Kamis, 10 April 2014

Karakteristik Manusia dan Manusia sebagai makhluk Sosial

A.           Karakteristik Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Jadi, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1). Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2). Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3). Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4).Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga ditakdirkan hidup berdampingan dengan alam semesta khususnya manusia, inilah yang kemudian manusia disebut sebagai makhluk sosial, yang selalu menuntut untuk saling mengatur dan menjaga sosialitasnya dengan sikap yang indah dalam prilaku teladan yang baik. Dan sebenarnya agama pun juga sudah mengajarkan bagaimana menjaga hubungan baik tersebut. Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku teladan sendiri begitu banyak. Akan tetapi dari semua itu yang paling dominan adalah pengalaman pribadi, orang yang dianggap penting, lembaga pendidikan dan agama, kebudayaan. Lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut:
a.       Pengalaman Pribadi
Segala hal yang pernah dialami dan sedang dialami akan membekas dalam diri seseorang, apalagi melibatkan faktor emosional yang mendalam. Pengalaman itu akan sangat kuat membekas dan memberi kesan dalam diri seseorang. Pengalaman seperti itu akan berperan besar menjadi dasar pembentukan sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.      Orang yang Dianggap Penting
Komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang adalah orang yang dianggap penting yang berada di sekitar kita. Orang yang dianggap penting ini adalah orang yang diharapkan persetujuannya bagi tingkah laku dan pendapat kita yang tidak ingin kita kecewakan, atau orang yang dihormati, berwibawa atau ditakuti. Atau yang memiliki arti khusus bagi seseorang. Orang-orang seperti itu akan banyak mempengaruhi sikap dan perilaku.
c.       Lembaga Pendidikan dan Agama
Lembaga pendidikan dan agama menjadi salah satu kekuatan besar dalam membentuk sikap dan perilaku. Dua lembaga ini merupakan tempat ditanam dan dikembangkannya nilai-nilai etika, moral dan spiritual. Di lembaga pendidikan juga ditanamkan nilai-nilai keilmuan dan disiplin individu dan sosial.
d.      Kebudayaan
Setiap lingkungan masyarakat mempunyai nilai budaya tertentu yang dianutnya. Manusia lahir, hidup dan bertumbuh dalam satu atau lebih nilai budaya. Nilai budaya di mana manusia hidup dan bertumbuh mempunyai pengaruh pada sikap dan perilakunya. Dilihat dari reinforcement, sikap dan perilaku tertentu yang mendapat atau tidak mendapat penguatan atau ganjaran dari masyarakat, akan membawa pengaruh sikap dan perilaku anggota masyarakatnya. Karena itu, budaya yang dianut atau yang ada dalam lingkungan seseorang akan memberi corak dan warna sikap dan perilakunya. Kecuali orang itu memiliki konsep diri yang tertentu yang mapan dan kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh budaya sekitarnya. Dari sini, bahkan sebuah budaya dapat menjadi sebuah hukum tersendiri diluar hukum formal lainnya, meskipun tidak terdokumentasi adanya. Bahkan dalam Kaidah Fiqh terdapat sebuah kaidah “al-‘Adah 54 Muhakkamah”, bahwa kebudayaan dan kebiasaan juga merupakan sebuah patokan hukum tersendiri
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan social untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
1)      Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2)      Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan
kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuahinteraksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk social lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1)      Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2)      Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3)      Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial. Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
B.            Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Selama manusia hidup ia tidak akan terlepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak terlepas dari pengaruh orang lain. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang didalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali didasari atas kesamaan ciri atau kepentingannya masing-masing. Misalnya, orang kaya cenderung berteman lagi dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis, cenderung mencari teman sesame artis lagi. Dengan demikian, akan terbentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan.
Manusia dikatakan juga sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Ketika bayi lahir, ia memerlukan pertolongan manusia lainnya. Bayi sama sekali tidak berdaya ketika ia lahir, ia tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa pertolongan orang lain. Berbeda dengan hewan, jerapah misalnya, ketika binatang ini lahir hanya dalam hitungan menit ia sudah bisa berdiri tegak dan berjalan mengikuti induknya. Kenapa hewan bisa mempertahankan hidupnya? Karena untuk mempertahankan hidupnya hewan dibekali dengan insting. Insting atau naluri adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang diperoleh bukan melalui proses belajar.
Manusia berbeda dengan hewan, untuk mempertahankan hidupnya ia dibekali dengan akal. Insting yang dimiliki manusia sangat terbatas, ketika bayi lahir misalnya, ia hanya memiliki insting menangis. Bayi lapar, kedinginan, maupun buang air ia hanya bisa menangis. Manusia memiliki akal untuk mempertahankan hidupnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja, manusia harus belajar dari manusia lainnya.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organisasi harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

C.           Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.


1 komentar: