin belajar.
5)
mengawasi dan mengecek putra-putrinya dalam
melaksanakan tugas- tugas yang diberikan sekolah,
6)
ikut
membantu tegaknya disiplin sekolah,
7)
ikut mendorong putra-putrinya memenuhi tata tertib
sekolah,
8)
ikut memberikan perhatian terhadap perkembangan
situasi pendidikan sekolah,
9)
memenuhi undangan rapat dan undangan lainnya dari
sekolah bagi kepentingan putra-putrinya,
10) membantu tegaknya wibawa
Kepala Sekolah dan para guru,
II)
mcmberikan saran dan kritik dalam menegakkan wibawa Kcpala Sekolah dan Guru,
12) membantu
meme1ihara nama baik sekolah,
13) mendorong
agar putra-putrinya gemar membaca dan tidak lalai dalam mengerjakan pekerjaan
rumah,
14) mendorong
putra-putrinya agar ikut ambi1 bagian dalam kegiatan ko dan ekstra kurikuler
seperti: kesenian, olah raga, pramuka; UKS, dan kegiatan lain yang
diselenggarakan sekolah,
15) mendorong
putra-putrinya untuk mengikuti upacara bendera dan upacara lainnya yang
diselenggarakan sekolah,
16) mendorong
putra-putrinya memelihara keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan
kekeluargaan, serta kerapihan baik di rumah maupun di sekolah.
b.
Hubungan sekolah dengan lnstansi terkait
Sekolah perlu membina hubungan
baik secara timbal balik dengan instansi terkait. lnstansi terkait itu seperti
Lurah/Kepala Desa, Puskemas, Camat, Poisek, Koramil, LKMD, dan Posyandu.
Hubungan yang dijalin dan upaya yang perlu dilaksanakan oleh sekolah, antara
lain sebagai berikut:
1)
menginformasikan program sekolah
2)
ikut serta dalam kegiatan yang diadakan pemerintah,
sepanjang tidak mengganggu proses belajar mengajar,
·3) pada
saat yang diperlukan, Kepala Sekolah atau guru yang ditunjuk mengadakan
kunjungan ke lnstansi Pemerintah sebagai salah satucara pendekatan dari pihak
sekolah,
4)
sekali-kali dapat mengundang Pejabat Pemerintah di
luar Depdikbud sebagai pembina dalam upacara bend era.
Sedangkan dari pihak instansi
terkait diharapkan agar memberikan peran sertanya dalam:
1)
memhantu tegaknya disiplin sekolah,
2)
ikut membantu terpeliharanya kebersihan dan
keindahan sekolah,
3)
membantu nama baik sekolah,
4)
memenuhi undangan yang disampaikan pihak sekolah,
5)
membantu keanlanan sekolah pada saat sekolah
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
c.
Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh
masyarakat Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat adalah
hubungan yang tidak kalah pentingnya dengan jalinan hubungan dengan pihak
lainnya. Program ini dapat dilaksanakan dalam bentuk:
1)
mengunjungi industri dan perusahaan untuk menambah
wawasan pengetahuan para siswa,
2)
mengundang tokoh-tokoh yang berhasil dalam bidangnya
untuk
memberikan ceramah di sekolah.
Sedangkan dari dunia usaha dan
tokoh masyarakat yang berhasil diharapkan peran serta sebagai berikut:
1)
Bersedia menjadi nara
sumber dan memberikan ceramah untuk siswa sebagai usaha memotivasi siswa supaya
giat belajar dan hekerja kents ,
2)
Memberikan saran dalam menegakkan wibawa Kepala
Sekolah dan Guru,
3)
Menjadi nara
sumber untuk pelaksanaan program muatan lokal sekolah.
4)
Membantu dan menyediakan fasilitas dalam
melaksanakan muatan lokal bagi para Slswa.
d.
Hubungan sekolah dengan Lembaga Pendidikan lain
Dalam usaha membina dan mengembangkan hubungan dengan lembaga pendidikan lain
perlu dilaksanakan upaya-upaya berikut:
1)
mengadakan kunjungan antar sekolah untuk saling
bertukar pengalaman,
2)
menjalin kerja sama dalam upaya saling mengembangkan
pendidika.n di sekolahnya masing-masing,
3)
memberikan informasi tentang perkiraan jumlah lulu
san sekolah kepada lembaga pendidikan setingkat diatasnya,
4)
mengundang pimpinan lembaga pendidikan yang lebih
tinggi tingkatnya untuk memberikan ceramah tentang perkembangan pendidikan
sesuai dengan jenjangnya.
5. Sumber Pelanggaran Disiplin
Adalah suatu asumsi yang
menyatakan bahwa. semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai
tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Pengenalan terhadap kebutQhan siswa secara
baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Maslow mengemukakan
teori "hierarchi kebutuhan manusia" yang dapat digambarkan dalam
bentuk piramida kebutuhan manusia berikut ini.
Secara
berurutan, manusia menghendaki tcrpenuhinya semua kebutuhan tersebut yang
diperoleh dengan cara yang waJar, umum sesuai dengan tata atman yang bcrlaku.
Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa
dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidak seimbangan pada diri individu, dan
yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-caralain yang sering
kurang diterima masyarakat. Mengambil logika seperti itu, mungkin pula pelanggaran
disiplin di se ':olah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi
pemenubdn terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, misalnya:
a.
Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter
yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek
didik. Perbuatan seperti itu akan mengakibatkan peserta didik
menjadi berpurapura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal ini akan menjadikan
siswa agresif yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak
manusiawi yang mereka terima.
b.
Pengebirian
akan hak-hak kelompok besar anggota< sebagai peserta didik oleh
sekolah/guru. Dengan pengebirian atau pengurangan hak-hak tersebut akan
menyuramkan masa depan peserta didik, padahal disisi lain mereka seharusnya
turut menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru.
c.
Sekolah/guru
tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas atau
dibawah rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan
sekolah.
d.
Seko1ah/guru
kurang melibatkan dan mengikutsertakan para peserta didik da1am keikutsertanya
bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah sesuai dengan kemampuannya.
e. Seko1ah/guru
kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik da1am keluarga ke
dalam subsistem kehidupan sekolah.
f. Sekolah
kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara keduanya juga saling
melepaskan tanggungjawab.
Terdapat
beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah
yang dapat menggangu terpeliharanya disiplin kelas. Faktor-faktor tersebut
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umum yaitu masalah-masalah yang
ditimbulkan guru, Slswa, dan lingkungan (Hollingsworth, Hoover, 1991 : 69-71).
a. Masalah-masalah
yang ditimbulkan guru
Pribadi
guru sangat mempengaruhi terciptakan suasana disiplin kelas yang dcktif. Guru
yang mcmbiarkan pcserta didik berbuat salah, tidak suka kepada peserta didik,
lebih mementingkan mata pelajaran daripada pescrta didiknya, kurang menghargai
peserta didik, kurang scnang, kurang rasa humor akan mcngalami banyak gangguan
dalam kclas. Selain itu, hal-hal berikut ini adalah hal yang dapat menimbulkan
disiplin kelas terganggu:
1)
aktivitas yang kurang tepat untuk saat at au keadaan
tertentu;
2)
kata-kata
atau sindiran tajam yang menimbulkan rasa malu peserta didik;
3)
ketidak cocokan antara kata dan perbuatan, antara
teori dan praktik;
4)
bertindak tidak sopan tanpa pertimbangan yang
matang, tanpa melihat situasi;
5)
memiliki rasa ingin terkenal, rasa ingin ditakuti,
at au ingin disegani;
6)
kurang pengendalian diri, seperti suka menggunjing
peserta didik ditempat orang banyak;
7)
kegagalan menjelaskan tujuan pelajaran kepada
peserta didik;
8)
menggunakan metode yang kurang variatif/monoton,
sama dari hari
ke hari;
9)
gagal menditeksi perbedaan individu peserta didik;
10) berbicara
menggumam/tidak jelas;
11) memberi
tugas yang berat dan kompleks;
12) tidak
mengontrol pekerja peserta didik, apalagi mengembalikan pekerjaan tersebut;
13) tidak
memberikan umpan balik kepada hasil kerj a peserta didik.
Gambar 31 :, Sikap guru yang tidak terkenal dlan
ingin ditakuti perlu dihindari
b.
Masalah yang ditimbulkan oleh peserta didik
Ketidak teraturan selama proses
beiajar mengajar dapat disebabkan Juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh
peserta didik. Peserta didik biasanya cepat memanfaatkan situasi yang tidak
menguntungkan untuk bcrbuat tidak disiplin. Banyak dari mereka tidak suka/benci
terhadap sekolah. Hal ini dipersepsi dari adanya sekolah yang tidak memberi
kcpuasan kepada semua harapan : siswa dan para lulusan. Sejumlah hal yang disebabkan
oleh pescrta didik berikut ini cenderung memberi kontribusi membuat disiplin
kelas terganggu seperti :
1) anak yang
suka "membadut" atau berbuat aneh yang semata-mata untuk menarik
perhatian di kelas;
2) anak dari
keluarga yang kurang harmonis at au kurang perhatian dari orang tuanya;
3) anak yang
sakit;
4) anak yang
tidak punya temp at untuk mengerjakan pekerjaan sekolah di rumah;
5) amik yang
kurang tidur (karena melek mata sepanjang malam);
6) anak yang
malas membaca atau tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah;
7) anak yang
pasif at au potensi rendah yang datang ke sekolah sekedarnya;
8)
anak yang
memiliki rasa bermusuhan alau menentang kepada semua peraturan;
9)
anak
memiliki rasa pesimis atau putus asa tcrhadap semua keadaan;
10) anak yang
berkeinginan berbuat segalanya dikuasai secara "sempurna",
Gambar 32 Perilaku siswa yang membadut akan mengganggu keterliban
kelas
Gambar 33 Perkelahian antar siswa sumber
masalah gangguan disiplin kelas
Sedangkan
gangguan disiplin yang datang dari kelompok peserta didik dapat berupa ketidak
puasaan dengan pekerjaan kelas; hubungan interpersonal lemah; gangguan suana
kelompok; pengorgamsaslan kelompok lemah; emosi kelas dan perubahan mendadak
(Ornstein, 1990: 71).
1)
Ketidak puasan dengan pekerjaan kelas
Ketidak puasan ini dapat disebabkan aleh
tugas yang terlalu mudah at au terlalu sulit; beban terlalu ringan atau terlalu
berat; penugasan cenderung kurang terbuka karena mereka tidak siap; latihan
pembelajaran bersifat verbal kurang menekankan pada keterampilan dan manipulasi
aktivitas; penugasan kurang tcrjadwal tidak sistematis atau membingungkan.
2) Hubungan interpersonal lemah
Hubungan interpersonal lemah dapat
disebabkan pengelompokkan didasarkan pertcmanan atau klik; peran kelompok
sangat lemah.
3) Gangguan suasana kelompok
Gangguan suasana kelompok disebabkan oleh
suasana tercekam; kompetitif yang berkelebihan; sangat ekslusif (kelompok
menolak individu yang tidak siap).
4) Pengorganisasian
kelompok lemah
Pengorganisasian kelompok lemah ditandai
oleh tekanan otokrasi yang berlebihan atau lemahnya supervisi dan pengawasan;
Standar perilaku terlalu tinggi at au rendah; kelompok diorganisir terlalu
k,etat (kJanyaJ<: aturan) atau terstruktur; pengorganisasian kurang
memperhatikan unsur perkembangan usia. latar belakang sosial, kebutuhan,
ataukemampuan anggota kelompok.
5) Emosi kelompok dan perubahan mendadak
Emosi kelompok dan perubahan mendadak
dapat diakibatkan karena kelompok memiliki watak temperamen kekhawatiran
tinggi; kejadian depresi yang mendadak; ketakutan atau kegemparan; kelompok
dihinggapi rasa bosan, kurang berminat atau emosionalnya lemah.
c.
Masalah yang ditimbulkan lingkungan
Langsung atau tidak langsung
lingkungan, situasi, at au kondisi yang mengelilingi perserta didik merupakan
masalah yang potensial menimbulkan terjadinya gangguan disiplin kelas.
Lingkungan, situasi, atau kondisi tersebut adalah :
1)
Lingkungan rumah/kcluarga, scpcrti : kurang
pcrhatian, kctidak teraturan, pertengkaran, ketidak harmonisan, kecemburuan,
masa bodoh, tekanan, sibuk urusannya masing-masing.
2)
Lingkungan atau si tuasi tempat tinggal, seperti :
lingkungan kriminal, lingkungan bising, lingkungan minuman keras.
3)
Lingkungan sekolah, seperti : kelemahan guru,
kelemahan kurikulum, kelemahan manajemen kelas, ketidak tertiban, kekurangan
fasilitas.
4)
Situasi sekolah seperti : hari-hari pertama dan
hari-hari a'khir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran,
pergantian guru, jadwal yang kaku/jadwal aktivilas sekolah yang I<:urang
ccrmat, bau makanan dari'cafctaria, suasana gaduh dari praktik pclaj aran
musik/bcngkcl ruang scbclah.
Pada
kcnyataannya scbab-scbab pclanggaran disiplin kclas ilU sangat unik, bersifat
sangat pribadi, komplcks, dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mcndalam
lain daripada scbab-scbab yang nampak. Walaupun demikian, memang ada juga yang
sebabsebabnya bersifat umum, misalnya:
a.
kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran
disiplin.
Mereka tidak tahu lagi apa yang
harns inereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja. Oleh karena itu,
harus diusahakan agar siswa tetap sibuk dcngan kcgiatan yang bervariasi sesuai
dengan taraf pcrkembangannya.
b.
perasaan kccewa dan terlekan karena siswa ditunlut
untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak remap.
c.
tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian,
pengenalan atau keberadaan pribadi siswa/status.
Gambar
34 Kelompok siswa yang dihinggapi rasa bosan
karena penllgasan yang tidak ielas
6. Peraturan dan Tata Tertib
Kelas
Disiplin
merupakan hal penting yang hanls ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini
mungkin. Sekolah aclalah temp at utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas
yang clitcrapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka siswa
akan tcrbiasa berclisiplin.
Kelas
harus mempunyai peraturan dan tata tertib. Peraturan dan tata tertib kelas ini
harus dijelaskan dan dicontohkan kepada siswa serta dilaksanakan secara terus
menerus. Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku
yang diharapkan terjadi pada siswa. Peraturan menunjuk pada patokan atau
standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misal : siswa harus
mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan atau diperintahkan oleh
guru; menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya; memberi
jawaban jika guru telah menunjuknya. Tata tertib menunjuk pada patokan atau
standar untuk aktivitas khusus. Misal : pcnggunaan pakaian seragam; mengikuti
upacara bcndcra; pcminjaman buku perpustakaan (Suharsimi Arikunto,. 1993:
122-123). Peraturan dan tata terlib kelas untuk sekolah dasar sepcrti yang
tcrcantum dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan
Dirjen Dikdasmen, 1996:79-81) antara lain harus memuat hal-hal berikut ini.
Masuk sekolah
a.
Siswa harus datang ke sekolah selambat-Iambatnya 10
menit sebelum pelajaran dimulai.
b.
Menaruh tas dan alat tulis lainnya di laci meja
masing-masing kemudian keluar kelas.
c.
Siswa yang mendapat tugas jaga/piket harus hadir
lebih awa1.
d.
Siswa yang sering terlambat harus diberi teguran.
e.
Siswa yang tidak mas uk karena alasan tertentu harus
memberi tahu sebelum atau sesudahnya secara lisan atau tulisan.
f.
Guru tidak
boleh terlambat atau absen tanpa ijin.
Masuk Kelas
g. Siswa segera
berbaris di depan kelas ketika
bel berbunyi.
h. Ketua kelas
menyiapkan barisan.
1. Siswa
masuk kelas satu persatu dengan tertib dan duduk di tempatnya masmg-masmg.
J. Guru
memeriksa kerapian, kebersihan, dan kesehatan siswa satu per satu: kebcrsihan
kuku, kcnpian rambut, kcrapian clan kcbcrsihan baju dan sebagainya. di dalam
kclas
k. Berdoa bcrsama
dipimpin oleh salah scorang Slswa.
1. Mcmberi salam kcpacla guru clan pclajaran c1imulai.
m. Guru mcnuliskall
siswa yang tidak masuk di papan absen serta alasan/ keterangan
kenapa tidak masuk.
n. Pada saat
pelajaran bcrlangsung siswa harus tetap tcrtib, tidak balch ribut, bcrcancla
atau mclakukan kcgiatall lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
o. Siswa tidak boleh mcninggalkan
kelas tanpa ij in atau alasan tertentu.
p.
Guru juga tidak diperkenankan meninggalkan kelas
ketika pelajaran berlangsung walaupun ada siswa sedang mengerjakan tugas di
luar kelas.
\Vaktu istirahat
q. Pada saat bel istirahat
berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib.
r.
Guru keluar kelas setelah semua siswa keluar.
s.
Siswa tidak boleh berada di kelas ketika istirahat.
t.
Sclama istirahat siswa tidak dipcrkenankan
meninggalkan sekolah tanpa IJln.
u.
Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah
istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan tenang di tempat
masing-masing.
v.
Sebaiknya guru sudah berada di kelas lebih dahulu
menjelang bel masuk berbunyi.
Waktu pulang
w. Ketika bel
pulang berbunyi, pelajaran berakhir, ditutup dengan doa dan salam kepada guru.
x.
Guru memberikan nasehat-nasehat, mengingatkan
tentang tugas-tugas, pekerjaan rumah dan sebagainya.
Siswa ke1uar kelas dengan tertib.
Pertanyaan -pertanyaan
1.
Dengan kata-kata sendiri, jelaskan pengertian
disiplin kelas?
2.
Kemukakan alasan-alasannya mengapa basis kemanusiaan
dan pnnslp demokrasi merupakan petunjuk dan pengecek dalam mengambil kebijakan
pemeliharaan disiplin?
3.
Kemukakan beberapa syarat pendekatan yang perIu
diambil guru dalam memlihara disiplin kelas?
4.
Jelaskan keuntungan-keuntungan terciptanya disiplin
bagi kehidupan peserta didik?
5.
Jelaskan bahwa menegakkan disiplin bukan berarti
mengurangi kebebasan berprestasi peserta didik?
6.
Jelaskan beberapa hak peserta didik dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan.?
7.
Gambarkan hierarchi kebutuhan manusia menurut
Maslow?
8.
Jelaskan
bahwa manajemen kurikuler penting dalam memelihara disiplin?
9.
Kaitkan terpenuhi/tidak terpenuhinya kebutuhan
manusia dengan tegak/tidak tegaknya disiplin manusia?
10. Gambarkan
upaya manajerial kepala sekolah dalam langkah preventif memelihara disiplin
sekolah?
11. Jelaskan
mengapa menjalin hllbungan yang harmonis antara sekolah dan masyrakat sangat
penting dalam menciptakan suasana kelas yang aman?
12. Sebutkan
cakupan yang perIu dikembangkan dalam menjalin hllbllngan antara sekolah dan
lembaga pendidikan lainnya?
13. Tunjukkan
bahwa memberi/meminta laporan secara rutin kepada aparat keamanan penting dalam
mencegah gangguan disiplin sekolah?
14. Jelaskan bahwa penguatan verbal dan non verbal
berpengaruh pada terciptanya disiplin kelas?
15. Sebutkan
beberapa kondisi sekolah yang dapat menimbulkan gangguan disiplin sekolah?
16. J elaskan beberapa masalah yang ditimbulkan guru yang
mengakibatkan disip1in tidak terpelihara?
17. Jelaskan beberapa masa1ah yang ditimbulkan siswa yang
mengakibatkan disiplin terganggu?
18. Jelaskan pula beberapa masalah yang ditimbulkan oleh
lingkungan sehingga disiplin kaitkan terpenuhi/tidak terpenuhi
tidak
tercipta?
19. Sebutkan sebab-sebab umum yang merusakkan terpeliharanya disiplin?
20.
Mengapa tata tertib sekolah harus dibuat dan disebarkan kepada para Slswa.
21. Komponen apa sajakah yang perIu ada dalam tata tertib sekolah ?
Tugas
Bagilah kelas Anda menjadi lima kelompok. Tugas
kelompok adalah:
1. Memilih dan mendiskusikan satu
topik dalam kelompok topik-topik berikut ini:
a.
Menegakkan displin bukan berarti mengebiri kebebasan
Slswa.
b.
Model menjalin hubungan dengan orang tua siswa dalam
menciptakan disiplin sekolah.
c.
Menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar
potensial tumbuhnya disiplin sekolah.
d. Prinsip demokrasi dan kemanusiaan filter
pengambilan kebijakan dalam menegakkan disiplin kelas.
e. Teladan guru penting dalam memelihara
disiplin kelas.
2.
Secara bergantian, sajikan hasil diskusi kelompok
didepan kelas/kelompok lain.
3.
Komentari hasil kerja masing-masing kclompok.
4.
Dengarkan komentar dosen pengampu terhadap hasil
kerja kclompok clan baik proses maupun subtansi isi materi.
Daftar Pustaka
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen.
1996. Pengeloaan Kelas di Sekolah Dasar. Seri peningkatan Mutu 2. Jakarta : Depdagri dan
Depdikbud.
_________
. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Seri
peningkatan Mutu 1. Jakarta :
Depdagri dan Depdikbud.
Hollingsworth,
Paul M dan Hoower, Kenneth H. 1991. Elementary Teaching Method. Boston ; Allyn and Bacon.
M. Entang
dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan
Tenaga Kependidikan Depdikbud Ditjen Dikti.
McNeil,
John D. & Jon Wiles. 1990. The
Essentials of Teaching. New York :
MeMillan Publishing Company.
Orstein,
Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York : Harper & Row Publisher Inc.
Suharsimi
Arikunto, 1993. Manajel71ell Pellgajarall Secara Mallusiawi. Jakarta:
PT Aneka Cipta.
BAB VI
TAHAPAN DAN
PENANGULANGAN PELANGGARAN DISIPLIN
La
tar Belakang
Terpeliharanya disiplin
menunjuk kepada kepatuhan terhadap pelaksaan peraturan sekolah dan menunjuk
kepada berjalannya sistem kontrol dalam kelas. Terpeliharanya disiplin tersebut
memerlukan keterlibatan serangkaian strategi. Strategi tersebut adalah strategi
dalam mengubah perilaku peserta didik kearah pemilikan kesadaran melaksanakan
semua peraturan yang telahdibuat. Pemilikan kesadaran tersebut, bukan karena
paksaan melainkan datang dari dirinya sendiri yang memang merupakan kebutuhan
dan memberikan kemanfaatan kepadanya .
Di samping itu, terpeliharanya
disiplin di kelas mengisaratkan bahwa guru dapat menanggulangi masalah-masalah
yang terjadi di kelas, seraya menetralisir dengan cara menaggulangi emosi-emosi
peserta didiknya.
Penanggulangan pelanggaran
disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis, dan
edukatif. Cara-cara penenggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap
memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan
oleh individu at au kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan
sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap tertumpu pada penekanan
substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Di samping itu, guru juga harus
tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik, bukan karena rasa
benci atau emisional. Namun demikian, di sadari benar bahwa disiplin di kelas
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa
seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perIu menjalin kerjasama
dengan orang tua di rumah, agar kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak
dipelihara itu semakin tumbuh subur.
Bab ini adalah bab yang mengulas: tahapan-tahapan
memelihara disiplin; jenis dan cara pcnanggulangan disiplin; dan kebiasaan
hidup tertib.
Untuk memahami bagaiman
tahapan, jenis, cara penanggulangan gangguan disiplin yang edukatif,
demokratis, akurat, dan dengan tetap menumbuhkan rasa cinta kepada para peserta
didik, diharapkan para mahasiswa menyimak bab ini dengan baik dan
sungguh-sungguh. Kemudian jawab pertanyaan yang ada dan kcrjakan tllgas-tugas
yang ditllgaskan kepada Anda.
Tujuan
- Sctclah
mcmpclajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
- menjelaskan
tahapan-tahapan cara memelihara disiplin kelas;
- menjelaskan
langkah-Iangkah menumbuhkan kesan positif pada pertemuan awal di kelas;
- menjelaskan
alasan-alasan diterapkannya campur tangan (intervensi) oleh guru;
- mengemllkakan
kemungkinan jenis-jenis gangguan disiplin yang muncul di kelas;
- menjelaskan cara-cara penaggulangan disiplin kelas
berdasar jenis gangguan kelas yang muncul;
menyebutkan berbagai alat yang
dapat digunakan pada saat pengenalan siswa;
menjelaskan tahap-tahap
pemeliharaan disiplin pada saat mengingatkan peraturan dan konsekuensinya;
menyimpulkan bahwa pelaksanaan
konsekuensi at as pelanggaran tata tertib bukan dimaksud sebagai hukuman;
1.mengikhtisarkan
langkah-langkah yang harus dilakukan pada tindakan penyembuhan;
J.menyimpulkan
bahwa sajian yang menarik, penampilan yang menarik, ketepatan penanganan dapat
mencegah gangguan disiplin kelas;
k.menjelaskan
prinsip-prinsip yang pedu diperhatikan dalam menjatuhkan hukuman dalam
menegakkan disiplin;
1.menyimpulkan
bahwa dengan pembiasaan disiplin disekolah akan berpengaruh positif bagi
kehidupan siswa di masa depan;
m.menjelaskan
hal-hal yang dapat menumbuh suburkan sikap bersahabat antara guru dan siswa;
n.mamahami
bahwa sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya tertib ke
arah siasat atau kearah diri sendiri;
o.menunjukkan
bagClimana menjalin hubungan an tara guru dan
orang tua di rumah agar upaya menegakkan disiplin di kelas ditunjang oleh
disiplin di rumah.
1. Tahapan Memelihara Disiplin
Memelihara disiplin adalah suatu
proses. Karena ia proses maka memelihara disiplin akan terdiri dari serangkaian
tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin. Adapun
tahapan-tahapan memelihara disiplin seperti berikut ini.
a. Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tahap ini adalah penciptaan suana kelas, ketepatan perencanaan, dan
intruksional. Mengenal identitas, misalnya (nama, sifat, kesukaan) peserta
didik adalah halhal yang penting dalam penciptaan suasana kelas. Di samping
itu pemberian catatan yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaan peserta
didik sangatlah membantu. Merencanakan pengajaran dan mengajar peserta didik
dengan penuh variatif dan dengan hal-hal yang aktual melalui topiktopik yang
relevan sangatlah membantu tumbuhnya belajar aktif dan percaya diri. Akhirnya
penguasaan akan disiplin akadcmiknya akan menambah kredibilitas guru yang
diperlukan juga dalam proses pembelajarannya.
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan
perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah ditetapkan agar
peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus
memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, dan kepraktisan kearah belajar aktif. Peserta
didik patut menerima perhatian secara teratur untuk mengurangi gangguan dan
menghindari. tumbuhnya perilaku menyimpang. Pertemuan pertama, misalnya adalah
saat yang penting dalam. memelihara perilaku-perilaku yang diharapkan.
Tumbuhkan kesan positif pada pertemuan pertama ini dengan mengemukakan
program/perencanaan pembelajaran. Langkah-langkahnya seperti:
1) mulailah
dengan saling berkenalan secara tepat;
2) informasikan
gambaran umum, latar belakang, garis besar perhatian dan aktivitas yang relevan
dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik;
3) informasikan
harapan-harapan akademis dan kebij akan penilaian secara rasional;
4) beri
kesempatan peserta didik menyatakan harapan-harapan mereka dengan
kemungkinan-kemungkinan yang saling menguntungkan.
c.
Campurtangan (intervensi)
Campurtangan
atau usaha guru untuk menyetop perilaku tidak pantas dari peserta didik
diperlukan bila teknik-teknik yang diterapkan dalam fase pencegahan dan
pemeliharaan tidak berhasil. Namun dalam fase campurtangan ini hendaknya dicari
teknik yang efektif dan dilakukan secanl hemat dan penuh pertimbangan.
Campurtangan lebih dilakukan pada gejala utamanya dari pada kepada perilaku
menyimpangnya. Guru melakukan terapi situasi dari pada peraturan disiplinnya.
Guru hendaknya menggunakan pendekatan ilmu dan seni mendidik dalam fase ini.
Guru memerlukan keahlian dalam langkah-langkah intervensi seperti: bertanya,
menatap mata peserta didik, mendekati peserta didik, memberi isyarat dengan
tangan atau kepala agar peserta didik tidak berperilaku tidak pantas. Kalau
cara ini beJum berhasil mintalah peserta didik dengan menyebut namanya untuk
diam atau memindahkan temp at duduknya, atau melakukan apa saja yang tepat untuk
situasi seperti itu. Hal itu semua hams dilakukan dengan tenang dan tidak
emisional. Hindari segala jenis tindakan yang menimbulkan konfrontasi. Ingat
ini bukan "situasi· kemenangan bagi guru.
d. Pengaturan
Tujuan pengaturan perilaku adalah
mengurangi kesalahan pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik. Fase ini
merupakan fase penting demi tercapainya tujuan peserta didik. Guru tidak
dilatih mengobati dan mereka hams menyadari kekurangan dalam menanggulangi
hal-hal yang menyebabkan aneka perilaku. Namun demikian, guru harus memiliki
kesabaran, potensi mempengaruhi sikap dan perilaku dengan cara yang tidak
merugikan. Guru dapat membantu peserta didik menyadari bahwa perilaku memiliki
konsekuensi dengan kehidupan mereka. Lebih lanjut guru dapat mempertimbangan
alternatif aktivitas kearah pengembangan perilaku positif melalui cara yang
efektif.
2. J enis Gangguan dan Cara Penangulangan
Gangguan DisipIin
Dengan
tidak mengurangi kebebasan guru menemukan cara penanggulangan gangguan disiplin
kelas, terdapat beberapa petunjuk umum cara penanggulangan gangguan disiplin
seperti dikemukakan Hollingsworth dan Hoower (1991: 72-74) berikut ini.
a. Gangguan
percakapan
Percakapan
antar peserta didik yang mengancam disiplin perlu segera ditanggulangi. Guru dapat
segera menghampiri mereka dan memotivasi mereka agar kembali mengerjakan
tugas-tugasnya. Atau guru dapat bertanya, atau meminta siswa mengajukan
pertanyaan, atau menyuruh menyelesaikan tugas secara khusus kepada peserta
didik yang bercakap tadi.
b. Gangguan
melempar catatan
Gangguan
melempar catatan muncul akibat adanya kebosanan at au ketidak tepatan kegiatan
belajar mengajar. Mengambil langkah hatihati dalam situasi ini sangat penting.
Tidak tepat bila guru membaca keras-keras catatan itu. Secara persuasif
menyatakan bahwa perbuatan itu akan merugikan diri siswa sendiri, selain akan
mengganggu ketertiban kelas.
c. Gangguan kebebasan yang berlebihan di an tara Slswa
Bebas adalah naluri manusia, tetapi
kebebasan yang berlebihan periu dicegah jangan sampai berkembang merusak
disiplin kelas. Berdialog antara guru dan peserta didik tentang hak dan
kewajiban peserta didik perlu dilaksanakan. Katakan kepada para siswa bahwa
disamping hak ada kewajiban, yaitu kcwajiban untuk tidak menggangu orang lain.
d Gangguan permusuhan diantara peserta didik
atau kelompok
Bicaralah dengan masing-masing pihak
secara individual atau kelompok. Berusaha mencari penyebab permusuhan ini dan
cobalah adakan perubahan-perubahan baru Katakan bahwa permusuhan adalah perbuatan
tidak baik; permusuhan akan mengakibatkan hilangnya teman bergaul.
e.
Gangguan menyontck
Menyontek terjadi akibat dari ketidak
siapan peserta didik atau materi yang melebihi baras. Berilah motivasi dan
kesempatan yang bijak dan tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Katakan kepada mereka bahwa menyontek akibat dari tidak belajar. Menyontek,
selain konsentrasi buyar juga tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaandengan
baik. Oleh karena im, belajarlah dengan rajin dan tekun.
f. Gangguan
pengaduan
Disiplin kelas kadang-kadang terggangu
olehadanya pengaduan di samping adanya laporan dari peserta didik. Guru harus
dapat membedakan pengaduan dan laporan tentang sesuatu. Namun guru perlu
berlaku bijaksana dan konsisten dalam menjelaskan ke dua hak tersebut.
g. Gangguan tabiat marah
Guru segera menghampiri atau memindahkan
peserta didik yang bertabiat marah dan menjauhkan peserta didik lain. sebagai
pendengar. Guru kemudian mencari sebab dan membantu menyelesaikan persoalannya.
h. Gangguan penolakan permohcinan guru
Berdialog secara tcrus menerus
dan mencari alternatif lain adalah salah satu cara yang dapat ditempuh oleh
guru terhadap gangguan ini. Permohonan
yang rasional untuk seorang siswa belum tentu sesuai dengan siswa lain.
Penciptaan suasanan sejuk dan objektif akan menghilangkan gangguan semacam ini.
i. Gangguan perpindahan situasi
Perpindahan situasi merupakan jenis lain
dari gangguan disipltn kelas (ganti pelajaran pindah kelas, perubahan jadwal).
Oleh karena itu, perpindahan situasi harusdiiringi oleh kesiapan akan
alternatif dan inisiatif lain, serta pengawasan.
Di
samping itu, terdapat berbagai cara lain yang dapat ditempuh guru dalam
menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain.
a. Pengenalan Slswa
Makin baik guru mengenal siswa
makin besar kemungkinan guru mencegah terjadinya pelanggaran disiplin.
Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat perhatian guru
dengan semestinya sangat mungkin terjadinya siswa terscbut melanggar disiplin
sekolah. Setiap siswa pada dasarnya mcmpunyai daya at au tcnaga untuk
mcngontrol dirinya. Siswa yang ticlak dipcrhatikan orang tua clan gurunya
kurang dapat mengontrol dirinya scndiri biasanya kurang mcnghargai otoritas dan
mereka tidak menyukai dan membencinya.
Pengenalan
terhadap mereka dan lataI' belakangnya merupakan usaha penanggulangan
pelanggaran disiplin. Berbagai alat dapat digunakan, misalnya:
1) "interest-inventory"merupakan
cara sederhana yang dapat dibuat guru.
Alat ini berupa sejumlah
pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi, hoby, favorit, aktivitas yang
dikerjakan siswa, acara yang disenangi dari siaran televisi, guru yang paling
discnangi, clan sebagainya.
2) "sosiogram" yang dibuat dengan
maksud untuk melihat bagaimana persepsi para siswa dalam rangka hubungan
sosial-psikologis dengan teman-temannya.
3) "feedback
letter" dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu surat ten tang perasaan
mereka terhadap sekolahnya;apa yang disukai pada saat pertama kali masuk
sekolah, pada saat pelajaran berlangsung, pada saat istirahat, keadaan
lingkungan sekolah, pada saat pulang sekolah, dan sebagainya. Yang Saya Sukai
di Sekolah
Saya adalah siswa dari SO Petompon 01-02 di Kecamatan Gajah Mungkur,
Kotamadya Semarang. Saya merasa senang dan bangga sekolah di sini. Yang saya
sukai di sekolah an tara lain waktu masuk.
Waktu itu jam menunjukkan pukul 06.45. Anak-anak segera berbaris dengan rapi di
depan kelas. Saya pun juga ikut baris, setelah itu satu persatu mereka masuk ke
kelas. Saya sangat senang karena terlihat rapi clan tcrtib. Maka Pak Guru clan
Ibu Guru juga scnang mclihatnya.
Kemudian saya dan teman-teman segera duduk di temp at maslI1gmaslI1g.
Pak Guru kemudian masuk ke kelas kami. Saya senang karena melihat teman-teman
menyapanya dengan ramah. Pelajaranpun
segera dimulai. Pak Guru memulai pelajaran dengan jadwal yang pertama. Yang
saya sukai pada waktu belajar ini adalah Pak Guru mengajar dengan penuh
semangat. Dan murid-muridpun menanggapinya dengan penuh scmangat pula. Sehingga
menyebabkan suasana dalam proses be1ajar mengajar menjadi menyenangkan. Sayapun
juga menyukainya.
Pada pukul 09.00 bel berbunyi
tanda waktu untuk istirahat. Saya dan ternan-ternan segera keluar dari ruang
kelas. Yang saya sukai waktu istirahat yaitu kita semua dapat melepaskan
kelelahan dan ketegangan dalam belajar. Selain itu juga kita dapat
melepaskan dahaga. Saya juga senang membeli makanan di kantin sekolah. Sambil
makan dan minum saya dan teman-teman duduk-duduk di teras halaman. Saya
jugasempat mengobrol dengan teman-teman. Tak lama kemudian 10 menit berlalu.
Bel berbunyi kembali tanda istirahat telah selesai dan waktunya mas uk .
Murid-murid segcra berbaris di dcpan kclasnya masing-masing. Lalu mereka
mcmasuki kclas dengan rapi clan tcratur. Setelah itu pcIajaran yang terakhir
segera dimulai. Saya juga menyukai pelajaran yang sama ini. Saya juga scnang dengan cara Pak Guru mengajar
pelajaran ini. Beberapa saat kcmuclian scbelum pulang Pak Guru memberi tugas
rumah dahulu. Dan perpcsan agar c1ikcrjakan dcngan baik. Saya juga mcnyukai
tugas yang dibcri Pak Guru ini. Tak lama kemudian bel pun bcrbunyi menunjukkan
tanda untuk pulang. Yang saya sukai waktu pulang adalah saya dan remanternan
dapat berdiskusi tentang kcgiatan sorenya sebelum kami semua pulang. Dan tidak
Iupa kami berdoa dahulu dan bcrsalaman dengan Pak Guru. Sesuclah itu baru kami
diperbolehkan pulang ke rumah kami masing-masing dengan hati scnang clan riang.
Scmua itulah yang saya sukai di sckolah.
Prima
Hidayaningtias VI B/SD Petompon 02
Susunan
ka1imat mendekati scmpurna. Ide (penuangan), gagasan belum sesuai dengan judul
.
Bentuk
tulisan bagus, sesuai dengan petunjuk menulis.
Ia (Prima Hidayaningtias) sudah pcrnah sebagai pemenang
pcrtama da1arn penulisan Pekan Tabungan Nasional tingkat Kodya Dati II
Semarang.
Semarang,
3 Maret 1998 Ka. SD Petompon 01
Soediarto
130151693
Contoh
karangan siswa sebagai ungkapan perasaan siswa terhadap sekolah
b.
Melakukan tindakan korektif
Dalam kegiatan menegakkan disiplin kelas, tindakan tepat
dan segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang
seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah pelanggaran disiplin. Guru yang
bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan siswa
setepat mungkin. Guru harus segera mengingatkan siswa terhadap peraturan tata
tertib (=yang dibuat dan diterapkan bersarna) dan konsekuensinya, kemudian
melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku. Kegiatan ini juga bertujuan untuk
memonitor efektivitas aturan tata tertib. Setelah jangka waktu tertentu guru
bersama-sama murid dapat meninjau kembali aturan sekolah tersebut untuk
dimodifikasi dan diperbaiki. Bagaimana cara melakukan dimensi tindakan ini,
beberapa hal di bawah ini dapat dij adikan bahan pertimbangan bagi guru. -+
1) Lakukan
tidakan dan bukan ceramah
Bila ada
seorang siswa melakukan tindakan yang dapat menggangu kelas lakukan tindakan
menghentikan kegiatan tersebut secara tepat dan segera. Cara berteriak atau
memberikan ceramah ten tang kesalahan yang dibuat siswa pada saat itu akan
membuat siswa ,malah menjadi bingung. Pesan-pesan non-verbal atau body
language, baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan sebagainya dapat
membantu dalam penegakkan disiplin kelas.
2).Jangan
tawar menawar (do not bargain)
Bila terjadi pelanggaran yang
dilakukan seorang siswa dan melibatkan atau menyalahkan siswa lainnya guru
harus segera melakukan tindakan untuk menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada
untungnya kalau pada saat itu guru membuka forum diskusi untuk membicarakan
tentang peraturan dan mencari siapa yang bersalah. Sekali lagi segera hentikan
penyimpangan tingkah laku siswa dengan tindakan.
3)Gunakan
"kontrol"kerja
Mungkin sekali banyak hal belum
tercakup dalam tata tertib terjadi dalamkelas. Kewajiban guru adalah mencoba
menghindarkan hal tersebut dengan melakukan kontrol sosial. Misalnya dengan
membuat ruangan tapal kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan
para siswa, dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka. Pendekatan
dengan siswa sangat diperlukan karena kalau mercka mcrasa dekat dengah guru
akan memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat "nakal" dan
melanggar tata tertib sekolah.
4)Nyalakan
peraluran cian konsekuensinya
Bila ada siswa yang melanggar
peraturan tata tertib sekolah komunikasikan kembali apa aturan yang
dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah
dibuat dan disepakati bersama itu dilanggar. Konsekuensi itu dilakukan secara
bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda: cek, disuruh
menghadap kepala sekolah dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang
pelanggaran yang dilakukannya di sekolah. Bila ada tindakan siswa yang
menggangu suasana proses belajar mengajar segera hentikan gangguan tersebut,
kemudian usahakan memahami alasan mengapa siswa tersebut bertindak demikian.
Kemukakan kepadanya harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan
terganggu konsenl!i!lya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan
dari siswa yang bersangkutan. Tindakan guru hendaknya cukup tegas dan berwibawa
clan henclaknya hinclarkan hal-hal tinclakan yang menyebabkan siswa menclapat
malu cli clepan teman- temannya.
Beberapa petunjuk cli bawah ini
clapat diperhatikan:
I) Pilihlah dan pakailah
konsekuensi yang paling ringan dalam alternatif penanggulangan seperti teguran,
pcringatan, memberi tugas tambahan dan sebagainya. Hindarkan konsekuensi yang
berat clan memberi hukuman.
2) Jika ternyata satu konsekuensi
yangdipilih. ticlak efektif, berhentilah dan pindahkan kepada alternatif lain
yang cliperkirakan akan memberikan hasil yang lebihbaik.
3) Tidak menutup kemungkinan
untuk memberikan kesempatan kepacla siswa untuk memilih salah satu
alternatifkonsekuensi clari pelanggaran yang sudah dibuatnya.
4) Ingat bahwa pclaksanaan
konsekuensi atas pelangaran terhadap tata tertib tidak dimaksudkan untuk
menghukum.
5)Konsekuensi
dibuat untuk mengelola tindakan yang melanggar aturan pada saat tertentu. Besok
adalah hari lain dan konsekuensi hanya berlaku pada hari itu dan saat itu.
Dalam
kegiatan menegakkan disiplin dibutuhkan satu kegiatan monitoring. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menemukan peraturan mana dan alternatif mana secara empirik
merupakan alat yang efekif dalam mengatasi problema disiplin. Kegiatan inipun
bcrtujuan untuk mengindentifikasi siswa yang sukar mengikuti peraturan sekolah.
Dari hasilpengalaman beberapa waktu ada baiknya kalau guru menampung pendapat
para siswa tentang peraturan mana yang dianggap tidak perlu dan dibuang.
c. Melakukan tindakan penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan
siswa atal! scjumlah sls\Va perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan
baik secara individual maupun secara kelompok. Situasi pelanggaran ini dapat
berbentuk:
I) siswa
melanggar sejumlah peraturan sekolah yang tclah disepakati bersama;
2)siswa tidak
mau menerima aWu mcnolak konsckucnsi scpcrti yang telah tercantum dalam
pcraturan sckolah scbagai akibat dari perbuatannya;
3)seorang
siswa menolak sarna sekali aturan khusus yang telah tercantum dalam tata tertib
sekolah.
Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam tindakan peyembuhan 1m ialah:
1)mengindentifikasikan
para siswa yang mendapat kesulitan untuk menerima dan mengikuti tata tertib
atau menerima konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya;
2)membuat
rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkahlangkah yang akan
ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan siswa semacam ini;
3)menetapkan
waktu pertemuan dengan siswa tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan
siswa yang bersangkutan;
4)bila saatnya
dengan bertemu dengan siswa tiba, jelaskanlah maksud pertemuan tersebut, dan
jelaskan pula manfaat yang diperoleh baik oleh s.iswa maupun oleh sekolah;
5) tunjukkan kepada siswa bahwa
gurupun bukan orang. yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan
kelemahan dalam berbagai hal, akan tetapi yang penting an tara
guru dan siswa harus tumbuh kesadaran untuk bersama-sama belajar, untuk saling
memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan bersama;
6)guru
berusaha untuk membawa murid kepada masalahnya yaitu memahami tata tertib dan
menjauhi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah;
7) bila ada
pertemuan yang diadakan dan ternyata siswa tidak responsif
|
maka guru dapat
mengajak siswa untuk melaksanakan diskusi pada
|
saat lain ten
tang masalah yang dihadapinya;
|
8) pertemuan
guru dengan siswa harus sampai pada pemecahan masalah
|
dan sampai
kepada "kontrak individual" yang diterima siswa dalam
|
rangka
memperbaiki tingkah laku siswa tentang pelanggaran yang
|
dibuatnya;
|
9)
melakukan kegiatan tindak lanjut.
|
1 I
I
!
011
i i
|
Gambar
35 Usaha guru membawa siswa
kepada pemahaman tata tertib
|
Konsep lain dalam mencegah
gangguan disiplin kelas dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini.
a.Sajian yang
menarik
Masalah disiplin kelas terganggu
karena penyajian materi yang kurang menarik. Oleh karena itu, prosedur mengajar
(orientasi, latihanl praktik, umpan balik, lanjutan) harus dilaksanakan dengan
cara yang menarik.
b.Penampilan
yang menarik
Sajian yang menarik hendaknya
diikuti oleh penampilan yang menarik. Guru adalah model dan panutan peserta
didik. Oleh karena itu, dalam berbicara, berpakaian, bertingkah laku misalnya,
hendaknya dijaga agar tetap menarik.
c.Ketepatan
menangani masalah
Pen gam b i I an tindakan pen
anggu langan masalah dis ip lin akan menyenangkan satu pihak tetapi mungkin
merugikan pihak lain. Oleh karena itu, ketepatan penanganan masalah sangatlah
perIu.
d.Belajar dari
kesalahan
Boleh jadi banyak pengalaman yang
berkesan disamping yang tidak me,nyenangkan dalam mengajar. Setelah kita
mengajar 4-5 tahun lamanya, akhirnya disadari banyak hal positif, efektif,
namun ada juga
yang kurang efektif untuk
di1aksanakan da1am menanggu1angi masa1ah disiplin. Kesiapan guru da1am mengajar
akan mempengaruhi tegaknya disiplin, seba1iknya guru yang tidak siap gangguan
disip1in akan timbul. Akhirnya be1ajar dari pengalaman, guru dapat memetik
manfaatnya.
e.Penggunaan
hukuman
1) hukuman
diberikan sccara hormat dan penuh pertimbangan;
2) berikan
kejelasan /alasan mengapa hukuman dibcrikan ;
3) hindarkan
pemberjan hukuman pada saat marah at au emosional;
4) hukuman
diberikan pada awa1 kejadian dari pada akhir kejadian;
5) hindari
hukuman yang bersifat badaniah/fisik;
6) jangan
menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang ;
7) jangan
memberi tugas tambahan sebagai hukuman;
8)
yakini bahwa hukuman sesuai dengan
kesalahan;
9)
pelajari tipe hukuman yang diijinkan
sekolah;
10)
jangan menggunakan standar hukuman ganda;
11)
jangan mendendam;
12)
konsisten liengan pemberian hukuman;
13)
jangan mengancam dengan ketidak mungkinan:
14)
jangan memberi hukuman berdasar selera.
Jenis-jenis Hukuman
1. Pengurangan
skor
2. Pengurangan hak
3. Hukuman berupa
4. Pemberian celaan atau
penurunan peringkat denda
5. Penahanan sesudah
sekolah
6. Penyekoresan
7. Pengiriman kepada
orang lain Emmer dalam Suharsimi,1993
Gambar
36 Hukuman diberikan secara hormat dan penuh
pertimbangan
Secant ringkas Iangkah-langkah
pencegahan gangguan disiplin dapat
clikcmukan bcrikut ini
a. Umum
1) Peduli
2) tandai gangguan
3) amati dcngan
saksama
4) tingkatkan kcpcntingan scmua pihak
5) humor
6) penyususnan kembali program
7) rutinitas
8)
permohonan langsung
9) hindarkan barang-barang yang menggangu
10) pengenda1ian fisiko
b.
Moderat
1)
susun aktivitas kelas
2)
tentukan prosedur dan ketentuan da1am pembe1ajaran
3)
susun aktivitas dan tugas-tugas akademik
4)
Sllsun kcgiatan-kegiatan yang sudah rutin
5)
tekankan tujuan dampak sampingan dari be1ajar
6)
laksanakan kegiatan monitoring
7)
bentuk kelompok-kelompok belajar
8)
gunakan waktu secara efektif
9)
berikan petunjuk-petunjllk praktis
10) kcmukakan harapan-harapan guru
c. Kcmanusiaan
1) Pcngcmbangan
kcsadaran diri melalui umpan balik sepcrti: berikan pcnckanan pada lingkah Jaku
bukan pada pribadi, berikan penekanan pada penje1asan bukan pada pendapat,
berikan penekanan pada masa sekarang /akan datang bukan pada masa 1ampau,
berikan penekanan pada proses perubahan pribadi.
2) Pengembangan
dan pemeliharaan kepercayaan
3) Efesiensi
komunikasi seperti: gunakan orang pertama secara tunggal dan langsung, buatlah
pesan secara lengkap/harmonis/ konkret, gunakan verbal dan non verbal secara
harmonis, mintalah balikan, gambarkan perilaku tanpa penilaian.
3. Kebiasaan Hidup Tertib
Pembiasaan
dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan
siswa di masa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplindirasakan sebgai
suatu aturan yang mengekang kebebasan siswa. Akan tetapi bila aturan ini
dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk
kebaikan sendiri dan kebaikan bersama, maka lama-kelamaan akan menjadi sesuatu
kebiasan yang baik menuju kearah disiplin did sendiri (self discipline).
Disiplin tidak lagi merupakan aturan yang datang dari luar yang mel11berikan
keterbatasan tertentu, akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang
dari dalam dirinya sendiri suatu hal yang wajar dilakukan dalam kchidupan
schari-hari.
Pengalaman
dasar dalam disiplin akan memberikan kcrangka dalam keteraturan hidup
selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana dimana
antara guru dan para siswa terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar
saling hormat menghormati dan saling percaya mempercayal. Hal ini akan turnbuh
subur bila:
a. Guru
bersikap hangat dalarn rnernbina sikap persahabatan dengan sernua siswa.
Menghargai rnereka dan rnenerirna rnereka dengan berbagai keterbatas an n y a.
b. Guru
bersikap adil sehingga rnereka rnerasa diperlakukan sarna tanpa turnbuh rasa
dianak tirikan atau disisihkan.
c. Guru
bersikap objektif terhadap kesalahan siswa dengan rnelakukan sanksi sesuai
dengan tata tertib bila siswa rnelanggar disiplin yang telah dlsetujui
bersarna.
d. Guru tidak
rnenuntut para siswa untuk rnengikuti aturan-aturan yang di luar kernarnpuan
Slswa.
e. Guru tidak
rnenghukurn siswa di depan ternan-ternannya sehingga rnengakibatkan rnereka
rnerasa kehilangan rnuka.
f. Dapat
diciptakan suasana optirnis sehingga setiap siswa rncrasakan berhasil dalam
scgi-scgi tcrtcntu dan tidak scnantiasa bcrada dalam situasi kegagalan dan
kekecewaan.
g. Suasana
kchidupan di sekolah tidak rnendorong siswa ke arah tingkah laku yang
dikehendaki.
h. Pada
saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi Slswa siswa yang
bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai suri
tauladan yang baik.
Gambar 37 Penguatan
dengan pemberian hadiah bagi siswa
teladan
Sikap
guru yang demokratis marupakan kondisi bagi terbinanya kebiasaan berlaku
tertib. Sikap ini akan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat
dalam meneggakkan disiplin sekolah, ikut bertanggung jawab, dan ikut
mempertahankan aturan yang telah dipikirkan dan ditetapkan bersama. Tentu saja
dalam hal ini dibutuhkan kerjasama yang baik c1engan orang tua di rumah agar
kebiasaan disiplin yang baik c1i sekolah c1itunjang olch kebiasaan yang baik di
rumah dan sebaliknya.
Pertanyaan - pertanyaan
a. lelaskan
tuhapan-tahapan memelihara disiplin kelas?
b. lelaskan
langkah-langkah menumbuhkan kesan positif pada awal pertemuan di kelas?
c. lelaskan
alasan diterapkannya campurtangan (intervensi) guru dalam menegakkan disiplin
kelas?
d. Kemukakan kemungkinan -kemungkinan jenis-jenis
gangguan disiplin kelas?
e. lelaskan
cara-cara penanggulangan gangguan disiplin kelas sesuai dengan jenis gangguan
kelas yang timbul?
f. Sebutkan berbagai alat yang dapat
digunakan pada saat pengenalan siswa? g. lelaskan tahap-tahap pemeliharaan
disiplin kelas pada saat menyatakan pcraturan tata tertib disertai
konsekuensinya?
h. Simpulkan
bahwa pelaksanaan konsekuensi atas pelanggaran tata tertib bukan dimaksud
sebagai hukuman?
I. lktisarkan
langkah-Iangkah yang harus dilakukan pacta tindakan penyembuhan?
J. Simpulkan
bahwa sajian menarik, penampilan menarik, ketepatan penanganan dapat mencegah
gangguan disiplin kelas?
k. lelaskan
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menjatuhkan' hukuman dalam
menegakkan displin kelas?
1. Simpulkan
bahwa dengan pembiasaan disiplin sekolah akan berpengaruh positif bagi
kehidupan siswa dimasa depan?
m. lelaskan
hal-hal yang dapat menumbuh suburkan sikap bersahabat antaraguru dan siwa?
n. lelaskan
bahwa sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya tertib ke
arah siasat atau ke arah kesadaran diri sendiri?
o. Tunjukkan
bagaiman menjalin hubungan antara guru dan orang tua di rumah agar upaya
memelihara disiplin di kelas dapat ditunjang oleh disiplin di rumah?
Tugas
1. Secara
berke1ompok (4-5) orang, Anda berkunjung kesebuah sekolah dasar. Laksanakan
kegiatan c1i bawah ini pacla saat Anda berada di sekolah tersebut:
a.Catat/inventarisasi
jenis-jenis gangguan-gangguan disiplin kelas yang banyak muncul;
b.Catatlinventarisasi
cara-cara pcnanggulangan gangguan disiplin kelas yang dilakukan guru;
c.Laporkan
hasil obscrvasi Anda di depan kelas;
d.Mintalah
komcntar dosen pengampu mata kuliah manajemcn kclas.
2.Diskusikan
dalam kelompok (4-5) orang tentang:
a.resiko-resiko
pcmberian hukuman dalam keadaan guru sedang emOSl;
b.akibat-akibat
apa yang terjadi terhadap disiplin kelas apabila guru memberi hukuman kepada
seluruh ke1as kendatirpun yang salah hanya seorang siswa;
c.Manfaat
belajar dari kesalahan dalam pencegahan gangguan disiplin kelas.
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi
Eggen, Paul D & Don Kauchak. 1994. Educational
Psychologi: Classroom Connections. New
York : Mcmillan College Publishing Company. Inc.
Hollingsworth, Paul M clan Hooper, Kenneth H. 1991.
Elementary Teaching Methods. Boston :
Allyn and Bacon.
M. Entang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Kcpendidikan Depdikbud.
Ornstien, Allan. 1990. Strategies for Effective
Teaching. New York :
Harper & Row Publisher Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar